SM9. Pilihan hati

"Gemes." Aku menyergapnya dan memeluknya. 

"Tak! Jangan-jangan!" Bunga menghindari tekanan milikku pada bagian tubuhnya. 

"Kenapa sih? Pakai pengaman deh, aku ada di dompet." Aku selalu jaga-jaga. 

"Keknya punya Abang tak besar. Punya Hema besar panjang kemarin, aku takut longgar pas Abang cobain aku. Bukan aku yang kurang gigit, tapi kan nyatanya punya Abang yang kecil memang." Ia menoleh ke belakang, hembusan napasnya sangat terasa karena wajah kami berdekatan dan bersentuhan. 

Aku dalam posisi memeluknya dari belakang. Pelukanku merenggang, mulut tajamnya membuatku sangat tersinggung. 

Aku tidak tahu ukuran milikku termasuk besar atau kecil, panjang atau pendek. Tapi kenapa Bunga mengatakan seolah dirinya tahu tentang barang rahasiaku? Atau memang ia sengaja membuatku tersinggung, agar moodku buruk dan melepaskannya. 

"Kamu boleh lihat, Bunga." Aku meyakinkan diri sendiri, agar keteganganku tetap sempurna. 

"Tak ah, aku tak penasaran sama Abang. Abang pulang, pakai kaos aku. Terus kita chatting ya? Kalau aku minta Abang PAP itunya Abang, Abang kasih ya? Nanti biar aku bisa menerka-nerka." Ia tersenyum lebar, bola matanya berputar seperti tengah membayangkan sesuatu.  

Kenapa harus serepot itu? Aku bisa saja sukarela menurunkan resleting celanaku agar ia bisa melihat dengan langsung. 

Aku benar-benar melepasnya, kemudian aku menyentuh kepala ikat pinggangku. "Lihat aja, Bunga." Aku sudah melepaskan kepala ikat pinggangku. 

Ia mundur satu langkah, ia memasang telapak tangannya di depanku. "Aku tak berh***** sama Abang, aku tak penasaran sama Abang. Aku yakin Abang tak akan dapat kepuasan apapun dari aku, kalau Abang belum bisa bikin aku penasaran dan ingin dengan Abang."

Keteganganku berkurang, moodku untuk memaksa mulai turun karena mulutnya.

Ya salam, banyak sekali metodenya. 

"Ayolah, Bunga. Kamu mau apa? Aku belikan setelah kita selesai." Aku mencoba membujuk dan membangun ketegangan dari awal. 

"Bisa minta Hema untuk rujukin aku? Aku bakal sukarela kasih icip diri aku ke Abang, sebelum aku dikuasai Hema lagi." Ia menunjuk ke arah sembarang. 

Maksudnya, pasti ia menunjuk Hema yang jauh di sana. 

"Dia laki-laki dewasa, Bunga. Dia tak bisa dipaksa, aku tak bisa maksa dia. Kalau kamu pengen aku nikahin kamu, mungkin aku bisa pikirkan itu." Kok aku malah jujur? 

"Aku tak mau sama milik orang, aku tak mau jalin hubungan yang rumit." Bunga menepis tanganku yang berusaha meraihnya. 

Aku ingin dirinya. 

"Aku bisa pikirkan itu nanti, sekarang cuma perlu menyatukan hati kita dulu." Mulutku sudah terlanjur jujur. 

"Aku tak mau sama Abang." Ia memanyukan mulutnya dan bersedekap tangan. 

"Kenapa? Apa alasannya? Apa kamu pengen fokus ke masa depan kamu?" Aku ingin membantingnya di ranjang sekarang juga, kemudian membisikkan tiap hembusan napasku bahwa aku ingin memilikinya. 

"Aku tak punya masa depan apapun, Bang. Aku tak punya planning apapun, aku cuma pengen menjalani hidup aku tanpa rencana apapun. Karena semua yang udah direncanakan itu pasti gagal. Alasan aku nolak Abang, karena Abang udah punya pasangan. Aku tak mau jalin hubungan dengan Abang, atau dengan laki-laki manapun selain Hema. Aku pengen balik jadi istrinya dan aku hancurkan hidup Hema," ungkapnya dengan pandangan lurus ke depan. 

 "Kamu gak mau sama aku?" Aku beralih ke hadapannya, agar ia memandangku. 

"Kenapa? Abang ngajakin apa? Ng***** kan?" Wajahnya bengis sekali. 

"Kalau kamu mau, bisa sampai aku usahakan ke pernikahan. Bunga…. Hati aku klik banget sama kamu. Ini bukan tentang n**** aku aja, tapi aku ngerasa nyambung sama kamu." 

Arghhhhh, aku pasti terlihat murahan di depannya. Laki-laki mengaku lebih awal seperti ini, harga diri menjadi jaminan. Sama halnya seperti aku meminjam uang pada wanita, wanita tersebut pasti memandangku dengan ilfeel. Jika sudah begini, Bunga pasti akan menginjak-nginjak kesukaan hati ini semaunya. 

