Klik bintang sebelum baca ya teman-teman🌟👇
"Anwar lo goblok apa gimana sih haa!!" Marah Pipin tertahan. Sungguh laki-laki di depannya ini sedang menguji kesabarannya.
Anwar memelas, menempelkan kedua tangannya didepan dada memohon. "Maaf dong Beb. Gue mana tau lah kalau si Nenek Lampir itu datang. Jangan marah dong nanti cepet tua gak comel lagi."
"Lo sih main nyosor aja gue udah bilang nanti ada yang liat, lo nglotot sih beneran ketahuan kan jadinya. Sekarang muka gue mau ditaruh dimana haa!! Malu tau gak!?" Emosi Pipin meluap-luap. Sekarang mereka berada didalam kelas yang anak-anak lainnya pada ke kantin. Jadi Pipin bisa bebas meneriaki cowok goblok yang saat ini merangkap jadi pacarnya. Ya, mereka balikan. Entah setan apa yang merasuki Pipin sampe mau-maunya balikan dengan Anwar.
"Kenapa sih kalau si Nesya tau kita pacaran? Kita cuman HAMPIR ciuman bukan ciuman. Lagian kenapa kalau dia liat kita ciuman. Kita ini udah balikan jadi udah halal, kenapa diperpanjang sih Beb." Anwar membela dirinya. Anwar tidak habis pikir dengan kekasihnya ini, masalah sepele aja diperpanjang kan jadi pusing tujuh keliling kepala sempurna Anwar.
"Lo goblok ya!?"
"Goblok-goblok gini pernah jadi atlet lompat pagar disekolah!! Dapat piagam surat panggilan orang tua pula. Kurang hebat apa gue humm??" Anwar membusungkan dadanya dan menepuknya bangga beberapa kali.
Pipin ingin sekali membunuh Anwar saat ini, kalau misalnya ada tali disini mungkin Pipin akan menggantungkan Anwar dengan tali supaya otaknya sedikit berfungsi. "Hebat deh ampe gak tahan pengen bunuh!"
"Gak tahan?? Sabar dong Beb. Aku ini masih polos, nanti ya kalau kita udah halal baru dehh terserah kamu aku mah ikhlas lahir batin." Cengir Anwar.
"Ya allah kenapa gue bisa cinta sama mahkluk bego yang satu ini? Kenapa ya allah? hayati sungguh lelah." Pipin menengadahkan kepalanya keatas seolah-olah sedang berdoa kepada tuhan.
"Ehh diam itu Dea datang. Sana pergi ke kelas lo nanti ketahuan lagi," usir Pipin mendorong tubuh tegap Anwar keluar kelas.
"Kenapa hubungan kita gak boleh ada yang tau sih?" Ujar Anwar serius. Kalau Anwar sudah seperti ini berarti dia marah, dan Pipin tidak suka akan hal itu. Cowok ini jarang marah dan berbicara serius. Anwar pernah marah padanya dulu tapi Pipin malah menganggap-nya bercanda sejak itulah hubungan mereka renggang dan akhirnya putus.
"Gak pa-pa sih, aku cuman malu aja," jujur Pipin lemah.
"Lo malu pacaran sama gue?" Dengan sigap Pipin menggeleng kuat. Dia jadi takut putus lagi dengan Anwar. Masa baru balikan tiga hari udah putus lagi. Kan gak lucu!
"Bukannya gitu. Yaudah aku kasih tau Dea, lagian dia temen aku bakal dikasih tau juga kok. Jangan marah ya, senyumm," pinta Pipin menarik kedua sudut bibir Anwar yang membuat Anwar jadi senyum.
"Kalian ngapain?"
Seakan- akan baru disadarkan Pipin dan Anwar sama terkejutnya saat Dea menatap mereka dengan tatapan bingung.
"Pipin tangan kamu kenapa dibibir nya Anwar?" Tanya Dea menunjuk.
"Ehh," Pipin langsung menarik tanganya. Anwar menatap Pipin lekat mengisyaratkan udah bilang aja ke dia.
"Gue takut," cicit Pipin pelan.
"Gak mau duduk dulu De? Pipin mau ngomong sesuatu sama kamu dan ini sangat penting menurut gue." Ucap Anwar serius.
Dea berjalan kearah mereka berdua dan menduduki bokongnya di bangku samping Pipin duduk. "Kenapa? Kucing tetangga lo nyuri makanan lagi?"
