Happy reading><
● ● ● ●
Terasa Sakit untuk Mencintaimu.
Aku Tidak Bisa Mengosongkan Pikiranku Darimu, Dan itu Sangat Menyedihkan.
-Dea-
Di malam hari yg cerah dengan bulan dan bintang yg mendominasi langit. Seorang gadis duduk di balkon kamarnya ia sibuk membaca buku materi.
Ya, masa orientasi siswa sudah selesai sudah satu bulan Dea di sekolah. Sekali-kali dia mencari cowok plester itu, tapi Dia tidak menemukannya.
Pikirannya tiba-tiba melayang entah kemana,
Sehingga tidak fokus pada materi yg di bahasnya. Ingin rasanya dia menangis, tapi dia tidak tau apa alasannya. Hidupnya memang terlalu menyedihkan untuk ditangisi.
"Woy, turun kebawah Bunda nyuruh makan bersama," ujar Fano sambil melihat sekeliling kamar Dea, Lucu bagaimana tidak kamar Dea dipenuhi oleh salah satu kartun jepang yang banyak digemari anak-anak yaitu karakter Doraemon.
"Eh abang ganteng, tumben Bunda ngajak Dea makan bersama!?" ucap Dea tersenyum lebar.
"Turun aja!" ucap Fano pergi meninggalkan kamar Dea.
Pasti Ayah pulang, monolog Dea Tersenyum lebar.
Tanpa pikir panjang lagi Dea bergegas turun kebawah.
Sesampainya di ruang makan Dea tidak menemukan sosok Ayahnya. Dia pun mendesah lemah, "Ayah nggak pulang lagi ya Bun?" tanya Dea.
"Udah tau nggak usah nanya!" ucap Astrid Bunda Dea.
Dea hanya bisa menunduk pasrah. Ia duduk dan mulai mengambil makanannya, dia makan dalam hening.
"Dea berapa unur kamu?"
Dea menoleh herah, "17 tahun Bunda."
Astrid menatap Putranya Fano sekilas, lalu kembali menatap Dea intens.
"kamu sekarang sudah besar, ada sesuatu yg ingin Bunda bicarakan," ucap Astrid, dengan nada yg lembut.
"Bunda mau ngomong apa?" tanya Dea dengan hati-hati.
"Jangan sekarang Bun," ucap Fano tiba tiba, yg membuat Dea semakin penasaran.
Astrid mendesah lemah. "Iya, tapi kan Dea sudah besar dia harus tau kebenarannya," ucap Astrid sendu.
"Kebenaran apa?" tanya Dea bingung.
"Nggak ada apa apa kok De, tenang dong jangan bingung gitu tambah jelek tau," ucap Stella diiringi canda tawa.
"Dea selalu jelek, mau bentuk ekspresi manapun kak!" ucap Dea cemberut, yg membuat Fano dan Astrid tersenyum.
Mereka makan dengan dihiasi canda tawa Stella dan Dea, seperti inilah yang di inginkan Dea. Sangat jarang mereka seperti ini, andai saja mereka bisa selamanya seperti ini.
● ● ●
Selesai makan Dea bergegas pergi ke kamarnya, dia harus menyelesaikan tugas yg tertunda tadi.
"Bapak botak baik bener dah ngasih tugas segini banyaknya. Kek nya dia emang berniat bikin Dea mati muda." kesal Dea yg melihat tugas yg menumpuk, yg sayangnya satupun dia tidak mengerti.
"Ahha!!" berkat otak Dea yg sedikit berfungsi, dia mendapatkan solusi dari masalahnya. Dia segera mengambil Handphonenya dan mulai mengetik.
#My_friend😘
Hai sya Dea comel lagi galauuu beratt nihh:(
Galau kenapa De?
Dea pengen banget ngerjain tugas yg dikasihh Bapak botak, tapi apalah daya otak Dea yg pas-pasan ini :(
Dea pengen nyontek PR aku nggak?
Dea gakpapa Sya Dea masih bisa kok ngerjainnya, tapi kalau Nesya maksa ya gakpapa juga sih.
Dea pasrah aja deh><
#My_friend 16 sent fhoto
Makasihh ya sya tambah sayang dehh;)
Iya De:)
Dea pun mulai membuat tugasnya. Kadang dia terfikir perkataan Bundanya tadi, kebenaran apa yang tidak dia ketahui? Apa itu hal buruk?
● ● ●
07:01WIB
Dea sudah berada di sekolah. Saat Ia menuju kelas, Ia melihat Nesya yg sedang menenteng buku paket tebal menuju kelas. Tanpa pikir panjang lagi Dea berlari menuju Nesya.
Tiba tiba
"Ahww." Dea tersandung kakinya sendiri dan itu membuat lututnya sedikit berdarah.
"Lo nggakpapa, mau dibantuin?" tawar seorang pria.