"Dustanya kentara sekali." Ia tertawa sumbang dan tersenyum menyepelekan. 

"Aku harus gimana? Aku ngerasa nyambung sama kamu, aku ngerasa gurauan kita cocok." Aku memberanikan diri untuk menggenggam tangannya. 

"Tapi posisi di saat kau butuh s**s, Bang." Bunga lekas melepaskan tanganku, kemudian ia mendorong dadaku. Aku sedikit terhuyung, tapi aku bisa menahan agar tidak terjatuh dengan beberapa langkah mundur. 

"Gak, Bunga. Udahlah, aku gak berh***** ke arah sana lagi. Aku udah terlanjur ngomong begini, aku udah terlanjur malu karena jujur, sekarang gimana tanggapan kamu aja." Aku menyentuh kedua bahunya. 

Ia diam dan memandang wajahku datar. Lalu, ia menghembuskan napas panjang. "Jalani aja." Ia menurunkan tanganku dari bahunya. 

"Jalani gimana, Bunga?" Aku mengekorinta yang masuk ke area dapur. 

"Abang punya pacar, aku tak mau punya pasangan, apalagi pasanganku pacar orang. Kita jalani sebagai teman." Ia mencuci tangannya di wastafel, kemudian ia menoleh ke arahku. 

"Aku gak bisa seprofesional itu jadi teman kamu, Bunga." Yang ada aku gila sendiri dan akan kesulitan tidur. 

"Terus maunya gimana?" Ia membuka laci dapur. 

"Kita pacaran." Keegoisanku mulai terlihat, pasti Bunga menilaiku minus. 

"Aku tak mau! Abang pulang aja!" Ia menoleh dan memberi lirikan tajam. 

"Jangan langsung nolak aku, Bunga. Abang tunjukin dulu effort aku untuk dapatkan kamu, kalau memang kamu gak punya rasa sama sekali sama aku, baru kamu bisa nolak aku." Aku menarik tangannya, mencoba membalik tubuhnya. 

"Keputusan aku sekarang atau nanti itu sama aja, Bang." Ia membuang napasnya berbarengan dengan kalimatnya. 

"Gak, Bunga. Kamu lihat usaha aku dulu." Aku terkesan mengemis. 

Di luar tentang ketertarikan kebutuhan biologisku padanya. Aku berpikir ia terlalu mubazir, jika harus menunggu Hema saja. Aku tidak kalah rupa dengan Hema, bahkan tinggi badan kami sepertinya sama. Ditambah lagi dengan kisah anaknya, aku kasihan padanya dan merasa bahwa ia mendapatkan kesulitan dari banyak sisi. Jika sendirian ia tidak bisa mengurai masalahnya, aku ingin ada sebagai orang terdekatnya yang membantunya mengurai masalahnya dan menguatkannya dari semua resiko yang ia emban seorang diri itu. Itu pasti terlalu berat, aku hadir untuk meringankan bebannya. 

"Aku ambilkan kaos Hema untuk Abang." Ia meninggalkanku sendirian di dapur ini. 

Ia tidak merespon ucapanku. 

"Bunga…." Aku berjalan mengikutinya yang sudah mendahuluiku. 

Ia sedang mencari-cari sesuatu di dalam lemari. Kemudian, ia mengulurkan sebuah kaos berwarna putih. 

"Pakai, Bang. Sana pulang, aku mau istirahat." Ia duduk di tepian ranjang, setelah kaos tersebut berpindah ke tanganku. 

"Bunga, aku yakin kamu perempuan baik-baik. Kamu suka kehangatan rumah kan? Kamu nyaman diam di rumah menikmati quality time dengan aku kan? Aku bisa wujudkan itu, Bunga." Mungkin aku harus bisa mengambil resiko, jika berkeinginan memiliki Bunga. 

Yaitu, aku harus bisa melepaskan Harum dan meninggalkan Harum karena pilihan hati terjatuh pada Bunga. 

"Kau salah, Bang. Kau tak tau aku yang sebenarnya." Ia tertawa sumbang dengan wajah miris. 

...****************...

Bantu up ya 😄

Terpopuler

Comments

Ra2

Ra2

beginilah laki laki KL ada maunya
mulutnya penuh dusta 🫢😀sadar ga sadar tuch ap yg d ucapkan masa mau ngajak nikah aja
harum aja yg udh lama msh d gantung

2023-06-15

3

fitrizakiah

fitrizakiah

hadir

2023-06-15

4

fitrizakiah

fitrizakiah

mas Dio kamu baru kenal bunga beberapa hari udh ngajak komitmen d tambah kamu punya pasangan
yg d ajak punya trauma yaa bakalan kebujuk
ada ada aja mas Dio 🤦🏻‍♀️

2023-06-15

4

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!