SM16. Terpojokan

"Ya, ya, ya. Memang velg itu lagi susah." Ayah manggut-manggut dan berjabat tangan dengan Bunga. 

Kesopanan Bunga patut diacungi jempol. 

"Kamu dari mana sih, Han? Linda WA, katanya ketemu kamu di angkringan depan RS Pasar Minggu." Harum mengusap lengan atasku. 

Arghhhh….

"Muternya jauh ya dari Bekasi, ke sana, terus ke rusun PJ. Padahal rusun PJ udah kelewatan pas baru pulang dari Pasar Minggu." Ayah terkekeh sumbang. 

Harum menoleh sekilas pada ayah. "Kamu muter-muter, Han?"

Bunga sudah duduk di kursi yang berada di samping ayah.

"Iya, Rum. Nanya-nanya juga ke bengkelnya Andrew juga." Aku merangkulnya dan mengajaknya duduk di hadapan ayah dan Bunga. 

"Padahal bengkel Andrew tutup kalau Minggu." Ayah menoleh ke samping kiri, di mana rumah Andrew berada. 

Ayah membuat mulutku stuck untuk berdalih. 

"Han…. Handaru." Harum membawa wajahku untuk menoleh ke arahnya. 

Mata kami bertemu. "Kamu dari mana sebenarnya?" 

Baru kali ini Harum menekanku.

"Kerja, Rum. Kamu gak percaya?!" Suaraku naik satu oktaf. 

Matanya berkedip rapat, ia seolah tak percaya aku sedikit membentaknya. Segera ia langsung menunduk, kemudian ia menggosok matanya. Selama ini aku bersamanya, memang suaraku tidak pernah meninggi padanya. Apalagi, di depan ayah dan pegawaiku begini. 

"Maaf, maaf." Aku merangkulnya dan mengusap-usap lengannya. 

Sikapku semakin tak terkontrol pada Harum.

"Anterin pulang dulu, Han. Kasian udah malam." Ayah memperhatikan interaksi kami. 

Bunga dan Harum sama-sama cantik. Diibaratkan, Bunga semenarik Ghea Youbi. Sedangkan, Harum sealim Shandy Aulia. Tapi mata dan hatiku sudah terperangkap pada Bunga. 

Aku melirik ke arah jam tanganku, sudah pukul dua belas malam lebih. Mana besok Harum harus bekerja lagi, aku sih tidak masalah tidak datang ke tempat usahaku juga. 

"Ayo, Rum." Aku merangkulnya. 

"Nanti kamu habis Harum ya? Gilir." Ayah terkekeh geli.

Ayah berbicara dengan Bunga? Seperti itu? 

Aku tidak melihat ekspresi Bunga, aku fokus membawa Harum berjalan ke arah mobil saja. Ia masih menundukkan kepalanya, sepertinya ia benar menangis. 

"Han, aku khawatir sama kamu." Ia mengulangi kalimatnya, ketika kami sudah sampai di mobil. 

"Aku nyetir, jadi gak sempat main HP." Aku membantunya memakai sabuk pengaman. 

Harum pasti jijik duduk di kursi mobil yang pernah aku pakai untuk menggarap perempuan lain ini. Untungnya, ia tidak tahu dan tidak akan pernah tahu hal itu. 

"Kalau urusan pekerjaan, kenapa dia cuma pakai daster?" 

Arghhhh, aku ingin jadi pecundang saja. 

"Aku gak paham, dia memang secuek itu sama penampilannya kali. Toh memang bukan jam kerja, dia gak dibayar di sini." Aku mulai menjalankan mobilku. 

Aku sempat melirik ke arah ayah dan Bunga, mereka tengah akrab mengobrol seperti teman lama. Aku penasaran sekali, apa yang mereka obrolkan. 

"Gak mungkin, Han. Di tempat kerja aja, dia udah kek artis. Kamu tau sendiri, gimana cara dia paduin warna." Harum mengusapi air matanya. 

"Itu urusan dia, Rum. Aku gak mau tau tentang hal itu, aku gak tau apa alasannya pakai daster." Aku fokus pada jalanan di depanku. 

"Munafik banget kamu jadi orang." Suaranya bergetar.

Apa ia merasa jika aku demikian? 

"Munafik gimana? Kamu pengen kita berantem gara-gara daster yang dia pakai?" Aku ingin Harum tidak harus memikirkan itu semua. 

Dirinya lemah jika sudah memiliki beban pikiran. Asam lambungnya sudah parah, ia bisa sakit mendadak jika stress dan kurang istirahat. 

"Kamu kok jadinya emosian banget, Han. Aku gak habis pikir sih sama kamu, kenapa harus bohong dan segala macam? Kamu itu udah ketahuan." Harum setengah berteriak dan menunjukku dari samping. 

Ya salam. 

"Bohong apalagi?" Jalanan macet, aku memperhatikannya yang tengah meluapkan emosinya dengan tangis. 

