SM11. Simbiosis mutualisme

"Aku mau pipis dulu." Bunga melepaskanku dengan panik. 

Ia memulai dengan tergesa-gesa, ia mengakhiri dengan tergesa-gesa juga. Ia kira rupanya aku mainannya. Jika memang dirinya pemain, aku akan mengeluarkan siapa diriku sebenarnya, agar ia tidak menginjak-injak kelengahanku. 

"Pipis di sini aja, gak apa." Aku memeluknya dari belakang dengan erat. 

"Jangan lah, Bang. Di sini kan tak ada kamar mandi." Ia berusaha meraih gagang pintu. 

Tanganku dengan cepat melepaskan pengait celananya, kemudian menurunkan segera dari bagian belakangnya.

"Hah…." Bunga panik, ia memberontak. 

Sudah terlihat, bukanlah hal yang sulit. Harum yang tepar saja, aku mampu membawanya pulang dan memakannya di ranjangku. Apalagi perempuan yang masuk sendiri ke ruanganku begini. 

Aku mengincar semua titik sensitif di bagian leher belakang dan telinganya, dengan tanganku bekerja menggosok daging kecil yang keras di antara kedua kakinya. Jika memang ia benar-benar meminta tolong, harusnya ia tidak membekap mulutnya sendiri begini. Jelas senyumku makin mengembang, karena caranya seolah memberiku akses meskipun ia meronta minta dilepaskan. 

"Nanti kita pipis bersama setelah ini," bisikku mesra dengan memberi polesan di kepala bawahku, menggunakan sumber air dari mulutku. 

"Abang! Abang! Jangan di tempat kerja! Aku berisik." Kakinya tidak mau diam, saat kepala bawahku berusaha menyelinap masuk. 

P******nya besar sekali, aku sedikit kesulitan karena alas duduknya sangat besar. Namun, hal itu bisa teratasi, setelah aku membawanya sedikit membungkuk ke depan. 

Mulut kami sama-sama terbuka, merasakan sensasi hangat dari masing-masing pihak. Aku tak bisa menggambarkan apa yang ia rasakan, yang jelas rasanya ini sungguh di luar dugaan. Ia hangat, licin dan aroma khasnya seperti terapi untukku. 

"Kayanya, punya aku cukup besar juga. Menggigit kok, gak kaya yang kamu bilang semalam." Aku berbisik kembali di telinganya. 

"Udah! Udah! Cepat gerak!" Bunga menggigit bibir bawahnya seksi sekali. 

Matanya terpejam rapat, seolah ia tak kuasa menahan apa yang ia rasakan ini. 

"Okeh, siap Sayang." Aku mencondongkan punggungnya ke depan, ia tepat berada di belakang pintu ruanganku yang tertutup rapat. 

Aku menyadari pintu tersebut belum terkunci, tanganku terulur berusaha mengunci pintu ruanganku. Kemudian aku menarik p****** besarnya ke belakang, lalu menjadikannya sebagai tempatku berpegangan. 

Jadi siapa yang menjebak dan siapa yang terjebak? Kini kami sama-sama keenakan. 

Seumurku berkelana, aku ingin memberikannya penghargaan sebagai wanita kl***** tercepat yang pernah aku ketahui. Bahkan, ia sampai mengulanginya beberapa kali. 

Kejang, mungkin kata itu yang pantas untuknya. 

Entah seberapa gilanya kami, kini kami sama-sama tergeletak di lantai epoxy ruanganku. Kita terengah-engah bersama, dengan calon anak-anakku yang berserakan dan memberikan aroma mesum ke seluruh penjuru ruanganku. 

"Bunga, aku rencana mau kasih tempat tinggal untuk kamu." Aku menyentuh pelipisnya, membawa wajahnya untuk menoleh ke arahku. 

"Udah! Tak usah banyak wacana! Tak usah kasih iming-iming ini dan itu, tak usah janjikan hubungan penuh pleasure. Aku butuh, kau pun butuh. Kita tak ada yang merasa di rugikan di sini, kita saling melengkapi, tapi tidak untuk memberi komitmen dan melarang satu sama lain." Ia menyentuh tanganku yang berada di pelipisnya. 

