Silahkan pencet bintangnya sebelum membaca ya guys😘🍒
Happy reading...
● ● ● ●
"KAMU NGAPAIN DEKET DEKET SAMA DIA?!!" ucap Aldi marah.
Dea gemetar mendengar bentakan Aldi. "A..kuu." Dea tidak bisa melanjutkan kata katanya, lidahnya mendadak kelu matanya sudah berkaca kaca.
Aldi menyadari Dea yang merasa takut padanya. "M-maaf.. Aku gak bisa nahan emosi aku," sesal Aldi memeluk tubuh mungil Dea.
Dea membalas pelukan Aldi, hangat.
"Kamu kenapa Al?" tanya Dea, setelah melepaskan pelukan Aldi.
"Aku gak suka liat kamu deket sama Angga!" ujar Aldi membelai rambut Dea.
Dea merasa senang, entahlah! Dia hanya suka bahwa Aldi mengatakan kalimat itu. "Emang kenapa?" tanyanya lagi.
"No koment!"
Dea mendelik Aldi tajam. "Nyebelin ya kamu," ucapnya kesal.
Aldi tertawa pelan dan mengusap rambut Dea, yang membuat sang empu marah.
"Aldi rambut aku berantakan!" Dea membenahi rambutnya yang sedikit berantakan.
"Gemesin ihh."
Pipi Dea memerah dia menutupi pipinya yang terasa agak panas. "Jangan godain!"
Aldi memeluk Dea lagi menghirup aroma rambut Dea yang wangi strowberry dan menghembuskannya pelan.
"De?" ucap Aldi melepaskan pelukannya.
"Hm?"
"Nesya kayaknya juga suka deh sama gue?!"
Stop Al! Kenapa lo bikin gue terbang setinggi angkasa dan secara bersamaan lo jatuhin lagi sedalam lautan. Sakit!
"Oh ya? Nesya gak bilang apa apa sama gue," ucap Dea malas.
"Semalam kita chattan lama banget De."
"Terus? Kita juga sering chattan lama, kenapa kamu gak bilang juga kalau aku suka sama kamu!" Dea menatap mata Aldi, mencari kenyamanan yang selalu membuatnya terbuai. (Kode keras!)
Aldi tertawa. "Lo suka sam gue!?" Tawa Aldi kembali.
"Gak mungkin lah De! Gue udah nganggep lo adek gue sendiri." Tegas Aldi mengusap rambut Dea lembut. Ngeselin ni anak -_
"Adek? Jadi selama ini Aldi anggep gue sebagai adeknya. Miris banget hidup gue." Monolog Dea.
"Ini ituh perumpamaan Aldi," ucap Dea berusaha secuek mungkin.
Aldi tersenyum kikuk. "Iya De, Gue cuman seneng aja bisa chattan sama Nesya selama itu."
"Yaudah.. aku duluan, udah ditungguin calon pacar kamu!" Dea berjalan meninggalkan Aldi.
"Siapa?" tanya Aldi bingung.
Dea berjalan cepat, malas untuk menjawab yang akan membuatnya semakin sakit hati.
"Siapa De?!" Teriak Aldi, karna Dea yang sudah jauh dari pandangannya.
"Nesya Al. Siapa lagi kalau bukan dia! Gak mungkin aku kan!!" Lirih Dea pelan. Entah Aldi mendengarnya atau tidak, Dea hanya terlalu malas untuk meneriakkannya.
● ● ●
Sesampainya di kelas Dea langsung duduk dan menelungkupkan wajahnya. Moodnya hancur, benar benar hancur.
Pipin dan Nesya yang melihat Dea seperti itu jadi penasaran sekaligus khawatir.
"De, kamu gak papa?" tanya Nesya menggoyangkan lengan Dea pelan.
"Munaroh lo kenapa? Biasanya juga happy kek kekey," ucap Pipin menimpali.
Dea menegakkan kepalanya lalu tersenyum pada Pipin, dan kembali menelungkupkan wajahnya di meja.
"Serem lo," ujar Pipin meletakkan telapak tangannya dibelakang lehernya. "Gak lagi kesurupan hantu pohon yang ada di taman kan De?"
"Ngomong apasih kamu." Nesya menarik tangan Pipin, dan mendudukinya di bangku. "Udah, kamu disini aja!" ucap Nesya pada Pipin yang bengong.
Nesya kembali ke bangkunya. Dia memperhatikan Dea. "Gak lagi sakit kan De?"
"Kalau kamu sakit, ayuk aku anterin ke UKS." Nesya memegang lembut tangan Dea.
Dea menegakkan kepalanya. "Aku gak sakit kok Sya. Cuma lagi capek aja," ucap Dea tersenyum.
"Nyokap Bokap kamu berantem lagi? Atau Kak Stella marah lagi sama kamu?"
Dea menggeleng. "Capek sama keadaan Sya," timpalnya lemah.
Nesya memeluk Dea dan menepuk punggung gadis itu pelan untuk menenangkannya. Nesya tidak tau apa masalah yang sedang Dea hadapi. Dia tidak mau bertanya lebih lanjut, biarlah Dea sendiri yang akan memberitahukannya.
Nesya tau bahwa Dea itu rapuh. Dea selalu berpura pura bahagia dengan topeng yang selama ini dia pakai. Sahabat kecilnya ini selalu menangis di pelukannya saat Stella atau Fano membentaknya. Bahkan dulu waktu mereka di SMP kelas tujuh, Dea mengikuti lomba menari yang wajib dihadiri oleh orang tua. Ayah atau Bunda Dea tidak datang dihari itu, bahkan saat Dea tampil gadis itu selalu melihat apakah orangtuanya datang untuk melihat penampilannya. Saat Dea mendapatkan penghargaan atas kejuaraannya orangtuanya juga tidak ada disisi gadis malang ini, hanya Mama Nesya lah yang menjadi wakil Dea menerima Piala dan penghargaan. Dea tidak menangis! Dia hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada Mama Nesya. Saat Nesya pergi ke toilet dia melihat Dea yang menangis diam diam, membekap mulut dengan tangannya untuk menahan isakan. Sungguh.. Nesya ingin memeluk Dea untuk menenangkan gadis itu tapi dia tidak bisa. Nesya duduk di sisi belakang Dea, menunggu gadis itu selesai menumpahkan kesedihannya.
"Sya?"
Lamunan Nesya buyar saat Dea menempuk punggungnya keras.
"Oksigen, Dea butuh oksigen Sya."
Seketika Nesya melepaskan pelukannya pada Dea. "Maaf De. Aku lupa, hehhe," Sesal Nesya.
"Kebiasaan," ucap Dea menghirup udara serakus rakusnya.
Pipin menghampiri Dea dan Nesya lalu menggerpak meja kuat. "Ka-"
"Pagi Anak-anak," sapa Pak morgan yang baru tiba.
Pipin tidak jadi melanjutkan ucapannya dan memilih duduk secepatnya, sebelum Pak Morgan melihatnya bisa abis Pipin disuruh hormat bendera dua jam.
"Pagi pak," ucap semua murid.
● ● ●
Aldi Anwar dan Joko mereka memilih bolos dari jam Buk Siska yang terkenal killer. Mereka bertiga pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang cacingnya sudah Demo mintak diisi.
"Gue lagi pdkt-an sama anak Pak kepala sekolah, sikakak kelas itu." Joko memulai sesi curhatannya.
"Si Nina itu ya?" tanya Aldi penasaran.
Anwar menampar pipi Joko keras sampai terdengar suaranya. PLAK!!
"Bangun!! Gak usah bawa haluan lo kisini!" ucap Anwar tertawa.
"Anjingg," umpat Joko tertahan. "Gue gak lagi tidor!" lanjutnya memegangi pipinya yang berdenyut.
Aldi tertawa yang diikuti oleh Anwar.
"Si Nina gak bakalan lo dapetin." ujar Anwar pedas.
Joko mendengus. "Jodoh gak ada yang tau!" ujarnya percaya diri.
"Deket, suka, dianya gak suka," ucap Anwar
"Ada yang suka, kitanya yang gak suka," Aldi.
"Deket, sama sama suka, ehh beda agama," Joko
"Deket, sama sama suka, belom punya pacar, ditikung temen," Anwar.
"Deket, belom punya pacar, seiman, gak ketikung "kita temenan aja" "kamu udah kayak kakakku, kayak adekku" "kamu udah kayak Bapakku," lanjut Joko mendramatis. Yang mengundang gelak tawa. Kecuali Aldi yang merasa tertohok dengan ucapan "Adek."
● ● ●
Jam istirahat pertama sudah berbunyi dua menit yang lalu. Dea dan Pipin berencana akan makan di kantin, sedangkan Nesya gadis itu membawa bekal dan tidak mau pergi ke kantin. Alhasil hanya Dea dan Pipin-lah yang akan pergi ke kantin.
"Munaroh, lo jujur deh sama gue," ucap Pipin saat mereka berdua makan di kantin.
Dea mendongak menatap Pipin bingung. "Soal apa? Anwar? Gue gak suka sama dia, lo tenang aja!," ucap Dea kembali memakan Nasi gorengnya.
Pipin menjitak dahi Dea kesal. "Ngomong mahkluk itu lagi gue siram lo pake kuah bakso." Kesal Pipin menambah cabe pada baksonya.
Dea meringis pelan. "Jujur tentang apa sih?" tanya Dea memperhatikan Pipin yang terlalu banyak memasukkan cabe ke mangkoknya.
"Tatap mata gue!" ucap Pipin menatap mata Dea.
Dea menatap mata Pipin penasaran."Iya?"
"Kalau lo berani bohong, hidung lo panjang kek pinokio di tipi tipi!" ucap Pipin.
"Lo suka sama Aldi kan!?" lanjut Pipin, membuat Dea tersedak.
"Uhukk uhukk lo ngomong uhukk apaan sihh?" Dea cepat cepat meminum air putih.
Pipin menepuk punggung Dea pelan. "Udah? Masih sakit?" tanya Pipin.
"Udah."
Pipin kembali memakan baksonya, dia terus memakan bakso bahkan dia menyerundup kuah bakso yang tersisa.
Dea memperhatikan Pipin yang sepertinya tidak kepedesan. "Gak pedes ya?"
"Hum? Pedes?" ucap Pipin bingung. Satu detik dua detik tiga..."Hahh.. pedess Dehh. Tolonginn hahhh air manahh airr?" Pipin meneguk air nya. Tidak cukup! Dia berlari mengambil minuman dingin dan meneguknya habis.
"Legaa." Pipin kembali duduk di kursinya.
"Masih pedes?" tanya Dea menatap mata Pipin yang berair.
Pipin mendelik Dea tajam. "Lo masukin cabe ke mangkok gue ya!? Temen lucknut lo!" semprot Pipin.
"Enggak! Lo sendiri yang masukin gue mah gak nyentuh!"
"Masa sih?" Pipin memegangi perutnya. "De.. perut gue sakit," ucap Pipin menekan perutnya.
"Mau ke toilet?" tanya Dea khawatir.
Pipin mengangguk kuat.
"Mau ditemenin?" tanya Dea. Dia pergi untuk membayar mangkanan mereka. "Yukk." Dea mengangkat tubuh Pipin.
"Gak usah! Gue sendiri aja De." Pipin melepaskan rangkulan Dea. Lalu berlari sekencang kencangnya sampai dia menambrak seorang siswi.
Dea bengong melihat Pipin yang memarahi siswi yang dia tabrak. "Ck, dasar Jamilah."
Dea pergi menuju kelasnya sendiri. Saat melewati kelas Aldi, Dea berjinjit mengintip kedalam melalui kaca jendela yang transparan. Dea membeku saat melihat Nesya dan Aldi saling suap suapan di dalam kelas. Tawa Aldi yang menggema dan senyum manis Nesya yang membuat hati Dea nyeri.
"Liatin apa?"
Dea terkejut mendengar suara yang terlalu dekat di telinganya. "Kakak apaansih! Ngagetin aja." Delik Dea tajam pada Angga.
"Ngintipin orang lagi pacaran ada sanksi-nya."
"Sejak kapan ngintipin orang pacaran ada sanksinya? Ehh, mereka gak lagi pacaran ya!" ucap Dea kesal. Mereka gak pacaran, mereka cuman pdkt-an titik!!
Angga kembali mengintip ke dalam. "Mereka pacaran! buktinya, sekarang mereka lagi ciuman."
Dea terkejut dan langsung mengintip. "Becandanya gak lucu!!" ucap Dea marah. Dea pergi meninggalkan Angga yang tertawa puas. Mereka gak lagi ciuman!!
Tapi.....
Dea cemburu melihat Aldi sama Nesya makin nempel...
● ● ● ●
Note: maaf ya semua telat up🙏🙏
#sayang kalian🍒💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments