SM5. Sopan terlihat haram

"Main HP terus, Han." Tangan lembut Harum menyentuh lenganku. 

Aku reflek menaruh ponselku, dengan posisi layar menghadap ke bawah. Aku menoleh pada Harum, kemudian berbaring di sebelahnya. 

"Kapan kita nikah, Han? Orang tua aku nanyain terus." Ia memeluk lenganku. 

Ia melantur dalam pengaruh alkohol. Aku tak menghiraukannya, hanya diam membiarkannya nyaman di lenganku. 

Aku sering ditegur orang tua Harum, sejak tiga tahun yang lalu. Mulai saat itu juga, aku memilih untuk tidak pernah mendatanginya atau menjemputnya. Tapi Harum malah berkorban, ia memilih untuk keluar dari rumah dan ngekost bersama teman kerjanya, agar ia bebas bertemu denganku katanya. 

Padahal aku sadar, ia melakukan hal yang salah. Orang tuanya benar, menegurku karena mereka khawatir pada Harum. Namun, aku yang tak pernah mau sadar untuk memuliakannya. Malah semakin membuatnya berselimut dengan dosa. 

Esok paginya, pintu kamarku diketuk berulang. Aku tinggal sendiri, tapi ada yang mengetuk pintu? Pastinya, ini laki-laki yang namanya berada di atas namaku dalam kartu keluarga. 

Ayah. 

Aku merapikan selimut yang menutupi tubuh Harum yang tak terlapisi pakaian apapun, kemudian aku bergegas mengenakan celana pendek tanpa memakai pakaian dalam. Pintu segera kubuka, ayah langsung memasang senyum di depanku. 

"Ayo sarapan bareng, Ayah udah order sarapan nasi rames," ajaknya menyenangkan. 

"Aku cuci muka dulu, Yah." Aku berbalik badan dan mendorong pintu perlahan dengan tumit kakiku. 

Aku merasa pintu seperti dihalangi, karena pintu kamarku tidak bisa tertutup. Lekas aku menoleh, memastikan penyebab pintu kamarku tidak bisa ditutup. 

Rupanya, ayah di sana. Ia sengaja menahan pintu kamarku dengan telapak tangan lebarnya. 

"Ada Harum, Yah." Aku tidak enak, jika ayah sampai masuk ke dalam kamarku. 

Wajahnya langsung datar, ayah mengangguk samar dan menarik gagang pintu kamarku. Meski tingkahku sepertinya, aku yakin ayah pasti kecewa melihatku terus menerus bermalam dengan Harum tanpa ikatan pernikahan. 

Orang tua mana sih, yang rela anaknya terjerembab dalam dosa? Pasti ayah pun demikian, meski memiliki anak laki-laki. 

Aku mencuci wajahku, gosok gigi dan berganti pakaian yang lebih pantas untuk di rumah. Jika memakai celana pendek dengan gambar luar angkasa begini, aku merasa seperti balita. 

"Pulang kapan, Yah?" Aku langsung duduk di depannya. 

"Subuh tadi." Ayah menuangkan teh dalam teko ke gelas yang berada di depanku. 

"Kenapa gak ngabarin dulu?" Aku membuka bungkus nasi rames ini. 

"Biar apa? Biar Harum gak nginep?" tanyanya dengan nada yang tidak ramah. 

"Ayah tau dari dulu aku udah sama Harum," jawabku kemudian. 

Ayah mengajakku sarapan atau mengajak berantem? 

"Umur dua puluh lima tahun, dulu Ayah udah punya anak kamu." Ayah memasukkan makanannya ke mulut. 

"Maksud Ayah gimana? Aku harus punya anak di luar nikah?" N**** makanku langsung hilang. 

"Ayah punya kamu itu dalam pernikahan. Jadi harusnya kamu tau maksud Ayah, jangan marahnya aja." Ayah hanya mendelik tajam, kemudian memperhatikan makanannya lagi. 

Paham, aku bukan anak kemarin sore. Aku hanya diam, karena pikiranku memang belum mantap untuk menikahi Harum. 

"Ayah siapkan biayanya, kamu cuma perlu bilang waktunya." Ayah menyeruput teh manisnya sendiri. 

Aku mengangguk samar, aku berusaha menelan makanan yang terasa seret di tenggorokan. 

Setelah selesai sarapan, ayah memberiku uang makan yang biasanya aku gunakan untuk mengisi kulkas dengan makanan. Setelah itu, ayah pergi lagi dengan menggunakan mobilnya. Ayah seperti enggan bermalam, atau rehat lebih lama jika ada Harum di sini. 

Dengan ia memintaku cepat menikah dengan Harum, aku yakin ayah setuju jika Harum menjadi menantunya. Tapi aku tidak mengerti, kenapa ayah tidak betah jika ada Harum di sini. 

Aku mengecek isi kulkas, kemudian melihat tempat beras. Aku mencatat apa yang aku butuhkan, kemudian melipat kertas catatan dan menaruhnya di atas kulkas. Aku akan lebih dulu mandi, sebelum mengajak Harum berbelanja kebutuhan dapur rumah ini. 

Aku mengantarnya pulang pada malam Seninnya, itu pun sangat larut sekitar pukul dua belas malam. Kemudian, aku langsung memutar stir mobil menuju ke rumahku. 

Senin pagiku disambut haramnya penampilan Bunga. Kenapa ya? Apa yang salah? Ia mengenakan celana panjang formal berwarna abu-abu tua, dengan sepatu flat berwarna hitam doff. Dipadukan dengan kemeja berwarna abu-abu muda lengan panjang yang digulung, membuat lengan kemeja itu seperti sepertiga. 

Sopan kok pakaiannya, tapi terlihat haram dan mengundang para buaya. Termasuk aku juga, aku sampai ngiler melihat bodynya. 

"Selamat pagi, Bapak. Loker aku di mana ya?" Ia menghimpit sebuah tote bag yang terlihat mahal dari tekstur kulit tasnya. 

Bukan tote bag kanvas. 

"Ruangan yang kemarin itu ruangan kamu, Bunga. Simpan di ruangan kamu aja, loker untuk para montir dan staf bersih-bersih." Bahkan aku mempekerjakan mereka yang tidak memiliki ijazah. 

"Ohh, baik." Bunga mengangguk dan melewatiku dengan sopan. 

Aku menyimpan kedua tanganku ke saku celana. Tubuhku sampai berputar, tak rela menyia-nyiakan p******nya yang berputar. 

"Aduh, Mas Han." Salah satu montir menunjukku dan tertawa lepas. 

Sepertinya, sejak tadi ia memperhatikanku. 

"Berat, berat." Aku geleng-geleng kepala dan malah mengikuti Bunga. 

Aku nyelonong masuk ke dalam ruangannya, ia tengah memunggingiku dan sedikit merunduk. Ia seperti mencari sesuatu di dalam tasnya yang sudah ia tempatkan di kursinya. 

Kenapa sih posisinya salah terus? Kemeja bagian belakangnya terangkat dan memperlihatkan sedikit punggung bawahnya di atas celananya. 

Aku tidak bisa berkata-kata, aku masih diam menikmati keindahan yang terpampang di depanku. Namun, tiba-tiba ia balik badan dan tersentak kaget. 

"Ya ampun, Bapak." Ia mengusap-usap dadanya sendiri. 

Ia mengatur napasnya, kemudian menyisir rambutnya menjadikan satu di genggaman tanganku. Tanganku pun bisa dijadikan ikat rambutmu, Bunga. Sayangnya hal itu terlalu vulgar, jika mulutku sampai mengatakannya. 

"Ayo briefing dulu, terus Saya tunjukkan beberapa ruangan di sini." Niatku baik. 

"Oh, ya. Sebentar ya, Pak? Saya ikat rambut dulu." Ia mengikat rambutnya seperti ekor kuda. Dari kepalan tangannya, terlihat rambutnya sangat lebat dan banyak.

Aku mengangguk, masih mematungkan diri menyaksikan pertunjukan ikat rambut tersebut. Mataku tidak sopan sekali, tapi aku tidak berhenti menikmati keindahannya. 

"Bapak? Kenapa? Ada yang salah?" Bunga menurunkan tangannya, ia menurunkan pandangannya memperhatikan penampilannya sendiri. 

"Aku masih dua puluh lima tahun, jangan panggil 'bapak' ya? Aku belum menikah." 

Kok 'aku'? Ramah sekali mulutku ini. 

"Hah? Serius? Kok mukanya boros sekali, kek tiga puluh lima tahunan." Mulutnya menohok sekali. 

😳

Cukup lama aku diam dalam ekspresi kaget mendengar komentarnya itu. Benarkah aku seperti bapak-bapak? 

Bunga terkekeh kecil, kemudian berjalan ke arahku. "Tak, Bang. Aman kok, kek umur tiga puluh tahunan." Ia mengusap pelan lenganku, ketika sampai di hadapanku. 

Tingginya hanya sebatas dadaku saja. 

Mataku lebih mekar dari sebelumnya mendengar penjelasannya barusan. Tawanya lebih kencang lagi, melihat wajahku yang masih tidak bisa menerima pendapatnya itu. 

"Aduh, Bang." Matanya sampai berair, hingga ia sendiri menepuk-nepuk dadaku. 

Sentuhannya sangat berani. 

"Peluk sekalian! Tanggung bener." Aku sedikit membusungkan dadaku. 

Ya salam, aku salah candaan rupanya. Ia benar-benar melakukannya, hingga berakhir aku yang kena mental sendiri. 

Ia tidak bisa ditantang, karena ia akan menerima tantangan itu. 

Ia melepaskanku, ia berbalik badan dan masih tertawa ringan. Ia waras tidak sih? Atau ia memiliki gangguan tertentu? 

"Ayo katanya briefing." Rupanya ia mengambil ponselnya. 

Hanya pelukan sekilas pun, aku sampai berkeringat. Aku menyeka keringat di pelipisku, dengan menyaksikannya yang berjalan kembali ke arahku. 

"Ayo, Bang." Ia mendahuluiku keluar dari ruangan. 

Kenapa aku bodoh sekali di depan Bunga? 

Setelah briefing, aku lanjut memberinya arahan dan pengertian tentang barang-barang pesanan. Jika ia belum mampu menghafal, aku mengajarinya mengetikan kata kunci di data stok barang yang berada di laptop yang disediakan di sini. 

Rupanya, ia cepat mengerti dan menghafal. Seharian ini aku menemaninya dengan gagal fokus terus, tapi rupanya sampai ke otaknya. 

Jam pulang sudah dekat, aku baru keluar dari ruanganku yang terletak di samping gudang. Aku akan mengecek staf yang bekerja di lantai dua, sebelum akhirnya membiarkan mereka pulang. 

Rupanya Bunga adalah preman. 

Yang lain tengah sibuk, ia sudah merokok santai dengan para montir di teras depan tempat pemasangan kendaraan-kendaraan yang tengah dimodifikasi. 

"Bang…." Ia mengangkat tangannya memanggilku. 

Hanya ia yang memanggilku 'bang'. Aku mengatakan bahwa aku belum menikah, tapi ia memilih panggilan tersebut. 

"Kenapa?" Aku malah menghampiri bawahanku sendiri. 

...****************...

Yang belum rate, mohon kasih lima bintangnya ya 😉.

...⭐⭐⭐⭐⭐...

Terpopuler

Comments

Aas Azah

Aas Azah

si bunga ini kyk lontee dan sengaja banget menggoda Handaru yg emang sm" sejenis 😤

2023-12-04

1

Tathya Aqila

Tathya Aqila

Abang .😆

2023-07-16

1

Red Velvet

Red Velvet

Susah memang para lelaki jaga matanya kalo perempuan kaya Bunga bersliweran depan dia. 🤧

2023-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!