"Maksudnya gimana, Bunga? FWB maksud kamu? Friend with benefits?" Aku memicingkan mataku. 

"Simbiosis mutualisme." Ia menarik napas panjang setelah itu. "Tidak ada pihak yang dirugikan, keduanya saling menerima manfaat dari interaksi satu sama lain." Ia menyambungkan dengan satu hembusan napas panjangnya. 

"Kamu gila, Bunga?" Aku merapikan warisan dari ayahku ini, yang hanya orang tertentu saja yang tahu. 

"Kenapa?" Bunga menarik celananya yang sudah sampai di pergelangan kakinya. 

"Aku mampu tinggalkan Harum, kalau kamu mau hidup sama aku sampai habis umur kita." Aku duduk di lantai, memperhatikannya yang tengah membenahi pakaiannya. 

"Aku tak mau, gimana?" Ia menoleh sekilas padaku. 

Apa yang terjadi pada kejiwaannya? 

"Kita udah ngelakuin s**s." Pikirannya harus sadar apa yang terjadi barusan. 

"Kenapa memangnya? Kau butuh, aku menikmati."

😲

Sepertinya, aku melakukan barusan dengan orang gila. 

"Aku gak setuju, Bunga. Daripada hubungan gila kaya gitu, mending kita gak usah kenal sekalian. Lupain yang udah-udah, anggap aja kita sebatas bos dan karyawannya." Aku bangkit dan duduk di kursiku. 

Pasti kacau sekali penampilanku setelah bertarung ini, kemudian ditambah dengan emosi. 

"Oh nantangin? Maunya tak usah kenal, begitu? Oke, bisa. Kita tak kenal mulai hari ini." Ia langsung keluar dari ruanganku begitu saja. 

Apa aku salah? Apa aku melewatkan tawaran besar? Tapi apa seperti itu? Setidaknya, ada hubungan lah. Kenapa harus begitu gila, jika aku rela mengorbankan pertunanganku dengan Harum untuknya? 

Setelah kejadian di jam makan siang ini, sampai hari Sabtu Bunga bersikap profesional dan tidak pernah menyapaku di luar tentang pekerjaan. Aku masih mencoba untuk keras kepala, jual mahal karena aku ingin mendapatkannya dengan utuh, bukan fisiknya saja, tapi hatinya juga. 

Sayangnya, sampai datang malam yang panjang dengan Harum kembali. Aku tidak merasakan hal yang sama, ketika melakukan dengan Harum. Seperti hambar, tidak ada rasanya dan juga tidak ada sensasinya. 

"Kenapa murung aja, Han? Biasanya malam minggu kamu paling semangat." Dari bawahku, Harum mengusap dadaku tanpa halangan apapun. 

Aku teringat lekuk tubuh Bunga. 

"Kayanya kecapean." Aku memejamkan mataku, kemudian menyembunyikan wajahku di lehernya. 

"Biar aku yang gerak, Han." Harum mengusap lembut punggungku. 

Ia tidak tahu apa-apa, aku kasihan padanya karena sikapku berubah padanya, padahal ia tidak tahu apa-apa. Apa aku mengambil tawaran Bunga saja, agar aku tidak semakin jauh dengannya?

"Iya." Aku melepaskannya, kemudian berguling ke sampingnya. 

Aku mencoba menyambut pergerakannya seperti biasa, tapi aku tidak mendapatkan sensasi yang aku dapatkan dari Bunga. Harusnya aku tak boleh begitu, tapi milikku malah lebih memilih tertidur saat tengah dipergunakan. 

"Kamu puas belum, Rum? Biar pakai jari aku." Aku membantunya berbaring di sampingku. 

"Kan kamu tau, aku cukup sekali aja, Han. Kamu yang belum keluar tuh, Han. Kenapa kamunya? Mau aku ****?" Harum berbantal lenganku, tangannya mengusik ketenangan yang terjadi di kepala bawahku. 

Aku tidak mengerti, kenapa tubuhku bereaksi demikian. Apa karena terus teringat rasa yang Bunga berikan? 

"Nanti kamu sakit kepala kalau belum plong, Han." Tangannya perlahan naik dan mengusap-usap dadaku. 

"Kalau badan aku udah enakan, aku pasti ngusik kamu." Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh tanpa busana ini. 

Rasa yang Bunga beri, merusak fantasiku dengan perempuan lain. 

"Jadi kita tidur aja?" Harum memeluk dadaku. 

"Heem." Aku tidak yakin, aku bisa tertidur. 

Sejak KB, Harum hampir tidak pernah haid. Beberapa bulan yang lalu ia izin untuk lepas KB agar mendapatkan haid, tapi aku yang merasa tidak puas karena harus berceceran terus. Sampai tiga kali ia mendapatkan haidnya, aku memintanya ikut KB kembali. Sekarang, baru satu bulanan Harum suntik KB baru setelah berhenti. 

Apalagi coba yang ia tidak patuhi? Ia menurut, ia tidak banyak keinginan. Ia menghindari perdebatan denganku, ia tidak pernah memaksaku. Tapi aku malah naksir perempuan bajingan, tapi aku malah naksir perempuan gila. 

Aku meninggalkan ranjang, aku anteng di dapur menikmati mie telur dan merokok setelahnya. Mesin cuci pun berputar, aku menggunakan waktu seefisien mungkin karena aku kesulitan untuk tidur sekarang. 

Iseng sekali, aku melihat-lihat status chatting semua orang di tengah malam begini. Tentu saja keterangan room chatku pasti 'online' terus. 

[Bang, aku butuh.]

Pesan itu membuat kakiku bertenaga untuk keluar rumah. Aku memandang lama pintu kamarku yang terlihat dari sini, ada Harum di dalam kamar yang tengah pulas karena perbuatanku. 

Drttttt….

Aku kira itu pesan, aku reflek menerima karena aku kira bukan panggilan telepon. Ternyata, suara perempuan langsung terdengar. 

"Hallo, Bang. Bisa ke sini?" ujarnya langsung. 

Aku bingung, ada Harum terlelap. Aku tak mungkin mengantarkannya pulang, saat ia tengah terlelap begini.

...****************...

Supportnya, Kak 😁

Terpopuler

Comments

Ra2

Ra2

wong edan 🙆
harum apa yg ada d dlm otakmu ?? masa ga nyadar sperti apa posisimu d hati han

2023-06-16

4

fitrizakiah

fitrizakiah

kumaha Tah pamibtos kieu 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️bunga dan Han sudah sama Sama ketagihan

2023-06-16

4

Red Velvet

Red Velvet

tuh kan lelaki kalau dikasih akses dia gak akan setengah setengah, pasti dibabat habis olehnya 🥺

