SM19. Karma atau bukan?

"Iya, Pak. Saya minta maaf untuk itu, Saya bakal percepat niatan Saya untuk nikahin Harum." Aku penjahatnya di sini. 

"Terus ini ada apa? Bawa tas besar-besar begini?" Bapak Harum menunjuk tas jinjing yang berada di dekat pintu rumah. 

"Han anterin aku pulang, Pak. Kontrakan di sana udah kurang aman, jadi aku lebih baik pulang ke sini lagi." Harum menundukkan kepalanya. 

Ia membohongi orang tuanya, maka dari itu ia tidak berani membalas tatapan mata orang tuanya. 

"Katanya kalau dari rumah, bolak-balik ke tempat kerjaan kamu jauh?" Ibunya Harum bersuara. 

Harum langsung melempar pandangannya ke arahku. Haduh, alasan apa ya? Harum tidak memiliki alasan rupanya. 

"Ya gak apa kali, Bu. Biar aman juga, di kontrakannya banyak laki-laki ngontrak." Aku tidak mungkin menjadikan diriku alasan, apalagi bersedia mengantar jemput Harum bekerja. 

"Ya udah." Bapak Harum melangkah pergi ke dalam rumah. 

Setelah menegur, memang beliau selalu seperti itu. 

"Jadi nanti kamu pulang pergi kerjanya gimana?" Ibunya Harum memperhatikan anaknya itu. 

"Nanti aku bantu biaya pulang pergi ojeknya, Bu." Sebelum Harum ngontrak pun memang seperti itu. 

Kurang lebih enam ratus ribuan untuk ongkos ojek sebulan, aku selalu mengisi dompet elektroniknya untuk membayar ojek online yang ia pesan. 

"Gak usah, Han. Kamu fokus untuk nabung aja." Harum mengusap lenganku. 

Lah, ia termakan ucapanku juga ternyata? 

"Tenang aja, Rum." Aku tersenyum lebar padanya. 

"Nak, kalau ibu boleh minta. Jangan sering ajak-ajak Harum, kamu mau ketemu Harum tinggal ngapel ke sini aja." Sorot mata ibunya penuh harapan. 

Masalahnya, bagaimana aku mendapat jatah jika begitu? 

"Siap, Bu. Nanti kalau aku pengen ketemu Harum, aku lagi gak sibuk, aku bakal main ke sini." Tapi ngomong-ngomong, dengan begitu aku jadi lebih bebas dengan Bunga. 

Harum pun tidak akan nekat mencariku, seperti saat kemarin di rumah ayah itu. Aku tinggal beralasan pada Harum, bahwa aku sibuk dan tengah mengurus usahaku yang di Bekasi saja. Atau bisa juga, aku tengah dikirim ayah ke Jambi. Intinya, akan semakin banyak alasan untukku untuk menghindari Harum nantinya. 

Aku melirik jam tangan, pukul empat sore sekarang. Hmm, pasti Bunga sudah pulang. 

"Kamu lihatin jam terus kenapa, Han?" tanya Harum kemudian. 

"Barang datang hari ini, Rum. Ada ayah sebenarnya sih, tapi takutnya ayah udah di tempat kerjanya sendiri." Aku tidak berbohong, hari Senin sampai Kamis memang biasanya barang datang. 

"Ya udah kamu ke sana aja dulu, orang kantor pun udah pada pulang. Takutnya, montir kamu gak ngerti ngecek apa yang kurangnya." Harum paling pengertian jika tentang pekerjaanku. 

Aku mengangguk. "Aku pulang dulu ya? Nanti telpon aja, nanti kita ngobrol di HP aja tentang pindahan barang lainnya. Aku udah ngurus izin kamu gak kerja kurang lebih tiga harian."

Eh, sepertinya ada yang salah. Harum melirik ke ibunya, saat aku mengatakan hal itu. 

"Kenapa izin gak kerja, Rum?" tanya ibunya kemudian. 

"Harum sakit," jawabku kemudian. 

Harum pasti tidak setuju dengan jawabanku, karena ia adalah orang yang paling menutupi keadaannya sendiri. 

"Gak, Bu. Lagi kurang enak badan aja, soalnya banyak lembur kalau menjelang akhir tahun begini."

Benar kan?

"Oh, iya. Ya udah hati-hati, Nak Han." Ibunya Harum tersenyum ramah. 

"Aku pulang ya, Rum?" Aku mengusap pundak Harum saat pamit. 

Aku mengedarkan pandangan, rumahnya banyak perubahan sejak terakhir aku ke sini. Pintunya pun masih kayu mentah, maksudnya belum dipoles atau dicat. Pasti itu pintu baru. Rumahnya juga ada pagar pembatas sebatas teras rumahnya, meski pagarnya hanya sebatas perut saja. Harum meminjam uang pasti untuk keperluan rumah ini.

"Ya, Han. Makasih ya? Hati-hati." Harum mengantarku sampai ke depan rumah. 

Aku mencium tangan ibunya Harum, kemudian langsung pergi. Entah bapaknya ke mana, ia tidak muncul lagi. 

Rasanya kecewa, saat sampai di tempat kerja tapi tidak ada Bunga. Barang sudah datang semua, nama penerimanya pun Bunga. Pasti aku merusak moodnya, karena penampilannya sia-sia. 

Ke rusunnya saja deh, toh aku pun punya kuncinya. 

Jalanan cukup macet, karena sekarang jam pulang kerja. Aku baru sampai di parkiran rusunnya, ketika pukul enam kurang. 

Tidak ada pikiran apapun, aku sudah menggebu-gebu ingin mengambil paksa jatahku. Toh, ia pun menerima jika sampai harus aku lakukan dengan paksa. 

Napasku masih ngos-ngosan, aku masuk ke rumah miliknya dengan kuncinya yang aku simpan itu. Aku menguncinya kembali, karena aku berpikir akan langsung menggarap dirinya. 

Sayangnya, keadaan rumahnya begitu sepi. Bahkan, Bunga tidak ada di dalam rusunnya sendiri. Aku sampai mengecek ke kamar mandi, untuk memastikan sendiri keadaan rusunnya. Memang benar, Bunga belum pulang. 

Ke mana dirinya? 

Aku rebahan di kamarnya, menikmati aroma tubuhnya yang tertinggal di spreinya. Aku berharap Bunga cepat pulang, kemudian aku bisa memaksakan kehendakku padanya. Lampu rumah sengaja tidak aku nyalakan, agar ia tidak menyangka bahwa aku sudah berada di dalam rumah. 

Begitu sialnya diriku, sampai aku ketiduran dan terbangun dalam keadaan keroncongan. Bunga belum juga sampai, padahal waktu sudah menunjukkan amat malam sekali. 

Akhirnya aku memutuskan pulang ke rumah, aku sia-sia menunggunya di sini. Setiap rasa kecewaku pada Bunga, seperti pembalasan dari Harum. 

Biar esok akan aku cecar dirinya, tentang apa masalahnya sampai ia tidak pulang ke rusunnya. Kembali aku ditegur ayah, karena tengah malam baru berada di rumah. 

Aku menghindari perdebatan dengan ayah, karena moodku tengah hancur sekali. Rasanya sesak sekali menantikan Bunga, ia seperti menyepelekanku. Padahal, aku sudah menghubunginya dan mengirimkan pesan. Tapi sampai sekarang, belum juga ada balasan. 

Aku jadi berpikir, apa ia wanita panggilan? 

Drttt….

Aku segera melihat notifikasi masuk itu. Senyumku langsung mengembang, ketika ada pesan dari Bunga. 

[Aku di tempat Hema.] balasannya membuat senyumku sirna. 

Aku sudah mengusahakan waktuku, agar bisa menemuinya. Tapi ia menggunakan waktunya untuk laki-laki lain, tepatnya mantan suaminya. 

Ini karma bukan sebenarnya? Karma dari sikap datarku pada Harum, karma dari perasaan Harum yang tidak terbalaskan olehku. 

[Aku kangen, capek nungguin kamu di rusun.] balasku padanya. 

[Aku izin kerja besok, Bang. Kalau gak boleh, nanti aku buat surat dari dokter.]

Lah, ia tidak meresponku. Ia malah mengalihkan topik pembicaraan lain. Sesakit ini mencintai bajingan. 

[Rumah Hema di mana? Aku jemput.] nyatanya, aku semakin menggebu untuk memilikinya. 

Ia sama sekali tidak meresponku meski sampai aku bangun esok paginya. Aku bekerja seharian penuh pun, dalam urat wajah yang tidak bersahabat. Rasa kesalku pada Bunga belum habis, aku ingin mencecarnya kenapa ia sampai menginap di rumah Hema. 

Aku seperti dibuat gila dengan perasaan dan pikiranku sendiri. H*****ku menggebu, n****ku memuncak, emosiku tersulut, rasa kecewaku penuh, tapi aku rindu juga. 

Entah ini karma, atau memang kurangnya aku untuk memikat Bunga. Aku ingin meminta bantuan orang lain, agar Bunga bisa berada di dalam genggamanku selamanya. Menghamilinya, itu bukan cara yang tepat untuk membelenggunya. Yang ada aku kebakaran jenggot, karena anakku tumbuh dan berkembang di tangan perempuan gila seperti Bunga.

Aku tidak masalah jika ibu dari anakku adalah Bunga, tapi aku mau diriku harus ikut andil mendidik anak dari ibu gila sepertinya. Bunga tidak bisa dilepas untuk mendidik anak, karena hatinya sudah rusak. 

...****************...

Terpopuler

Comments

fitri ristina

fitri ristina

ya iya...sam rusaknya dengan hatimu...

2023-06-22

3

Auralia Citra Rengganis

Auralia Citra Rengganis

Buat Handaru

2023-06-22

2

chaia

chaia

sadar sih emng bunga gila...ga cocok buat gedein anak....tp hawa nafsu semakin menjadi...ego bahwa aku harus bisa milikin yg susah dapet😌

2023-06-22

3

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!