Dea pun mendongak, untuk melihat siapa pangeran berkuda putih yg menawarkan bantuan padanya, sang pangeran yang berbaik hati mau mengendongnya ala bridel style. Dea sudah mulai halusinasi dia tersenyum jail. Dea melototi matanya saat tau siapa yang menolongnya itu, sudah satu bulan dia mencarinya dan sekarang dia tidak sedang mencarinya orang itu malah mendatangi Dea.
"Lo!! Iya itu lo! Cowok plester gue!!" Pekik Dea antusias, membuat cowok itu mengernyit bingung.
"Cowok plester lo?" ucapnya bingung.
"Iya! Lo cowok yg waktu itu ngasih plester ke gue di belakang sekolah." jawab Dea dengan semangat 45.
Dea pun berdiri dan mengulurkan tangannya. "Kenalinn gue Deaninda Agantara, panggil aja Dea," ucapnya disertai senyum yg lebar.
"Gue Aldi Wijaya panggil aja Aldi." ucap Aldi dengan senyum kikuk.
"Nama lo bagus kayak orangnya." ucap Dea dengan senyum centilnya.
"Udah tau!" ucap Aldi dengan sombong. Lucu adalah kesan pertama yang didapatkan Aldi dari Dea.
"Btw, gue lupa kejadian itu. kapan ya?" ujar Aldi menempelkan jarinya disudut bibirnya, kebiasaan kalau dia sedang berfikir keras.
"Nggak papa kok kalau lo lupa kejadian itu. Asal jangan lupa sama Dea aja, hehe," ucap Dea dengan cengirannya.
"Oke Dea, gue duluan ya udah dipanggil temen tuh, see you Dea," ucap aldi Melepaskan tangannya, yg sedari tadi dipegang Dea lalu pergi menyusul temannya.
"Iya, jangan lupain Dea ya!" ucap Dea menatap telapak tangannya dan tersenyum manis.
Dea melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda menuju kelas X IPA2. Ia melihat Nesya yg sedang membaca.
Dea menghampiri Nesya dan duduk disebelahnya. "Sya lo tau nggak?" ucap Dea dengan semangat.
"Nggak tau De," ucap Nesya bingung.
"Kok Nesya nggak tau sih?" ucapnya cemberut.
Nesya meletakkan Novel Mariposa diatas meja, dan menatap mata Dea lembut. "kamu belum cerita De."
"oh iyaya! Hehe," ucap Dea cengiran.
Dea pun bercerita dari pertama dia ketemu Aldi di belakang sekolah, sampai Ia jatuh ditangga tadi pagi. Dea bercerita dengan semangatnya, seakan akan Ia sudah mengklaim Aldi sebagai miliknya.
Seharian ini Dea selalu memikirkan Aldi, dan sekali kali memerhatikan tangannya dan tersenyum. Dia lupa akan luka dikakinya yg sudah mengering. Dari jam pembelajaran pertama sampai selesai Tak henti hentinya Ia memikirkan Aldi.
● ● ●
Krinngg
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Tapi Dea masih sibuk berimajinasi tentang masa depannya dengan Aldi, imajinasi Dea sudah sampai mereka menikah dan mempunyai anak dan hidup bahagia selamanya.
"De, kamu nggakpapa?" ucap Nesya khawatir. Pasalnya selama jam pelajaran sampai bell sekolah berbunyi, Dea selalu termenung dan tiba tiba tersenyum, yg membuat Nesya bergidik ngeri.
"Ahh, apa?" ucap Dea parno sambil memperhatikan sekelilingnya. Kosong.
"Bell udah bunyi tuh, ayuk pulang De," ucap Nesya geram.
"Haa? yg bener Sya? kok cepet sih?" tanya Dea bingung dan melihat jam dipergelangan tangannya.
Nesya mendesah lemah. "Iya De, kamu kenapa sihh seharian ini ngelamun aja? Pak morgan merhatiin kamu tadi."
"Ngapain tuh Bapak botak merhatiin Dea? Dia naksir sama Dea? Maaf ya Dea udah punya gebetan, nggak mungkin Dea hianatin dia. Lagian Dea masih doyan cogan muda,"ucapnya berlagak pinggang dan segera mengemasi buku-bukunya.
Nesya hanya bisa geleng geleng kepala "Iya De, apa kamu kata aja deh," ucap Nesya pasrah.
"Hehe, yaudah yuk pulang?" ucap Dea dan dianggukkan oleh Nesya.
Merekapun pulang bersama.
Sepanjang perjalanan Dea masih kepikiran Aldi Wijaya.
Aldi kelas berapa ya? Aldi udah makan apa belom? Aldi sekarang sama siapa? Aldi pulang naik apa ya? Aldi sekarang udah sampe nggak ya? Aldi pake baju warna apa ya?
Dan masih banyak lagi yg dipikirkannya.
Aldi sudah membuat seorang Deaninda Agantara, merasa penasaran akan sosok Aldi Wijaya.
● ● ● ●
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
pandmeow
cemungutttt
2023-08-06
0
Fushito UwU
Thor, aku hampir kehabisan kesabaran nih, kapan update lagi?
2023-07-30
0
Brock
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
2023-07-30
0