SM3. Bertukar pesan

"Jadi, sekarang Saya boleh langsung pulang?" ungkapnya setelah beberapa saat percakapan ringan. 

Entah kenapa, aku yakin sekali bahwa dirinya mampu membawa pekerjaannya ini. Padahal Bunga terus terang sekali, bahwa dirinya tidak memiliki pengalaman bekerja. 

"Boleh, silahkan. Jam delapan kurang lima belas udah di sini ya? Kita briefing dulu seperti biasa." Kebetulan sekali, aku masih menata cabang yang di sini. Jadi sekalian untuk mengajari Bunga. 

"Terima kasih, Bapak. Jangan lupa nomor Saya katanya mau dimasukkan ke grup." Bunga mengulurkan tangan dan aku menyambutnya. 

Kuteknya sederhana, tapi terlihat pantas di tangannya. 

"Oke." Aku tersenyum ramah. 

"Saya permisi dulu, Bapak. Mari…." Ia mengangguk, kemudian berlalu pergi. 

"Iya silahkan." Aku bangkit mengantarnya dari belakang. 

Bolehkah aku menepuk p*****l yang berputar ketika berjalan itu? Aku merasa penampilannya seksi sekali, padahal pakaiannya memang cukup sopan. Apa karena banyaknya belokan di tubuhnya itu, menjadi pakaiannya terlihat selalu haram? 

"Dia pesan apa, Han?" Harum menahan dadaku, ketika aku hampir keluar ruangan. 

Karena bertepatan dengan dirinya yang masuk ke dalam ruanganku. 

"Dia melamar pekerjaan, udah aku terima karena memang mendesak banget." Aku merangkulnya masuk, dengan tangan kiriku menutup pintu ruangan ini. 

"Dia cantik banget ya, Han?" Ia menoleh dan tersenyum lebar. 

Cemburu ya? 

"Relatif, keknya anak orang kaya yang lagi dilatih kerja." Aku mencoba menjawab tanpa berpihak. 

"Ayo makan siangnya dimakan, terus aku mau izin ke salon, Han." Harum mengusap-usap paha bagian dalam, saat kami baru duduk bersama di sofa yang cukup untuk diduduki dua orang. 

"Tapi pulangnya ke rumah aku ya?" Aku mengambil dompet di bagian saku belakang celanaku. 

Aku mengerti ia membutuhkan apa. Wajarnya aku memberi, karena aku menikmatinya. Tidak ada yang gratis di dunia ini, oksigen di rumah sakit saja bayar. 

"Iya, Han. Selesai dari salon, aku langsung tunggu kamu pulang di rumah kamu. Biasanya ayah pulang tiap Sabtu? Apa sekarang dia ada di rumah?" Harum memperhatikan aku yang tengah menghitung uang dari dompet. 

Sedikit tidak sukanya begini aku pada Harum, ia hijau sekali melihat uangku. Meski aku memahami tentang timbang balik yang baik, tapi tentu tidak seperti ini juga kesannya. Aku jadi merasa ia hanya tertarik dengan uangku, bukan denganku. 

Apa aku kurang menarik? 

Tinggi badanku sekitar seratus delapan puluh satu dan berat badan tujuh puluh kilo. Aku tidak begitu gagah, tapi dadaku cukup lebar. Hanya berisi, massa otot tidak seberapa. Aku rutin ke gym, hanya jika ada temannya saja. Sedangkan temanku sudah pada sibuk dengan usahanya masing-masing, sejak kami selesai kuliah. Ya begini jadinya, aku yang sempat gagah sekarang hanya tersisa dada bidang saja. 

Tentang tampang, aku merasa aku cukup menarik. Tulang hidungku kokoh dan tinggi dari cekungan tengah mata, alisku tebal dan hitam. Bibirku sedikit tebal di bagian bawah, aku pun memiliki lesung pipi di kanan dan kiri. 

Menurut ibuku, aku katanya mirip Maxime Bouttier. Tapi tidak juga, karena kulitnya cerah, sedangkan kulitku berwarna sawo matang. 

"Gak tau, ayah pulang pun biarin. Dia udah tau kamu ini. Cium dulu." Aku menahan uang yang akan kuberikan pada Harum. 

"Hmm, Sayang." Harum mencium pipi kiriku yang terjangkau olehnya. 

"Nih, ati-ati ya?" Aku memberikan uang tunai berjumlah satu setengah juta. 

"Makasih, Sayang." Ia mengambil cepat uang berwarna merah tersebut, kemudian mencium kembali pipiku. 

Tanpa babibu, ia langsung keluar dari ruanganku. Entah berapa habisnya perawatannya, karena lebih seringnya aku hanya memberi kisaran dua jutaan saja. Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi setiap hari Sabtu. Jika digabungkan, kan nilainya lebih dari UMK kota ini. 

Bukan aku perhitungan, buktinya aku memberikan. Tapi aku masih merintis, sisanya ya aku beban ayahku. 

