SM20. Emosi yang berbaur

Sehari setelah ia tidak berangkat kerja, paginya ia datang ke ruanganku. Aku datang lebih cepat, karena berpikir Bunga tidak akan berangkat lagi dan hari ini aku akan repot seperti kemarin meng-handle pekerjaannya.

"Ini surat keterangan dokternya, Pak. Maaf, Saya kurang sehat dan butuh istirahat." Bunga menyodorkan sebuah amplop di depan mejaku.

Aku memandangnya dengan lekat, tapi aku diam tak meresponnya. Aku ingin tahu, apakah ia mengerti jika aku marah padanya. 

"Pak, ini." Bunga makin mendorong amplopnya ke depanku. 

Aku mengangkat alisku samar, tanda aku mengerti dengan amplop tersebut. Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya, karena ia malah memamerkan giginya. 

"Saya lanjut kerja ya, Pak?" Bunga menunjuk pintu ruanganku. 

Aku tetap diam, aku masih memandangnya dalam. Aku tidak berekspresi sama sekali, aku tetap memandangnya datar. 

"Kenapa, Bapak? Bapak Handaru, kenapa ya? Ada masalah apa ya, Bapak?" Ia terkekeh kecil, ia berjalan ke arah pintu dan menguncinya. 

Ia melangkah perlahan dengan melepaskan dua buah kancing yang berada di bagian dadanya. "Aku baru pulang pagi tadi, berangkat kerja pun dari tempat Hema. Nih, rok span yang Bapak ingin kemarin." Ia menarik tanganku, kemudian menempatkannya di alas duduknya.

"Kamu bekas Hema!" Aku me***** alas duduknya. 

Ia meringis. "Memang, aku bahkan punya anak sama dia." Dia tertawa sumbang. 

"B***l!" Aku menarik dagunya kasar, kemudian melahap bibirnya. 

Emosiku berbaur dengan b*****ku. S**s kali ini begitu memabukan, sensasinya tanpa batas dan membawaku lebih lupa bahwa kami melakukannya di ruanganku. 

Aku ingin marah padanya, ingin mencecarnya dari awal. Tapi rindu ini begitu sialan, membuatku kalah dengan sajian yang ia hidangkan. 

"Kasar betul, Abang. Rasanya kek lecet." Bunga mencoba bangkit dari pangkuanku. 

"Belum selesai, Sayang." Aku menekan p******nya ke bawah. 

Ia menggigit bibir bawahnya begitu seksi. "Mentok betul, Abang." Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku. 

Tok, tok, tok….

Aku teringat saat aku tengah akan memulai dengan Harum, kemudian Bunga datang untuk melamar pekerjaan. Seperti dejavu yang begitu konyol, aku panik dan malah akan segera kl****s.

"Abang…." pekiknya tertahan. 

"Bunga…." Napasku berat sekali keluar. 

Aku mengangkat dirinya sedikit, hingga warisanku benar-benar terlepas. Kemudian aku memijatnya pelan, hingga anak-anakku gugur kembali untuk tumbuh di rahim. 

Aku pasti berceceran. 

"Han…." Suara itu suara ayah. 

"Han, kamu di dalam?" lanjutnya kemudian. 

Sejak hari itu sampai hari ini, ayah memang stay di rumah. Kemarin ia tidak datang ke tempat kerjaku, tapi aku tidak menyangka jika hari ini beliau malah datang. 

"Aku tanggung, Abang." Tangan Bunga membawa wajahku mendongak menatapnya. 

Kasihan sekali, ia sepertinya belum selesai. 

"Nanti kita lakuin lagi. Minta tolong bantuin bersihin, itu suara ayah." Aku mencoba membantunya untuk turun dari pangkuanku. 

"Ayah?" Matanya membulat, ia buru-buru turun dari pangkuanku. 

"Handaru…." seru ayah lebih kuat. 

Tok, tok, tok….

Ketukan pintunya pun sudah seperti akan merusak pintu. 

"Ya, Yah. Bentar. Tunggu di depan aja." Aku tengah menarik tisu lebih banyak untuk mengusap cairan ini. 

Esok-esok aku harus stok tisu basah yang untuk cebok bayi itu. 

"Nah, nyahut orang tuh. Ya, cepetan!" 

Aku tidak tahu apa yang ayah pikirkan, semoga ia tidak mendengar grasak-grusuk kepanikan kami. 

"Bang, kalau aku keluar duluan. Aku khawatir ayah masih di depan dan sempat lihat aku keluar. Lebih baik Abang dulu yang keluar, nanti baru aku yang ambil ancang-ancang untuk keluar." Bunga tengah menata ulang rok spannya. 

Aku mengangguk cepat. "Celana aku kena cairan lagi. Gimana ini?" Aku membasahi tisu kering dengan air, kemudian menggosok celanaku. 

Panik bukannya langsung turn off, tapi malah sensasinya semakin menantang. Yang tadinya masih kuat, malah langsung jebol. 

"Ganti aja, bawa celana lagi tak?" Bunga mengumpulkan tisu kering bekasku mengusap cairan ini. 

