LEMBARAN BARU2

Angga sangat senang mengetahui bahwa Dea akan tinggal bersama dengan Tante Ayu. Cowok berkumis tipis itu melesat dengan motornya membelah jalanan. Tidak menunggu waktu lama dia sampai di kediaman Tante Ayu.

Tidak henti-henti dia menyunggingkan senyuman disepanjang jalan. Dia menerka-nerka bagaimana ekspresi terkejut Dea saat melihat dia ada disana. Dia juga tidak sabar menceritakan bagaimana dia mengenal Tante Ayu Mama kandung Dea. Apa Dea akan berterimakih padanya dan akan menerima cintanya?

Tidak membutukan waktu lama dia sampai dikediaman Tante Ayu. Dia menghampiri seorang pembantu yang sudah berkepala lima.

"Permisi Bi, Tante Ayu mana ya?"

"Oh Aden, Nyonya ada dikamar tamu dia tadi datang bareng cewek Den gelis pisan. Tapi, kalau dilihat-lihat kok mereka agak mirip ya!?" ujar Pembantu itu mengingat wajah Dea tadi.

"Makasih ya Bi, mereka emang mirip kok. Mereka kan Anak sama Ibu ya pasti mirip dong," ujar Angga pergi menuju kamar tamu.

"Hai Tante," sapanya ramah.

Dea dan Ayu membalikkan badannya bersamaan.

"Hei, udah lama gak ketemu," ujar Ayu menghampiri Angga.

Angga menyalami tangan Ayu sopan dan tersenyum pada Dea yang kini sedang membulatkan matanya terkejut.

"Kamu!?"

"Kenapa? Kangen sama aku?" Angga menghampiri Dea.

"Kakak kok ada disini?"

Angga mengusap pipi Dea lembut yang membuat sang empu mendelik tajam. "Abis nangis ya?"

"Kalian ini gimana sih nanya terus gak ada jawabannya," sergah Ayu.

Dea menjauhkan tangan Angga. "Kalian udah kenal?" Kali ini Dea menatap mata Ayu memintak jawaban.

Ayu tersenyum dan menatap Angga dan Dea bergantian. "Angga-nya aja ya yang jelasin. Mama mau kedapur dulu bantuin Bi Inah masak nanti kita makan bareng. Oke?" Ayu mengangkat tangan dan membentuk Oke pada jarinya.

"Oke Tante," ujar Angga mengikuti bentuk jari Ayu.

"Kita ketaman yuk!" Angga menarik tangan Dea lembut.

Dea pasrah mengikuti langkah Angga. Ada banyak pertanyaan yang berputar dikepala Dea. Saat Angga memberhentikan langkahnya Dea juga memberhentikan kakinya. Dea menatap Angga meminta penjelasan.

Angga duduk di sebuah bangku yang berada tidak jauh dari rumah Tante Ayu. Angga menepuk sisi disampingnya. "Sini duduk," ujar Angga tersenyum.

Dea menduduki bokongnya disamping Angga dan kembali menatap mata hazel Angga.

"Jadi gini, lima tahun yang lalu aku nemuin Tante Ayu tergeletak pingsan disebuah BAR. Entah keberanian dari mana aku bawa kabur Tante Ayu kerumah sakit yang waktu itu dia bekerja sebagai wanita malam disana. Setelah beberapa jam dirumah sakit Tante Ayu sadar dan dia ngotot pengen balik ke tempat kotor itu. Aku ngelarang Tante Ayu pergi karna aku kasian liat dia bekerja seperti itu." Jeda. "Aku ngasih tau Nenek dan pas waktu Nenek ngeliat Tante Ayu Nenek jadi keinget Almahrum Mama yang udah lama meninggal. Nenek jadi sayang sama Tante Ayu seperti anaknya sendiri. Kita bawa Tante Ayu kerumah tinggal bareng kami. Tante Ayu baik dan pintar masak, masakannya enak banget terus kita buka Restaurant dan alhamdulilah ramai. Waktu restaurant mau tutup Om aku datang sama dua anak buahnya, mereka mengobrak-abrik Restaurant yang membuat Tante Ayu ketakutan. Ternyata Tante Ayu punya utang sama Om aku, mereka maksa Tante Ayu kembali bekerja sebagai wanita malam di BAR-nya Tante Ayu gak mau terus Nenek datang dan membayar semua utang Tante Ayu." Angga menjelaskan panjang lebar.

Dea merasa kasihan dengan Mama-nya, seandainya dia ada disana Mama Dea gak akan mengalami hal itu dan Dea akan membawa Mama-nya pergi jauh supaya tidak ada lagi yang mengganggu mereka.

