...Mengapa kuterus mengimpikanmu...
...Mengapa aku menangis untukmu...
...Mengapa aku selalu tersakiti...
...Mengapa aku berharap padamu...
...Jelas jelas kau tak memikirkan aku...
...Jelas jelas kau tak menginginkan aku...
...Jelas jelas kau tak pernah menganggapku ada...
...Mungkinkah ini sudah jalan takdirku...
...Ohh mungkinkah ini memang yang terbaik untukku...
...Namun tak kuasa aku bila terus terus begini aku tak sanggup sungguh aku tak sanggup....
...Jelas sakit-sauqy🎧🎶...
Hanya lagulah yang bisa mendeskripsikan bagaimana perasaan Dea saat ini. Malam yang sunyi dan gelap mewakili hatinya yang sakit.
Dea cemburu melihat kebersamaan Nesya dan Aldi. Apa dia berhak cemburu? Dia tidak punya hubungan apa pun dengan Aldi, hanya sebagai teman yang sepertinya dimanfaatkan.
Apa sekarang Dea menjadi gadis yang bodoh? Mengejar hati seseorang yang tidak mau dikejar. Dia yang pertama mengenal Aldi dan dia yang pertama suka sama Aldi bukan Nesya, kenapa Nesya yang jadi dekat dengan Aldi. Kenapa bukan Dea? Kenapa semesta tidak memihaknya?
Air mata mulai turun membasahi pipinya yang tembem.
"Kok jadi cengeng sih? Dea kuat kok, jangan nangis dong De. Kalau Jamilah lihat bisa diketawain sebulan ini" Lirih Dea sambil menahan isakkannya.
Hiks hiks...
Dea tidak sanggup menahan isakkannya. Dea ingin berhenti tapi air matanya terus berjatuhan dan isakkannya malah makin menjadi.
Dea mendengar suara deru mobil yang memasuki perkarangan rumahnya.
Dea membukak jendelanya. "Ayah"
Dengan segera Dea menghapus sisa air matanya. Lalu turun ke lantai bawah untuk menemui Ayahnya yang sangat Ia rindukan.
Dari jauh Dea mendengar suara Bundanya yang memarahi Ayahnya. Dea berlari menyusuri tangga dan tekejut dengan pemandangan ruang tamu yang sudah berantakan. Vas bunga yang pecah dan darah, "Darah" Dea menutup mulutnya kuat kuat.
Dea berlari memeluk Bundanya yang akan melayangkan pecahan vas bunga yg tajam pada Hendrick Ayah Dea. "Bunda jangan" ucap Dea dengan suara tangisan yang memilukan.
Astrid menghentakkan tangan Dea dan mendorongnya kuat. Dea yang tidak siap akan perlakuan itu membentur tepi meja dengan keras, darah mengalir dari dahi putih gadis itu.
"Jangan sakiti anakku!!" ucap Hendrick dengan marah. Dia memopong tubuh Dea yang bergetar hebat, dan memdudukinya ke sofa.
Astrid yang melihat itu, meludah kesamping "cihh. Anakmu? DIA ANAK HARAM WANITA ****** ITU" ucap Astrid menjambak rambut Dea.
Deg
Dea kaku, seperti ada pisau yang menusuk hatinya berulang kali. Rasa sakitnya beribu ribu kali lipat dari rasa sakit jambakan Bundanya.
"Anak haram? Tidak!! Dea salah denger. Dea anak Bunda sama Ayah! Bunda Dea salah denger kan? Kuping Dea kayaknya bermasalah" ucap Dea, memukul kedua telinganya dengan keras.
Hendrick menampar pipi kanan Astrid, dengan mata yang menyalang. "Jangan pernah kamu bilang dia anak haram!!" ucap Hendrick menggertakkan giginya.
Astrid menatap mata Hendrick penuh tantangan. Lalu melihat kearah Dea. " Saya bukan Bunda kamu! Dan kamu bukan anak saya! Masalah ini muncul karna kelakuan Ibu kamu yang ****** ITU!!" ucap Astrid marah, dia sengaja menekankan kata ******.
"Kalau hanya pengen ribut, mending nggak usah pulang" ucap Fano sinis.
Fano dan Stella baru pulang dari reunian. Tentu saja mereka sudah mengetahui kebenarannya. Mereka masih mengingat bagaimana Ibu Dea menitipkan Anak diluar nikahnya dengan Hendrick sang Ayah. Keluarga harmonis mereka musnah, saat Hendrick mengakui bahwa dia selingkuh dengan wanita yang bekerja sebagai ****** di sebuah bar terkenal.
Wanita mana yang akan ihklas menerima anak dari selingkuhan suaminya? Suasana rumah yg semula berisik dengan suara tawa, berubah menjadi suara berisik pertengkaran yang mencengkam.
Stella mendekati Dea yang terlihat pucat. Dan menjambak rambut Dea tanpa rasa kasihan pada gadis itu. Dea pasrah, dia pantas mendapatkan perlakuan keji ini. Bahkan ini tidak sebanding akan rasa sakit Bundanya yang harus melihat anak selingkuhan suaminya tumbuh besar didekatnya.
Sekarang Dea mengerti kenapa dia selalu dibedakan dengan kakaknya. Dia anak haram yang merusak kebahagiaan keluarga orang.
Dia tidak pantas menerima kasih sayang dari Astrid. Abang dan kakaknya pun tidak sebanding dengannya. Semua kehancuran berasal darinya. Anak haram dari seorang ******! Sungguh, takdir mempermainkannya.
...● ● ●...
Aldi memarkirkan mobilnya dan masuk ke rumahnya. Ralat, rumah Ayah-nya. Dia bersiul gembira sambil menenteng jaket kulit dipundaknya.
"Masih ingat rumah?" Ucap Abram Ayah Aldi. Dia duduk disofa sambil meminum kopinya.
Aldi hanya melihat sekilas, lalu kembali melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan Ayahnya.
"ALDI WIJAYA! SAYA LAGI NGOMONG!!"
Aldi tidak memperdulikan Abram yang memanggilnya dengan nada emosi. Takut? Tidak! Dia tidak pernah takut dengan sosok Ayahnya yang membesarkannya tanpa seorang istri.
Ibunya meninggal karna ulah kekerasan yang dilakukan Ayahnya. Bahkan saat Ibunya sedang mengandung Adiknya, Ayahnya selalu menampar bahkan memukul Ibunya dengan benda benda yang ada disekitarnya. Sampai Ibunya keguguran dan akhirnya tidak dapat diselamatkan. Ibunya meninggal dengan Adiknya yang baru berumur lima bulan.
Menyesal? Tidak. Ayahnya tidak pernah menyesal dan bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun.
Adakah alasan Aldi hormat pada Ayah yang membunuh Ibunya, dan Anak yang dikandung Ibunya.
Aldi merebahkan Badannya diatas kasur. Dia merindukan pelukan Ibunya, dia merindukan soto ayam buatan Ibunya. Dia merindukan Ibunya.
Membenci Ayahnya adalah balas dendam yang sedang dilakukannya. Dia muak melihat Ayahnya selalu membawa wanita malam kerumah.
Ayahnya selalu menikahi banyak wanita kaya, hanya untuk memperluas bisnisnya. Setelah semua dia kuasai dia akan mencampakkan wanita itu tanpa rasa kasihan.
"Bu, kapan Aldi bisa ketemu sama Ibu? Aldi pengen sama Ibu, Aldi muak disini. Jemput Aldi Bu."
...● ● ● ● ...
Note: cuma mau bilang, semoga kalian suka😊
Pencet bintanya ya beb.
#salam sayang👄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments