SM18. Mengantar Harum

"Han, kalau memang kamu mau aku pulang ke orang tua, dari rumah sakit kamu harus antar aku ke sana. Aku bakal nurut, apapun yang kamu mau. Asal kamu datang ke sana, biar orang tua aku tau kalau kita masih punya hubungan." Harum mengusap-usap daguku.

"Iya, aku bakal bantuin pindahan kamu juga." Aku tersenyum lebar. 

"Aku boleh cek HP kamu?" Harum menggenggam tanganku yang masih menggenggam tangannya. 

"Untuk apa?" 

Dicek pun ada apanya memang? Chat awal-awal dengan Bunga sudah kuhapus, aku tipe orang yang suka bersih-bersih dalam hal apapun termasuk aplikasi. 

Aku menarik ponselku dari saku celanaku, aku yakin tidak ada chat apapun yang mencurigakan. Aku membuka kunci layar dengan menggunakan sidik jariku, kemudian wallpaper ponselku terlihat. 

Sial, ada notifikasi dari Bunga malah. 

[Katanya mau per**** aku? Aku udah pakai span.] sebuah foto disertakan, fotonya memakai rok span duyung selutut. 

Harum pasti curiga, karena aku lama memainkan ponselku sebelum memberikan padanya. Segera aku menghapusnya, kemudian masuk ke grup komunitas mobilku. 

"Siapa, Han?" Harum menyentuh bagian atas ponselku. 

"Ini lagi nyimak notif dari Grup komunitas Civic." Aku melepaskan ponselku padanya. 

"Kapan terakhir kamu kumpul sama komunitas kamu?" Harum mulai melihat layar ponselku. 

"Sebulan yang lalu, waktu touring ke Bogor. Kan kamu ikut juga, waktu kamu baru pulang dari suntik KB itu." Aku memperhatikannya yang tengah sibuk dengan ponselku. 

Saat masih sekolah Harum rutin mengecek ponselku, karena aku sering membonceng beberapa teman wanita yang rumahnya searah dengan arah rumahku. Ia cemburu, ia tidak mau percaya meski aku sudah menjelaskan. Setelah lulus kuliah dan bekerja, ia hampir tidak pernah mengecek ponselku lagi. 

"Kalau touring, siapa yang bakal kamu ajak?" Ia mengembalikan ponselku. 

Mungkin ia hanya memastikan siapa saja yang chatting denganku. 

"Kamu dong, siapa lagi memang?" Aku tersenyum dan mencolek dagunya. 

Semua temanku tahunya memang aku ada hubungan dengan Harum. 

"Oh ya? Jadi kapan kita nikah?" Ia ikut tersenyum lebar juga. 

Kenapa ia harus terus membahas tentang pernikahan? 

"Segera." Aku mencium dahinya. 

Aku jadi tidak sabar untuk datang pada Bunga, tapi aku tidak mungkin meninggalkan Harum sendirian di sini. Pikiran mesumku sudah jalan, jika ini menyangkut Bunga. 

"Aku ke dokter dulu ya? Mau nanyain tentang keadaan kamu." Aku turun dari brankarnya, kemudian meninggalkannya sementara di ruangannya sendiri. 

Ternyata resep obat yang harus aku tebus, ketika aku sampai ke dokter. Siang nanti Harum sudah boleh pulang katanya, sekarang masih waktu observasi. 

Sampai siang tiba, aku membawanya pulang dari rumah sakit setelah mengurus administrasinya. Tujuanku sekarang adalah kontrakannya lebih dulu, aku membantunya mengemasi pakaian dan keperluannya yang harus dibawa pulang ke rumah orang tuanya. Sisanya, biar setelah Harum sehat saja. 

"Rum, benar gak kamu punya hutang empat juta ke Rena? Aku bakal transfer ke Rena, kalau memang benar kamu hutang." Mobilku sudah melaju ke arah rumah orang tuanya. 

"Rena ngomong ke kamu?" Matanya membulat seperti kaget. 

Jam tiga sore, satu jam lagi Bunga sudah pulang dari tempat kerja. Apa aku mengambil jatahku di rusunnya saja? 

"Kamu hutang untuk apa?" Aku mengangguk dan meliriknya. 

Perawatan pun paling apa sih, rambut dan kuku saja. Badannya tetap begitu saja, area sensitifnya rasanya sama saja. 

"Nanti di rumah orang tua aku pun, kamu bakal tau. Tapi gak usah dibayar, aku bisa urus sendiri." Harum tetap sok kuat dan sok mandiri saja. 

"Aku bantuin. Di siapa aja kamu punya hutang?" Aku yang merasa malu sendiri, jika ia punya hutang. 

Nanti teman-temannya pun akan berbicara hal yang sama tentangku. Tentang aku yang hanya mengambil butuhnya saja dan tak mau menjamin Harum. Bukan aku tidak menjamin, tapi Harum bukan kewajibanku. 

"Di Rena aja yang paling besar, sama yang lain cuma beberapa ratus aja." Wajahnya seperti malu mengakui hal itu. 

Ia hutang untuk apa? 