"Linda cerita dan kirim foto, kamu ke daerah Pasar Minggu itu sama keponakan ayah kamu namanya Latifah. Pas tadi jelasin, kamu abis kerja ini dan itu. Otak kamu di mana, Han?" Ia menjambak rambutnya sendiri. 

Terdesak sudah. 

"Ya udah kalau udah gak percaya." Aku mengedikkan bahuku. 

Mobilku jalan merayap. 

"Segampang itu, Han. Kamu gak ada perjuangannya banget untuk buat aku percaya? Capek sama kamu, Han."

Aku tidak mampu menjawab, aku sudah terpojokan. Aku membiarkannya, hingga ia sampai di depan kontrakannya. Aku pun membiarkannya turun sendiri. Ia memilih untuk mendiamkanku juga. Aku langsung tancap gas, begitu aku sudah memastikan bahwa ia masuk ke dalam kontrakannya sendiri. 

Bukan hal yang buruk, saat aku melihat Bunga yang tengah mengobrol asyik dengan ayah. Namun, aku memikirkan bahwa setelah ini aku pasti akan disindir oleh ayah. 

Bunga tidak mau diantar pulang. Saat aku kembali, ia memilih untuk order taksi online. Aku tak bisa mencegahnya, karena adanya ayah di sini.

Benar dugaanku, ayah menarik bajuku ketika aku hendak masuk. 

"Jangan buat anak orang trauma sama laki-laki, Han." Ayah membuang napas panjang. 

"Aku gak ada hubungan sama Bunga, Ayah. Trauma gimana? Aku gak khianati Harum." Ayah tidak banyak tahu kehidupanku, tapi tebakannya tepat semua. 

"Ayah gak tau, tapi Ayah ngerti. Itu masalah kamu, terserah. Komitmen itu penting, lihat Ayah cuma menikah sekali seumur hidup." Ayah menepuk dadanya sendiri. 

Menikah sekali seumur hidup, tapi ganti perempuan setiap kali ia butuh. Dulu memang tidak, tapi ia menggila setelah ibu tiada. Aku tidak pernah bisa menghakiminya, karena memang aku juga memahami kebutuhannya. Ia belum tua, usianya masih empat puluh lima tahun. Kondisinya masih prima, sehat dan bugar. Ia butuh penyaluran, tapi ia tidak mau menikah lagi. 

Kadang aku memikirkan, jika tidak denganku, tua nanti ayah akan siapa yang mengurus? 

"Apa bedanya aku sama Ayah?" Aku memberanikan diri untuk memandang wajahnya. 

"Itu sialnya kamu, Han. Kamu mencontoh yang gak baiknya. Kamu gak seprofesional itu bermain perempuan, kamu yang nyesel dengan keputusan yang kamu ambil sendiri. Ayah begini, hati Ayah masih ke ibu kamu. Nah kamu, apa kamu bisa jamin perasaan kamu gak berpaling? Apa? Mau nyalahin Harum? Mau jelekin dia? Mau kasih tau keburukkan dia? Bahkan dari awal kan, kamu yang ngerusak dia? Kamu yang bawa dia dalam hubungan yang gak beruntung ini? Kamu kan yang ajak dia untuk zina terus? Tolong nipak ya?!" Ayah memelototiku. 

Ucapan ayah tidak salah. 

"Bilang, harus gimana Ayah bantunya?" Ayah menjeda kalimatnya. "Gak bisa itu, Han! Cuma diri kamu sendiri yang bisa menyelesaikan masalah tentang orang ketiga begini. Kamu udah dewasa, harusnya kamu lebih tegas tentang sesuatu yang merusak hubungan kamu. Bukannya malah terhanyut, apalagi perempuannya kelihatan gak punya kasihan ke kamu. Kamu itu manusia, dewasa, bernyawa, punya pendirian dan punya kemampuan untuk melawan. Kamu gak akan bisa direbut oleh perempuan lain, kalau memang kamu gak mau direbut dan gak mau ikut. Jangan jadi laki-laki yang bodoh. Udah pezina, tukang minum, tukang judi, ditambah gak punya harga diri dan mau dibodoh-bodohi perempuan aja. Setidaknya, harusnya ada satu kekuatan dari diri kamu sendiri untuk melawan apa yang gak harusnya terjadi di hubungan kamu." Ayah menepuk pundakku. 

...****************...

Terpopuler

Comments

Ra2

Ra2

rasanya aku ingin JD pecundang
ekhhh kamu ga nyadar emang kamu udh JD pecundang

2023-06-20

3

fitrizakiah

fitrizakiah

harum manfaatkan kejadian ini kamu hrs lebih tegas
cepat tekan Han biar cepat nikah
biar kamu tau sebesar apa posisimu

2023-06-20

3

mboke nio

mboke nio

jadi inget lagunya ada band...."manusia bodoh"...

2023-06-20

1

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!