Rumah yang aku tempati pun, itu bukan rumah hasil kerjaku. Itu rumah ayah, yang ditempati kami bertiga dulunya. Aku, ibuku dan ayahku. Sedangkan ayahku hidup bebas setelah ibu tiada, makanya aku bisa bebas membawa perempuan juga ke rumah. 

Ah, pengangguran sekali aku malah mengagumi foto Bunga dalam profil aplikasi chattingnya. Aku sudah mendapatkan nomornya, aku memberikan janji untuk memasukkan nomor teleponnya ke dalam grup pekerja cabang usaha yang di sini. 

Usaha pertamaku ada di Bekasi, aku awal memulai dengan masih digandeng ayahku. Tempatnya pun, bersebelahan dengan bengkel besar milik ayahku. Jika rumah tinggal, ya memang di daerah Jakarta ini. Saat baru belajar pun, aku tinggal sementara di bengkel besar milik ayah. Bangunan itu dilengkapi dengan tempat istirahat dan juga kamar mandi, persis seperti ruko tapi berukuran cukup besar. 

Hobiki tidak jauh dari usahaku, yaitu memodifikasi mobil dan berkumpul dengan komunitas khusus. Hanya sesekali, aku ikut mengumpul ketika ada event saja. 

Foto profil nomor kontak Bunga menggunakan foto wajah dirinya yang berhijab, nama keterangan kontaknya memunculkan kecurigaanku. Ia menamakan keterangannya, I will survive. 

Aku akan bertahan? Apa ia dalam keadaan sulit sekarang? Masa iya orang sulit, tapi HPnya menggunakan HP boba?

Inilah yang membuatku curiga, saat tadi ia mengeluarkan ponselnya dan menyebutkan nomor teleponnya. Makanya aku berpikir, bahwa dirinya adalah anak orang kaya yang diminta mandiri. 

Eh, tapi ia kan janda. Dulunya suaminya kaya sepertinya, lalu setelah pisah ia memilih keluar rumah suaminya. Ya sepertinya seperti ini. 

Aku langsung memasukkannya ke grup, ramahnya ia pun mengenalkan dirinya. Ada yang bertanya dirinya ditempatkan di posisi apa, dengan membuat penasaran ia menjawab bahwa dirinya belum tahu akan ditempatkan di posisi apa. 

Aku jadi tidak sabar ingin cepat hari Senin, agar bisa bertemu dengannya dan mengajarinya. Sayangnya, Sabtu malam ini menjadikan malam yang panjang untukku dan Harum. 

Meskipun ia memasrahkan dirinya, membiarkan aku mengusainya, tapi rasanya selalu tidak puas dengannya. Pernah aku membeli perempuan kelas menengah sedikit ke atas, tarifnya di sekitar harga motor Beat baru. Memang enak, punya skill dan bisa mengimbangi moodku. Tapi hanya sekali pakai, dirinya banyak yang memesan dan harus ikut antrian, sedangkan kebutuhan biologisku tak bisa dibawa antri. 

Drttt…. 

Aku tersenyum senang mendapatkan satu pesan masuk dari perempuan yang tengah kuperhatikan fotonya ini. Aku senang mendapat pesan dari Bunga, meski aku tidak tahu apa isi pesannya. 

[Maaf mengganggu, Bapak. Saya belum mendapatkan seragam tadi, jadi Senin nanti apa boleh Saya menggunakan pakaian bebas yang sopan?] 

Oh, iya. Kelupaan juga. 

[Iya, Bunga. Nanti Senin dapat dua seragam dari sini warna biru muda.] fast respon sekali aku padanya. 

Hati ini sepertinya tertarik akan pembawaannya tadi. Ia menyambung di setiap obrolan, ia mengerti perubahanku saat bercanda ataupun serius. Ia bisa menyikapi dan membawa pembahasan denganku begitu nyaman. 

[Baik, Bapak. Terima kasih.] bahasanya masih sedikit formal. 

Pekerja yang lain, tidak ada yang seformal ini. Bahkan, banyak di antara mereka memanggilku 'kak'. 

[Kamu tinggal sama siapa, Bunga?] 

Eh, kok aku menanyakan hal seperti ini?

Ya salam, mana sudah dibaca lagi. 

...****************...

Jangan lupa rate  ⭐⭐⭐⭐⭐ ya kak 😁 kasih ulasan yang paling membangun biar aku tetap semangat ☺ Oh iya, ayo semuanya ikut komen, ramaikan ya kak 😉

Terpopuler

Comments

Mafa

Mafa

belum tau aja siapa bunga, anak bag ken yg suka bikin goncang lawan jenisnya

2023-06-14

1

Evi Ambon

Evi Ambon

semakin menarik nih ceritanya

2023-06-13

1

Ra2

Ra2

sekelas bang Chandra aja pernah oleng sama bunga
apalagi modelan handaru yg penikmat sahwat 🫢😀

2023-06-13

3

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!