SM12. Menerima tantangan

"Siapa ya yang bilang 'nantangin?!'" Aku tertawa lepas melihat bibir lancipnya. 

"Kenapa datang?" Ia melirikku panas. 

Ternyata perempuan memakai daster itu cantik ya? 

"Lah, tadi nelpon katanya bisa datang gak? Ini datang loh, merasa tertantang." Aku menutup pintu.  

"Aku kangen." Ia bangkit dan menghampiriku. 

"Masa?" Aku kantong plastik berisikan makanan siap saji yang buka dua puluh empat jam. 

"S**** sih sebenarnya." Ia menerima dengan kekehan. 

"Sama dong. Aduh-aduh, kangen banget." Aku langsung memeluknya. 

Bunga kesulitan membalas pelukanku, karena tangannya repot membawa plastik makanan yang aku ulurkan tadi. 

"Tunggu, tunggu…." 

Aku langsung melepaskannya, merasakan ia tidak nyaman dengan pelukan mendadak dariku. Sepertinya, karena kantong plastik sialan itu. 

"Abang bau parfum perempuan. Apa dia bersih? Kapan terakhir cek darah?" Ia menatapku dalam, ia menunduk sekilas dan menaruh plastik berisi makanan tersebut di atas meja. 

"Satu bulan yang lalu, pas dia ganti KB. Dia bersih, cuma HB-nya rendah aja." Dokter menyarankan untuk tes darah dan tes urine dulu sebelum melakukan KB kembali. 

"Dia KB?" Matanya membulat, ia seperti tak percaya mendengarnya. 

Aku mengangguk cepat, kemudian aku duduk di sofa tamunya. Semoga saat Harum bangun pagi, aku sudah berada di sampingnya. Mana ayah biasanya pulang setiap hari Minggu lagi. Bagaimana jika aku tidak berada di rumah, tapi ia malah menemui Harum yang kebingungan tanpaku di sampingnya? 

"Ohh, aku tak mau KB. Kalau Abang setuju tentang keputusan aku itu, Abang harus rela main aman." Bunga duduk di hadapanku, ia mengeluarkan makanan dari dalam plastiknya. 

"P*D? Ia membuka kotak berukuran cukup besar itu. 

"Suka gak?" Aku membantu menyingkirkan plastik berukuran besar tersebut. 

Bunga hanya mengangguk. Ia menghela napasnya, setelah selesai membuka kotak pizza tersebut. 

"Jawab, Bang!" Ia memandangku dalam, ia terlihat kurang berselera dengan pizza tersebut. 

Ia terlihat berselera denganku. 

"Iya aku ikut, kalau hamil aku tanggung jawab." Dengan cara ini, aku bisa menguncinya. Tapi Harum pasti merasa sangat tersakiti. 

"Aku tak akan minta tanggung jawab, aku tak masalah punya anak dari Abang. Tapi tetap, aku tak akan minta komitmen. Aku bisa pergi dari Abang, meski perut aku udah sembilan bulan."

Aku selalu kena mental dengan mulutnya. 

"Kamu buat aku takut, Bunga." Aku menyugar rambutku. 

"Aku tanya ya?" Ia menggulung rambutnya secara asal. 

Aku mengangguk, aku menunggu pertanyaannya. 

"Abang puas tak dengan perempuannya?" Ia tersenyum simpul. 

Kenapa ia bertanya tentang rahasia ranjangku dan wanitaku? 

"Jawab, jujur!" Senyumnya lenyap seketika. 

Ia menakutkan, tapi aku suka ekspresinya. 

"Kurang," jawabku cepat. 

"Abang butuh aku tak?" tanyanya kembali. 

Aku mengangguk mantap. "Aku butuh kamu, aku bisa ninggalin…."

Ia memasang tangan kanannya di depan tubuhnya. "Aku cuma tanya Abang butuh aku tak?!" tegasnya kemudian. 

"Butuh." Ia siapa sebenarnya? Ia mendominasi sekali. 

"Aku juga butuh Abang. Kalau ada laki-laki lain pun, aku bakal ambil pilihan yang lain. Untuk sekarang, cuma Abang teman aku, partner aku dan seseorang yang mampu menuhin 'inginku' berkali-kali." Ia membuat tanda kutip dengan jarinya, saat mengatakan 'inginku'. 

"Jangan ganti-ganti laki-laki, Bunga. Aku bersih, aku selalu main aman." Aku pindah duduk di sebelahnya. 

"Abang harus bisa buat aku ketergantungan dengan Abang kalau gitu." Ia tersenyum miring. 

Aku sadar, aku dijadikan alat untuknya. 

Aku mengangguk. Jika memang ia tidak mampu aku miliki sekarang, mungkin nanti setelah ia ketergantungan denganku. 

"Abang setuju?" Ia menoleh dan tersenyum lebar. 

Ya salam, pilihan gila tapi dengan begini aku bisa menguncinya. Ingin keras kepala agar ia menurut, tapi malah aku yang sebaliknya dipermainkan olehnya. 

"Iya setuju, Sayang." Aku merengkuhnya dan mencium pipinya. 

"Nanti, Abang. Mood belum ngumpul, kita begadang malam ini." Ia mendorong dadaku, kemudian ia mencomot sepotong pizza tersebut. 

"Besok temani aku milih-milih rumah ya? Waktu itu kan belum jadi." Aku khawatir saat sedang berbuat, malah Hema datang mengganggu kegiatan kami. 

Tapi Bunga mengatakan, bahwa aku tidak boleh membatasinya. Yang artinya, bisa saja Bunga memberitahu alamat barunya ke Hema. 

"Heem." Ia mencium pipiku dengan keadaan bibir belepotan dengan topping pizza. 

"Hema udah ke sini?" Aku menekuk satu kakiku dan duduk menghadapnya. 

Tangan kiriku melewati tengkuknya, tangan kananku berada di pangkuannya. Aku mengusap-usap perutnya. 

"Udah, dari hari Sabtu dia di sini. Baru pulang, makanya manggil Abang. Aku kesepian." Ia menoleh dan tersenyum jahil. 

Aku sadar dan paham, bahwa aku memang dimanfaatkan olehnya. 

"Ngapain aja?" Aku mendengus aroma tubuhnya. 

"Seru-seruan, ciuman, main game, belanja, tidur bareng, makan bareng, aku BAB, dia mandi. Kenapa? Keberatan?"

Gila, mereka masih seperti suami istri. 

"S**s?" Aku ragu untuk bertanya, tapi aku penasaran. 

"Itu urusan aku, aku paham caranya main bersih. Tenang aja." Ia membuka tutup botol air mineral kemasan besar, yang berada di atas meja. 

Kemudian, ia meminumnya. 

Aku harusnya sadar diri, aku pun tadi berhubungan suami istri dengan Harum. Apa yang harus aku tuntut darinya? Aku pun seperti itu. 

"Cuci belum?" Ia berbisik di depan wajahku. 

Aku menatap ke bawah dan menunjuk milikku. "Ini?" 

Ia mengangguk, kemudian tersenyum lebar. 

"Udah, sempat bilas tadi. Tapi gak mandi, udah cuci dan udah bersih." Dengan aku mengatakan hal ini, pasti Bunga memahami aktivitas apa yang sudah aku lakukan dengan Harum. 

"Aku mau turun." Ia membuka pengait celanaku. 

"Turun ke mana? Sih dibuka?" Aku bingung karena ia berlutut di lantai. 

"Abang harus lebih dari yang aku kasih ya?"

Arghhhhh….

Ia menikmati es krim kerasku. 

Aku menyatukan rambutnya yang turun dari gulungan, karena mengganggu aktivitasnya. Aku menjadikan tanganku sebagai ikat rambut, dengan sesekali aku mengusap pelipisnya. 

Karena sisa tadi belum selesai, aku cepat mendapatkan tujuan hanya dengan kegiatan seperti ini saja. Bunga nampak kecewa, setelah men**** benihku yang lepas di mulutnya. 

"Bisa diulang, tadi dadakan turun pas main sama dia, aku ingat kamu terus." Aku menarik dagunya, aku membantunya bangkit dari posisinya. 

"Kenapa? Aku enak?" Ia terkekeh, lalu menyeka mulutnya sendiri. 

"Ter, ter, ter, terfavorit." Aku membawanya duduk di pangkuanku secara berhadapan. 

"Abang tak boleh selesai, kalau aku belum capek." Ia mencolek hidungku. 

"Aku rela pakai obat kuat kalau kaya gitu." Aku mengajaknya beradu mulut. 

Ia malah tertawa terbahak sampai giginya terlihat semua. Bau mulutnya terasa sekali, tepatnya bau benihku. 

"Pakailah sampai jantung Abang meledak." Ia mengalungkan tangannya di leherku. 

Ia cantik, cantik, cantik sekali. Aku selalu mengagumimu keindahannya. Aku jadi ingin memiliki anak darinya, pasti keturunanku rupanya seperti rupanya. 

"I love you, Bunga." Aku mengincar lehernya. 

"Thank you for the information." Ia menarik wajahku dari sana, kami sama-sama tertawa lepas melihat kabut minat di wajah masing-masing. 

...****************...

Apa sebutan yang pantas untuk mereka?

Terpopuler

Comments

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

Entah gimana lagi ini rasanya kehabisan kata2 aku, mau nasihatin tp aku suka cerita model begini😅

2023-06-17

3

fitrizakiah

fitrizakiah

apa mungkin alasan Hema menceraikan bunga krna ga bisa memenuhi kebutuhan biologis bunga 🤔🤔sedangkan bunga hiper jd dia memilih membebaskan bunga

2023-06-17

2

Niken Ayu

Niken Ayu

iih jadi pingin baca terus.. kau si bunga... Q jadi ter ter ter.. tapi bunga.. jika memang doyan atau masih on tu apa ndak ke inget dosa gitu atau takut gitu atau apa gitu...

2023-06-16

2

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!