SM7. Mesin cuci baru

"Abang tunggu di mobil aja, aku naik dulu ambil pakaian kotor." Bunga membuka pintu mobil dari dalam. 

Aku sudah sampai di depan gedung bertingkat ini. 

"Ikut deh, biar tau kamarnya yang mana." Mana tahu kan bisa ngapel ke dia. 

Eh, aku sudah punya Harum. Kesadaran mendadak itu, membuat hatiku nyut-nyutan. 

"Oh, yaudah." Ia keluar lebih dulu dari mobil. 

Rasanya ragu untuk keluar dari mobil, tapi aku yakin pasti lama jika menunggunya di sini. Ya sudahlah, kita ikuti saja dulu alur membawaku ke mana. 

"Abang tinggi betul." Bunga tersenyum manis dan memperhatikanku yang tengah berjalan ke arahnya. 

"Muji terus, laki-laki baper." Aku mengusap wajahku karena grogi sendiri. 

"Oh ya? Abang gagah dan manis, pasti pewaris."

Bukannya aku berpikir ia materialistis, tapi aku malah tertawa mendengarnya. Gurauannya ekstrim sejak tadi, tapi aku suka. 

"Iya dong. Bunga mau sama Abang?" Aku sudah berdiri di sampingnya. 

"Tak ah, lebih kaya aku pastinya." Ia tertawa lepas dengan menggandeng tanganku, kemudian ia menarikku untuk berjalan. 

Entah benar atau tidaknya, tapi aku tertawa terbawa arus euforianya. 

"Tempat aku di lantai sebelas, Bang. Gila kan? Mana tak ada lift lagi." Ia geleng-geleng kepala dan menunduk melihat pijakan kakinya. 

Kami sudah menaiki tangga dan dirinya sudah ngos-ngosan. 

"Kebanyakan ngrokok." Aku tidak tahu penghakiman apa yang pantas untuknya, masalahnya merokok itu sudah lumrah untuk semua kalangan. 

"Masa?" Buangan napasnya sudah terdengar panjang. 

Pantaslah ia minta saran kontrakan. 

"Memang aktif merokok dari kapan?" Aku membiarkan lenganku menjadi pegangannya. Karena ia berjalan di sebelah tembok, sedangkan aku berada di sisi teralis besi. 

"SMA keknya."

Jadi, Jawa Barat pun sudah lumrah kah siswi merokok? Di sini memang sering aku melihat siswi bermain asap, tapi ngevape atau pod. Bahkan, dikalungkan ke leher mereka seperti sebuah medali penghargaan. 

"Jangan banyak nanya dulu, napas aku lepas kalau tak nyangkut di upil." Bunga benar-benar ngos-ngosan. 

Meski tertawa, aku berusaha merendamnya. Aku tidak mau membuatnya semakin kesulitan bernapas. 

Sesampainya di lantai sebelas, Bunga malah mematung. Apa upilnya jatuh, sehingga napasnya lepas? 

"Ya ampun, Hema!" Ia melepaskan gandengannya pada lenganku. 

Ia berjalan cepat, dengan napas yang sudah menyerupai b*** hutan siap menyeruduk. 

"Hallo, Cantik," seru laki-laki dari depan salah satu pintu. 

"Apa sih kau ini?! Masih mau kau sama aku, ajak aku rujuk!" Bunga langsung mengayunkan tasnya menghantam paha laki-laki tersebut. 

Eh, itu laki-laki yang sama saat di tempat billiard. 

"Aku belikan mesin cuci, Sayang. Katanya tak bisa nyuci ngucek, sulit jemur banyak air menetes juga katanya. Cuci bisa langsung kering nih, kek di rumah kita. Biar kau nyaman, sampai siap untuk diantar pulang ke ayah." Laki-laki tersebut terlihat mood sekali mengusap-usap kotak berukuran besar itu. 

"Uang aku banyak! Bisa laundry aku, Hem!"

Hm, sedikit ilfeel sebenarnya. Bukan aku takut kalah kaya, tapi ia terlalu sombong. Memang Bunga siapa? Ia anak siapa? Ia punya apa? Warisannya apa saja? Berapa banyak asetnya? 

"Aku paham kau betah di rumah, Dek. Jangan lupa kenalin aku sama yang baru ya?" Laki-laki tersebut menunjukku. 

Ohh, rupanya ia mengira aku pacarnya Bunga. 

"Tak akan!!! Udah sana pulang!" Bunga sampai mendorong-dorong laki-laki tersebut. 

"Oke, oke. Aku paham kok kau butuh quality time di ranjang tanpa gangguan." Laki-laki tersebut tersenyum getir. 

"Jangan sampai hamil ya, Sayang? Aku minta maaf." Laki-laki yang dipanggil dengan nama 'Hema' itu menyempatkan diri untuk mencium pipi Bunga, kemudian berlari kecil ke arahku. 

Oh, bukan. Tepatnya ke arah tangga. Karena aku masih berdiri di dekat tangga. 

Kenapa Hema meminta maaf pada Bunga? Apa karena tak enak hati akan kedatanganku di sini? Aku ingin memberitahunya, bahwa aku hanya sekedar teman untuk Bunga. 

Bunga berusaha membuka kunci rumahnya itu, kemudian mendorong kotak besar tersebut. Aku laki-laki yang memiliki jiwa jantan, tentu langsung sigap untuk membantunya. 

"Mungkin, laundrynya nanti aja." Bunga membuka kotak besar tersebut. 