"Nah itu masalahnya. Mikirnya setiap hari pulang ke rumah, jadi gak pernah sedia baju di mobil." Aku bangkit dan menata ikat pinggangku. 

Buru-buru aku mencari parfum, kemudian menyemprotkannya ke arah resleting celanaku dan ke penjuru ruangan ini. Sedih juga kurasa, parfum setengah juta sia-sia begini. 

"Keringatnya di kondisikan itu." Bunga membingkai wajahku dan mengusapnya dengan tisu. 

"Aku keluar duluan ya?" Aku menurunkan tangannya dari wajahku. 

"Ya, Bang." Ia merapikan rambutnya. 

Rasanya aku kapok melakukannya di ruang kerjaku. Mungkin aku harus lebih rapi, mengajaknya ke hotel atau menghabisinya di rusunnya saja. 

Kan lupa kan, ke mana aku yang berencana mengamuk pada Bunga itu? Malah aku bergelut dengannya. Emosiku meluap tidak karuan. 

Keteganganku belum selesai, karena ternyata ayah masih berada di depan pintu ruanganku. Ia bohong untuk menunggu di depan, ia masih berdiri di tempatnya. 

"Ayah." Aku cepat menarik pintu ruanganku agar tertutup kembali. 

Ayah tidak mencegah pintu itu tertutup, tapi mendorong dadaku hingga aku harus menahan satu langkah ke belakang. Otomatis, pintu yang belum sempat tertutup itu harus diganjal dengan tubuhku. 

Kepala ayah lebih dekat dengan tubuhku. Tiba-tiba ia menoleh ke bagian dalam ruangan, kemudian terdiam sejenak dan menarik bajuku. Pasti ayah sudah melihat siapa yang berada di ruanganku tadi. 

"Barang datang! CS kamu dikurung, gak ada yang nerima barang. Sana urus dulu!" Ayah menunjuk mobil kontainer sedang yang parkir di depan halaman tempat usahaku. 

"Iya, Yah." Aku meninggalkan ayah dan melangkah pada sopir kontainer yang duduk di kursi tunggu. 

Seiring aku berbicara dengan sopir, aku kian memperhatikannya dan melirik ke arah ayah terus menerus. Aku khawatir ayah masuk ke ruanganku, atau menegur Bunga. Meski kenyataannya bahwa ayah hanya berbicara dengan montir yang sedang tidak bekerja, tapi aku khawatir ayah menghampiri Bunga dan menegurnya. 

Sampai barang-barang diturunkan, Bunga belum juga keluar. Aku menyelesaikan pekerjaan Bunga ini, sampai akhirnya ia muncul setengah jam kemudian dengan penampilan yang sudah amat rapi. 

Rambutnya sudah diikat kuda, bukan tergerai seperti tadi. 

"Maaf, Pak." Bunga mengambil data barang yang ada di tanganku. 

"Hm." Aku bersikap biasa, karena ini sudah kesepakatan kami jika di depan karyawan yang lain. 

Tapi jelas percuma saja, karena ayah sudah tahu hubungan gila kami yang sebenarnya. Entah juga ada apa dengan ayah, biasanya ia tidak anteng di rumah, tiba-tiba terus menerus stay di rumah. Aku merasa seperti terus dimata-matai oleh ayah, meski ia terlihat acuh dan tidak peduli. 

"Temenin Ayah ngopi di seberang, Han." Ayah menghampiriku, saat data barang sudah berada di tangan Bunga. 

"Tapi sekarang masih jam kerja, Yah." Aku lebih mencari basa-basi saja. 

Aku bos di sini, aku bebas keluyuran. 

"Kamu belajar sama Ayah, Han. Jangan ajari Ayah tentang jam kerja, Ayah lebih paham pekerjaan kamu!" Nada bicaranya biasa saja, tapi urat wajahnya menyeramkan. 

"Iya, Yah." Aku hanya bisa menunduk. 

Saat aku mencuri pandang ke arah Bunga, ia tertangkap basah tengah memperhatikanku dengan lekat. Pasti ia berpikir, bahwa aku tengah dimarahi ayah. 

Kami tidak menggunakan mobil, kami hanya menyebrang di lalu lintas sedikit lenggang. Sampai akhirnya, kami duduk di cafe yang terlihat baru buka ini. 

"Bersihkan! Ayah pesankan kopi." Ayah melirik ke resleting celanaku. 

Arghhhh, rasanya malu sekali. 

...****************...

Bantu support, menuju kontrak, biar bisa update rutin. Minta doa dan dukungannya kak 🥰 konsisten itu berat kak, apalagi harus berkomitmen dengan kontrak 🤗

Terpopuler

Comments

Evi Ambon

Evi Ambon

semangat buat authorku

2023-06-23

2

Evi Ambon

Evi Ambon

Handaru handaru mati kutu kau sama bunga ,apa
hemz ...handaru dapt lawan yg seimbang

2023-06-23

2

Ritahutomo@gmail.com Akbarhutomo

Ritahutomo@gmail.com Akbarhutomo

handaru mabok janda... jandanya janda edannn😂

2023-06-22

3

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!