"Terus?" Dea masih ingin mendengar banyak tentang masalalu Mama-nya.

"Belum saatnya kamu tau semuanya De, untuk saat ini cukup sampai disitu aja ya."

"Kenapa?"

"Nanti kalau aku ceritain semuanya kamu bakalan marah besar sama seseorang yang kamu sayang De, dan aku juga gak mau liat kamu menderita dengan masalah ini." Angga mengusap rambut Dea sayang.

"Kakak kenapa pake aku kamu? gak kayak biasanya," tanya Dea. Sudah dari tadi dia mendengar Angga mengatakan aku kamu, gak gue lo lagi.

Angga tersenyum. "Suka aja."

"Permisi Den, Nyonya suruh makan bersama," ujar Bi Inah.

"Oh iya Bi terimakasih," ujar Angga berdiri dan menggenggam tangan Dea.

● ● ●

Setelah mengantarkan Nesya pulang Aldi berencana pergi kerumah Dea. Tapi, Stella kakak-nya Dea bilang gadis itu sudah pergi meninggalkan rumah. Aldi khawatir dengan Dea. Dia mencari Dea kerumah Pipin tapi tidak ada juga, dia sudah mencari kemana-mana tapi tetap saja gadis yang membuat Aldi uring-uringan setengah mati itu tidak ada.

"Kamu kemana sih De," ujar Aldi pada dirinya. "Jangan bikin khawatir."

Ponsel Aldi berdering.

"Halo," sapanya tanpa melihat siapa yang menelpon.

"......"

"Apa!! Ayah masuk rumah sakit!?"

"....."

"Iya, saya segera datang."

Aldi memutuskan sambungan teleponnya sepihak. Aldi memasuki mobil dan melajukannya dengan kencang. Sekali-kali cowok itu memukul stir mobilnya. "Gue benci lo!! Tapi lo tetap Ayah gue."

Tidak membutuhkan lama Aldi sampai dirumah sakit, dia melihat Tante Bella istri kesekian Papa-nya menangis. Air mata buaya batin Aldi menatap sosok Bella yang sedang menangis.

Aldi memasuki ruangan Ayah-nya.

"Aldi, kamu datang Nak" ujar Abram lemah.

Aldi tersenyum sinis. "Kenapa?" Tanya aldi dingin. Dia memang datang melihat kondisi Ayah-nya tapi untuk memaafkan dia masih belum bisa. Tidak semudah itu.

"Kamu masih benci ya sama Ayah?"

Aldi menatap tajam lawan bicaranya. "Kenapa? Gak suka!?"

"Kamu harus tau kamu anak Ayah satu-satunya. Kamu lah yang akan menggantikan posisi Ayah di perusahaan," ujar Abram menatap Aldi sendu.

"Anak Ayah bukan aku aja, SiBrandon anak Tante Bella dia lulusan universitas tinggi kenapa gak dia aja."

"Dia bukan anak kandung Ayah Aldi. Cuma kamu anak Ayah dan cuma kamu yang berhak atas semua warisan Ayah." Abram memegang tangan Aldi. "Ayah yakin sama kamu Al, kamu mirip Almahrum istri saya Ibu kamu. Dia pasti senang melihat kamu mengelola perusahaan yang kami berdua bangun."

Aldi melepaskan tangannya kasar. "Jangan bawa-bawa nama Ibu aku."

"Ayah sayang kamu Nak."

Bella mendengar semua yang dikatakan oleh Anak dan Ayah itu. Tangannya mengepal kuat dia tidak terima kalau Aldi yang mewarisi semua kekayaan Abram. Jika akhirnya seperti ini lebih baik duli dia tidak usah berbaik hati pada Abram dan Aldi. Seharusnya dia melenyapkan mereka berdua. Biar bagaimana pun dan dengan cara apapun dia lah yang akan mendapatkan semua warisan Abram.

Sungguh mrnyebalkan.

● ● ● ●

Note: Hayoo yang malam minggu dirumah aja. Yang rebahan sambil megang HP angkat kakinya. Ehh ralat, angkat tangannya tinggi-tinggi gak pa-pa bau ketiak gak ada yang tau kok><

Para jomblowers doa kalian terkabulkan malam ini hujan deres kek air mata ditinggal mantan dulu. (Disini ya kalau ditempat kalian gak tau hujan apa gak nya^_^)

Ayo yang rindu masa-masa pacaran dulu kita pelukan, kita nangis bareng kuy.

🌟👇 gak boleh pelit bintang ya. Kita sesama jomblo harus saling mendukung. Oke!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!