"Aku bantu." Karena aku sudah terlanjur berada di tempatnya. 

"Dia kelihatan sayang banget sama kamu, Bunga." Aku membuka obrolan. 

Bunga menghentikan kegiatannya, ia memilih menghempaskan alas duduknya dan mengatur napasnya. Karena tinggal sedikit, aku langsung mengusahakan agar mesin cuci ini keluar dari kardusnya. Entah Bunga tengah kelelahan dan mengambil napas lebih banyak, entah karena emosinya tengah melambung. 

"Dia sayang, dia terbaik menurut aku. Dia buang aku begitu dia sembuh, padahal selama ini aku berjuang untuk stabilkan usahanya, untuk ngurus dia, untuk mewaraskan otak aku sendiri. Aku sampai ninggalin pendidikan aku, karena memang tak terbagi waktunya. Ngurus orang gila kek dia itu bukan hal mudah, aku bisa ikut gilanya aja," ungkapnya berapi-api. 

Aku sampai kaget mendengar suara tingginya. Tak sampai di situ saja, lelehan air matanya membuatku merasa bersalah padanya. 

"Apa kesalahan kamu?" Mendengar pertanyaanku, Bunga langsung menatapku tajam. 

"Apa memangnya?! Dia tau bagaimana aku dari awal, bukannya dari awal pun dia paling ngerti bagaimana kondisi aku. Kalau aku diajak rujuk, tanpa pikir panjang aku bakal iyakan. Tapi aku ingat bagaimana surat cerai itu datang ke pangkuan aku, dari situ aku bertekad untuk buat dia lebih hancur karena udah berani buang aku kek sampah. Apa tak ingat dia masa s*k*unya? Masa gilanya dengan asap-asap ajaibnya? Kenapa setelah sembuh, dia hidup normal, aku yang dibuang? Aku memang bukan dokternya, tapi aku setengah mati cari kesembuhan yang terbaik dari rasa ketergantungannya. Delapan belas tahunan aku nikah, rela dan manut ikut dia. Setelah aku bergantung dengan dia, dia ajukan perceraian masa habisnya masa sulitnya selama itu." Air matanya sudah membasahi lehernya, bukan lagi pipinya. 

"Apa ada perempuan idaman lain?" Laki-laki bisa berubah total, jika tengah kasmaran. 

Aku menelisik hal ini dari ayahku tentunya. 

"Tak ada setau aku, setelah cerai dan kami tetap satu rumah pun, dia tak pernah pergi untuk perempuan lain dan tak pernah bawa perempuan lain. Dia fokus dengan kebutuhan aku, nambah asetnya, nyenengin aku dan manipulasi keluarga di sana." Ia mengusap kasar air matanya. 

Aku menggeser mesin cuci ini, agar tidak menghalangiku memandang wajah Bunga. Emosi dan curhatannya bukan pura-pura, aku yakin ini adalah ekspresi sebenarnya dari rasa kecewanya. 

"Dia gak mungkin kasih alasan pas ceraikan kamu." Aku mengulurkan tanganku dan mengusap-usap lututnya. 

Aku takut ia memukul tanganku karena berani menyentuh lututnya. 

"Dia kasih alasan, tapi aku tak terima dengan alasannya. Sejak sembilan bulan pernikahan kita, dia marah besar dan ada aku buat dia kecewa." Napasnya tersengal-sengal dan kalimatnya terputus-putus. 

"Apa itu?" Aku mencoba merespon tanpa berpihak, aku paham ini adalah hal yang sensitif. 

"Ini." Ia menyibakkan kemejanya, perutnya terlihat. 

Kan aku jadi berdesir melihat belokan p*******nya secara langsung begini. 

"Ini." Ia membuka pengait celananya dan menunjukkan sesuatu di bagian perut bawahnya.

Aku diam, fokus melihat bekas yang ia tunjukan. Tato? Tapi bukan sepertinya. Seperti garis lurus, seperti bekas luka memanjang. Sepertinya aku tahu itu. 

"Luka operasi? Sesar?" Aku berpikir anaknya meninggal di dalam kandungan dan mantan suaminya kecewa berat padanya. 

"Iya, dia tak pernah lihat anaknya sampai sekarang."

Loh? Kalau anaknya meninggal kan memang tak akan pernah melihat lagi? 

"Maaf, apa udah meninggal?" Aku takut membuatnya tersinggung. 

"Bukan, anak kita sehat. Maaf aku bohong, Abang boleh pecat aku kalau memang kecewa sama aku juga. Tapi untuk saat ini, memang anak aku tak sama aku. Aku tak sepenuhnya berbohong masa wawancara hari Sabtu kemarin." Bunga tertunduk, ia mengambil tisu di atas meja dan mengusap air matanya kembali. 

"Bukan masalah. Terus, mana anak kalian?" Aku masih tidak mengerti jalur alur ini. 

"Anak aku…… 

...****************...

Aku kasih crazy up, tapi aku dikasih apa??? 😭

Kasih dukungan dan banjirkan komentar dong 😚

Terpopuler

Comments

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

Hema masih peduli tuh, tp kenapa malah milih pisah sih, Bunga juga mau banget kalau diajak rujuk katanya. aneh memang lelaki yg satu ini🤨

2023-06-15

1

Red Velvet

Red Velvet

dikasih kopi dong yg pastinya🥰

2023-06-15

1

mbak sri

mbak sri

aku jd sedih thor, baru dengar sedikit ja uda nangis apa lg keseluruhan kisah nya

2023-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!