"Berapa totalnya, aku bantuin?" Aku cukup berhati. 

"Udah gampang, Han." Harum seperti tidak mau untuk dibantu. 

"Gitu terus." Aku mulai memasuki jalanan gang. 

Baru juga mobilku berhenti di depan rumahnya, ayahnya sudah menatapku tajam. Kalau memang akhirnya mereka melarang, ya sudah aku pasrah saja. Toh Harum sendiri yang bertahan denganku. 

"Kenapa gak pulang-pulang?" Ayah Harum langsung bertolak pinggang. 

Pantaslah anaknya tidak betah, sambutan ayahnya saja begitu. 

"Pak, disuruh masuk dulu." Ibunya Harum langsung menarik suaminya itu untuk masuk. 

Sudah bad mood mendapat sambutan mereka seperti itu. 

"Han, bantuin turunin tas aku." Harum kembali ke mobilku. 

"Ya, Rum. Kamu masuk duluan aja." Rasanya aku ingin menaruh tasnya saja, kemudian tancap gas kembali. 

Sayangnya, itu pasti sangat tidak sopan. 

Aku melama-lamakan kegiatanku, sampai Harum berseru kembali bahwa kopi untukku sudah jadi. Akhirnya aku masuk, duduk di kursi tamu yang terlihat sederhana sekali. Harum bukan dari keluarga berada, ayahnya hanya memiliki usaha sembako di pasar. Tapi itu cukup untuk membiayai Harum sampai sarjana, adiknya Harum sekarang pun masih berkuliah. 

"Saya kira, kamu udah gak sama laki-laki itu." Bapaknya selalu memancing emosiku. 

"Handaru namanya, Pak," ujar Harum lembut. 

"Kenapa? Mau ngelamar?" Nada bicara tinggi sekali. 

"Belum, Pak. Mungkin tahun depan, ekonomi Saya belum mapan." Tidak juga, aku mampu membeli perumahan dengan pembayaran lunas nyatanya. 

"Pastinya kapan?!" Gertakannya membuat nyaliku semakin ciut. 

Bapaknya galak, anaknya tetap jebol juga. 

"Belum tau, Pak. Saya sekarang masih bergantung sama ayah Saya, Saya belum mandiri." Tidak juga, ayah hanya bertanggung jawab padaku yang merupakan anaknya sendiri. 

Tanpa ayah beri, aku mampu membeli makananku sendiri. Tapi ayah kerja untuk apa katanya, kalau tidak untuk memberiku makan juga. 

"Nak, kalau nunggu mandiri itu lama. Kami malu tetangga pada tau, katanya Harum dibawa-bawa terus sama kamu. Katanya, Harum ada di geng mobil yang ceweknya dia sendiri."

Pasti dari sosial media. 

"Gak juga, Bu. Banyak kok yang perempuan, cuma pas itu Harum yang ke-shoot. Saya ajak, karena pikir Saya sekalian liburan. Kalau buru-buru nikah, takutnya mental kita gak kuat karena langsung digojrot masalah ekonomi. Mau gak mau kan Harum harus resign dari pekerjaannya, jadi ngandelin pendapatan Saya aja. Yang namanya usaha, gak stabil dan gak ada patokan pendapatan, Bu. Kalau lebih, ya Saya bisa nabung untuk pernikahan kita. Kalau memang hasilnya gak sesuai, gaji karyawan pun kadang dibantu sama Ayah." Aku merasa lebih rileks berbicara dengan ibunya Harum, entah karena beliau gampang termakan ucapanku karena Harum juga. 

"Kan kamu anak orang kaya, masa orang tua kamu gak mau bantu biaya pernikahan kamu?" Bapak Harum menimpali, ia mencerna ucapanku rupanya. 

"Maksud Saya, biar gak ngerepotin gitu, Pak. Saya dari kecil ngerepotin terus, masa sampai Saya mau menikah pun harus direpotkan. Kan yang nikah Saya, yang enak pun saya, kenapa orang tua harus repot kehilangan biaya yang cukup besar, padahal bukan untuk diri mereka sendiri." Semoga mempan mulutku ini pada telinga ayahnya Harum. 

Untungnya, Harum tidak menambah rumit diriku. Coba bayangkan jika Harum mengatakan 'masa?' atau 'ah, yang bener?' kan bisa tambah gugup aku jadinya. 

"Berpikir untuk mandiri itu bagus, tapi kamu pikirkan ada keluarga yang malu karena kamu ngulur pernikahan sampai sekian lamanya." Bapaknya Harum mengangguk samar. 

Termakan kan? Hah, mudah saja sebenarnya. 

...****************...

Wajib komen 😚

Terpopuler

Comments

Red Velvet

Red Velvet

Ini si Han boleh di tonjok gak, gatal banget ini tangan mau maki2 dia😠😤😤

2023-06-21

3

Red Velvet

Red Velvet

pandainya abang bersilat lidah 🤨

2023-06-21

1

Red Velvet

Red Velvet

pasti ada lah keperluan diluar yg kau tau. 🙄

2023-06-21

1

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!