"Iyahh bener banget lo, emang kucing gak tau diri udah dibiarin numpang dirumah gue malah ngelunjak nyuri makanan gue. Bikin darah tinggi tau gak!" Emosi Pipin bergejolak saat mengingat kemaren kucing tetangganya mencuri makanan yang baru dimasak. Sudah cape-cape masak malah dimakan kucing kan gak enak baget.
"Yang mau diomongin Pipin bukan itu De," ucap Anwar dingin menatap Pipin.
"Ehh iya anu itu anu," gugup Pipin semakin meningkat. Dia menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Kita balikan De." Anwar memegang tangan Pipin.
"HAA??!"
● ● ●
Dea pulang sekolah menggunakan angkot saat dia menuju pintu dia melihat mobil yang terasa asing dipenglihatannya. "Ada tamu ya?"
Dea melangkahkan kakinya masuk kedalam. "Assalamualaikum."
"Waalaikumsakam," jawab semua orang.
"Dea cepet keatas ganti baju habis itu datang kesini. Ada sesuatu yang mau kami katakan," ucap Hendrick lembut.
"Iya yah. Eh Tante," tunjuk Dea heran. Ayu tersenyum lembut pada Dea. "Kita ketemu lagi sayang." Sapa Ayu.
"Dea kekamar dulu ya mau ganti baju," ujar Dea tersenyum.
"Sekalian kemasi semua barang-barang kamu!" Perintah Astrid tanpa melihat Dea.
Dea tersentak dan memilih pergi kekamarnya.
Selang beberapa menit Dea turun menggunakan baju rumahan. Baju kaus oblong dan celana pendek sebatas betis.
"Kamu cantik ya sayang," puji Ayu tulus. "Persis Tante waktu muda," lanjutnya yang membuat Astrid dongkol setengah mati.
"Makasi Tante," ucap Dea tersenyum.
Dea duduk disebelah Stella. "Kalian mau ngomongin apa?" Tanya Dea penasaran. Percayalah pikiran Dea sekarang sedang berkelana jauh. Dea berfikir dia akan dijodohkan dengan anak Tante Ayu seperti cerita ******* yang sering dia baca.
"Kamu mau diadopsi orang ini," ucap Astrid singkat.
"Bukan. Kamu anak kandung saya Dea." Ayu menggenggam tangan Dea lembut.
"Haa?" Dea tidak mengerti.
"Kamu anak kandung saya Dea. Saya Mama kamu bukan Mbak Astrid," ucap Ayu.
Dea mematung, matanya melotot. Lidahnya seakan kelu tidak bisa mengeluarkan suaranya.
"Kamu ikut Mama ya," pinta Ayu lembut. Namun Dea tetap diam, hanya matanya yang mengisyaratkan seberapa terlukanya gadis remaja ini.
"Segera kemasi barang-barang kamu!!" Setelah mengucapkannya Astrid pergi meninggalkan semua orang yang menatapnya tidak suka.
Dea menundukkan kepalanya. Bukankah benar hidupnya dipermainkan!?
Tess
Dea tidak bisa menahannya lagi bulir bening itu akhirnya jatuh diantara jari-jari tangannya yang dipegang Ayu ibu kandungnya.
"Maafin Ayah Dea. Ayah memang orang tua yang tidak berguna," Hendrick ikut menangis. Menyesali semua perbuatannya.
"Dea ikut Mama." Putus Dea yang membuat semua orang menatapnya sedih dan tidak rela termasuk Astrid, kaki Astrid terhenti jantungnya berpacu cepat. Dia menyayangi Dea dia sungguh menyayangi putri kecilnya. Bulir bening jatuh bersamaan dengan rasa sakit hatinya yang membuat kepalanya berdenyut hebat, dia melangkahkan kakinya cepat.
● ● ●
"Selamat datang putri Mama," ujar Ayu saat mereka sampai dirumah yang letaknya sangat jauh dari rumah Dea dulu.
Ayu sangat bahagia namun tidak dengan Dea yang diam sejak dia mengemasi barang-barangnya. Dea hanya membawa sedikit barangnya karna dia merasa barang itu bukan miliknya barang itu pemberian Astrid jadi dia tidak punya Hak untuk membawanya pulang.
"Ini kamar kamu ya sayang," ujar Ayu mengusap surai rambut hitam Dea.
"Hm," ya dari tadi Dea hanya berdehem menjawab ocehan Ayu Mama kandungnya. Maafin Dea Ma batin Dea.
"Hai Tante."
Dea dan Ayu membalikkan badan untuk melihat siapa yang datang.
"Kamu!?"
● ● ● ●
See you next time🍒🍒
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments