SM15. Ketegangan di teras rumah

"Aku keponakan ayahnya." Bunga berjabat tangan dengan Linda. 

Linda adalah teman nongkrongku. Di tempat tongkrongan yang kebanyakan laki-laki, ia CS sekali dengan Harum yang merupakan sesama perempuan di tempat tersebut. 

"Ohh, yang dari Jambi ya?" Linda membalas keramahan Bunga. 

"Betul, Kak." Bunga menjentikkan jarinya. 

"Dari kapan di sini? Kok Han gak pernah bawa Lo main bareng kita sama tunangannya?" Linda melirikku.

"Kebetulan, aku baru di sini satu mingguan." Padahal berjalan ke hari ini, ya Bunga sudah dua mingguan di Jakarta.

Cuma benar, ia dekat denganku sudah satu mingguan. 

"Tinggalnya di mana? Beberapa hari yang lalu Gue ke Han nganterin pesanan, gak ada Lo di sana." Linda membuatku gugup. 

Bunga memandangku. "Aku tinggal sama kakak aku di rusun PJ, Kak." Sepertinya Bunga bingung mencari alasan. 

Apalagi, aku hanya mampu diam. Aku tidak bisa berbohong, aku tidak ahli berbohong. 

"Ohh, baru ke sini ya?" Linda memandangku. "Dia udah kenal Harum belum, Han?" tanyanya kemudian. 

"Udah," jawabku cepat. 

"Tumben ya keluarga ayah kamu ke sini, biasanya kan gak pernah tuh? Malahan, lebaran tuh Lo yang pulang kampung ke sana ya?" Linda duduk lesehan di dekatku. 

Aku celingukan, ia dengan siapa di sini? Aku khawatir ternyata ia datang dengan Harum. 

"Iya soalnya kakak aku merantau di sini, Kak." Bunga lagi yang menjawab. 

Bunga sepertinya paham, jika aku tengah gugup dan bingung. 

"Ohh…." Linda manggut-manggut. 

"Ke sini sama siapa?" Aku menoleh pada Linda. 

"Sama Permana." Ia menunjuk ke jejeran motor terparkir. 

Waduh, bertambah saja. Permana adalah tetangga kontrakan Harum, sekaligus pacar dari Linda. Linda dikenalkan oleh Harum dengan Permana tetangga kontrakannya itu, saat Linda dan aku tengah berkunjung ke kontrakan Harum. 

Aku manggut-manggut. "Gue udah selesai nih, Gue duluan ya? Kasian, barangkali dia ngantuk." Aku mengarahkan pandanganku pada Bunga. 

"Eh, nanti dulu. Nama Lo siapa?" Linda mencandak tangan Bunga. 

"Latifa," sahutku mendahului Bunga. 

Jika aku menyebutkan nama 'Bunga', pasti Linda menceritakan pada Harum dan Harum mengenalnya. Ia pernah datang ke tempat usahaku, kebetulan ada Bunga yang tengah bekerja. Harum menanyakan nama pegawai baru tersebut, pasti Harum tidak lupa dengan nama itu. 

"Oke, ati-ati ya?" Linda melambaikan tangannya pada kami ya bergegas pergi. 

Setelah membayar, aku langsung berjalan biasa ke arah mobil. Aku tidak menggandeng Bunga, aku pun tidak merangkulnya. Aku takut dibilang mesra dengan sepupu, aku takut dicurigai. 

"Ya ampun, Han. Handaru Albundio…. Sampai ngos-ngosan aku ngikutin langkah panjang Abang." Bunga mengatur napasnya, ketika sudah duduk di sampingku. 

"Dia teman aku, dia akrab sama Harum. Pacarnya yang di parkiran itu, dia tetangga kostan Harum," jelasku cepat. 

"Ya tak apa dong, biar cepet ketahuan. Nanti Abang bisa diputusin sama Harum." Ia menatap lurus ke depan dan tersenyum. 

"Asal kita nikah, gak apa." Aku menarik pelipisnya, kemudian mencium pipinya. 

"Halah, kita kawin aja. Yok? Di mana? Di rumah Abang yuk? Aku belum tau di mana rumah Abang." 

Aku mengajaknya langsung ke ikatan suci, bukan lagi pacaran. Tapi ia tidak mau, tapi ia menolak.

"Gak ah, nanti kamu sering datang ke sana. Aku masih tinggal bareng sama ayah aku." Hatiku selalu berdenyut, setiap kali mendapatkan penolakan darinya. 

Padahal niatku mulia. 

"Yahhh, tak adil kalau gitu. Itu sih terkesan aku simpanan Abang aja. Nanti kalau aku butuh, Abang lagi sulit dihubungi, kan aku bisa langsung datang tempat Abang." 

Pribahasanya butuh. Ia butuh kerasnya warisanku, ia butuh belaian dan gagahnya aku atas dirinya. 

"Tapi jangan ke rumah ya? Sebatas tau aja ya? Dari pagi tuh ayah ada di rumah soalnya." Aku melajukan mobilku ke arah rumah ayahku. 

"Oke, oke. Kalau mendesak ya aku masuk ke rumah." Ia menaik turunkan alisnya. 

"Besok pakai rok span ya? Aku pengen perk**a kamu di tempat kerja." Aku mencolek dadanya. 

Apa coba jawabannya? Ia malah menunjukkan kedua ibu jarinya. Lalu apa tanggapannya? Katanya….

"Yang enak ya?" Senyumnya lebar sekali. 

Ternyata ada ya perempuan yang suka jika diper**** olehku? Aku jadi teringat kejadian pertama kami. 

"Apa kamu gak pengen pakai KB? Biarpun aku buang di luar terus, tapi resiko hamil itu ada. Siapa tau, barang aku bocor. Siapa tau, benih hidup terbawa sama cairan bening itu." Aku berpikiran buruk, karena aku paham bagaimana proses kecelakaan hamil itu terjadi. 

Dulu saat masih sekolah, aku rutin menggunakan sarung. Meski kadang dilepas saat keluar dan tetap buang di luar, tapi setidaknya aman dari cairan beningku sendiri yang membahayakan. 

"Aku tak masalah hamil anak Abang." Ia mengusap tanganku yang berada di perseneling. 

Aku yang takut ia kabur dengan membawa anakku yang dikandungnya, lebih lagi aku takut aku tidak menyadari bahwa aku tidak sengaja menabur benih di dalam rahimnya. Sekalipun aku memiliki anak dalam keadaan yang tidak tepat, aku ingin ikut mendidik anakku sendiri. Apalagi, jika ibu dari anakku adalah sosok wanita yang tidak pantas dicontoh seperti Bunga. Aku ingin andil besar dalam cara mendidik anak, agar tidak menjadi anak yang sepertiku. 

"Aku pasti tanggung jawab, jangan pergi." Aku teringat ucapannya tempo hari. 

"Iya, iya, iya." Ia tidak menggenggam tanganku lagi. 

Moodnya buruk, terlihat dari nada bicaranya. 

"Aku tuh takut kamu nekat." Aku laki-laki dengan segala ketakutanku. 

"Udahlah, tak usah bahas." Ia memalingkan pandangannya melihat jendela mobil. 

Ia selalu tak mau jika aku membahas tentang hubungan kami, atau segala sesuatu yang menyangkut komitmen.

Aku menggenggam dan mencium tangannya. Hatiku kacau jika teringat tidak jelasnya hubungan kami. Seumur-umur bermain dengan wanita, baru kali ini aku begitu disepelekan. 

Bukan hanya ketegangan untukku, tapi nampaknya untuk Bunga juga. Karena ada Harum di teras rumahku tengah berbincang bersama ayah. Ingin putar balik, terlanjur mereka melihat mobilku. Ingin lanjut, tapi nyaliku tidak sebesar itu. 

"Stok apa yang kemarin sempat kosong terus itu, Bunga?" Aku teringat alasanku pada Harum tentang kesibukanku dalam hal pekerjaan. 

"Velg HSR wheel." Ia memandang tanpa kedip ke arah para manusia di teras rumah itu. 

Kenapa Harum malam-malam ada di sini? Ia perempuan modern, tapi jika keluar malam begini ya pasti denganku. 

"Yuk turun, biar aku enak basa-basinya. Jangan tegang, bisa yuk?" Aku mengajaknya turun. 

"Ayo, ayo." Bunga membuka pintu mobilnya, setelah aku mematikan mesin mobil di depan rumah. 

Ingin tidak tegang pun bagaimana? Belum juga ditanya, aku sudah berkeringat. 

"Han, kamu dari mana? Aku khawatir, kamu seharian gak ada kabar." Harum langsung menghampiriku yang baru turun dari mobil. 

Aku melirik ke arah ayah, ia terlihat menelisik dan seperti tengah mengintimidasiku dan Bunga. Aku menoleh ke arah Bunga, ia tersenyum samar ke arah Harum dan berganti ke arah ayah. 

"Itu, bukannya yang kerja di cabang KB kan?" Setelah memelukku sekilas, Harum menunjuk Bunga. 

"Betul, Kak. Kebetulan tadi aku numpang dari KB, mau pulang ke rusun PJ."

Sialnya, aku pun memberikan alasan saat Bunga tengah membuka mulutnya itu. Kami sama-sama memberikan alasan serentak, tapi beda alasan. 

Apa alasanku? 

"Iya, tadi habis cek barang di Bekasi. Soalnya, velg HSR wheel gak ada di cabang KB."

Karena perbedaan alasan tersebut, aku dan Bunga menjadi pusat perhatian ayah dan Harum sekarang. 

...****************...

Terpopuler

Comments

Ra2

Ra2

han gimana rasanya d sepelekan ??
nah aku kasih tau yach itu kamu yg lakukan ke harum
sampai sini paham 🤔

2023-06-19

3

fitri ristina

fitri ristina

bohongnya ga janjian dulu sih...

2023-06-19

2

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

cuma Bunga satu2 nya wanita yg menolak untuk dimuliakan😥😥😥 kalau gak percaya sama lelaki sih ya tak apa, ini mau aja dikawinin tp gak mau dinikahin😩

2023-06-19

2

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!