2023-06-16

2

lihat semua
Episodes
1 SM1. Janda muda
2 SM2. Diterima bekerja
3 SM3. Bertukar pesan
4 SM4. Tempat billiard
5 SM5. Sopan terlihat haram
6 SM6. Traktir makan
7 SM7. Mesin cuci baru
8 SM8. Bestie x bestot
9 SM9. Pilihan hati
10 SM10. Serangan mendadak
11 SM11. Simbiosis mutualisme
12 SM12. Menerima tantangan
13 SM13. Tanda merah
14 SM14. Jalan-jalan malam
15 SM15. Ketegangan di teras rumah
16 SM16. Terpojokan
17 SM17. UGD
18 SM18. Mengantar Harum
19 SM19. Karma atau bukan?
20 SM20. Emosi yang berbaur
21 SM21. Kebodohan
22 SM22. Membicarakan tentang anak
23 SM23. Buang dalam
24 SM24. Pembalut
25 SM25. Mie ayam
26 SM26. Perubahan ayah
27 SM27. Bermain kartu
28 SM28. Makan siang bersama
29 SM29. Klinik laboratorium
30 SM30. Accident bengkel
31 SM31. Sisi Hema
32 SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33 SM33. Melihat keadaan Bunga
34 SM34. Curhat dengan ayah
35 SM35. Berniat makan malam
36 SM36. Makan malam bertiga
37 SM37. Pengakuan yang membingungkan
38 SM38. Dugaan dan kegugupan
39 SM39. Serangkaian tes
40 SM40. Sate padang
41 SM41. Naik ojol
42 SM42. Mencoba menyuap
43 SM43. Pulang makan
44 SM44. Cuci otak
45 SM45. Mengambil hasil tes
46 SM46. Keputusan Bunga
47 SM47. Mencari Hema
48 SM48. Menyadari kebodohan
49 SM49. Mempertahankan hubungan
50 SM50. Berubah
51 SM51. Cabang baru
52 SM52. Customer pertama
53 SM53. Caera Nazua
54 SM54. Pameran
55 SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56 SM56. Sawan pengantin
57 SM57. Kondisi Handaru
58 SM58. Jalur Intis
59 SM59. Teman lama
60 SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61 SM61. Video call
62 SM62. Anak di luar pernikahan
63 SM63. Masukan dan keputusan Harum
64 SM64. Teman perantauan ayah
65 SM65. Teman-teman ayah di Bali
66 SM66. Menelpon om Ghifar
67 SM67. Kakaknya om Ghifar
68 SM68. Berbicara empat mata
69 SM69. Kesimpulan ayah
70 SM70. SIMKAH
71 SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72 SM72. Tiga tamu
73 SM73. Menceritakan kisah singkat
74 SM74. Obrolan dengan bukti
75 SM75. Permintaan tolong
76 SM76. Saran terbaik
77 SM77. Istirahat di rumah Han
78 SM78. Sampai di Aceh
79 SM79. Kembar lima
80 SM80. Diperiksa om Ken
81 SM81. Klinik om Ken
82 SM82. Ruang pemeriksaan
83 SM83. Berhadapan langsung
84 SM84. Kuasa hukum Ra
85 SM85. Meyakinkan Harum
86 SM86. Mengajak berkumpul
87 SM87. Mengupas bawang
88 SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 91 Episodes

1
SM1. Janda muda
2
SM2. Diterima bekerja
3
SM3. Bertukar pesan
4
SM4. Tempat billiard
5
SM5. Sopan terlihat haram
6
SM6. Traktir makan
7
SM7. Mesin cuci baru
8
SM8. Bestie x bestot
9
SM9. Pilihan hati
10
SM10. Serangan mendadak
11
SM11. Simbiosis mutualisme
12
SM12. Menerima tantangan
13
SM13. Tanda merah
14
SM14. Jalan-jalan malam
15
SM15. Ketegangan di teras rumah
16
SM16. Terpojokan
17
SM17. UGD
18
SM18. Mengantar Harum
19
SM19. Karma atau bukan?
20
SM20. Emosi yang berbaur
21
SM21. Kebodohan
22
SM22. Membicarakan tentang anak
23
SM23. Buang dalam
24
SM24. Pembalut
25
SM25. Mie ayam
26
SM26. Perubahan ayah
27
SM27. Bermain kartu
28
SM28. Makan siang bersama
29
SM29. Klinik laboratorium
30
SM30. Accident bengkel
31
SM31. Sisi Hema
32
SM32. Menyelesaikan pekerjaan
33
SM33. Melihat keadaan Bunga
34
SM34. Curhat dengan ayah
35
SM35. Berniat makan malam
36
SM36. Makan malam bertiga
37
SM37. Pengakuan yang membingungkan
38
SM38. Dugaan dan kegugupan
39
SM39. Serangkaian tes
40
SM40. Sate padang
41
SM41. Naik ojol
42
SM42. Mencoba menyuap
43
SM43. Pulang makan
44
SM44. Cuci otak
45
SM45. Mengambil hasil tes
46
SM46. Keputusan Bunga
47
SM47. Mencari Hema
48
SM48. Menyadari kebodohan
49
SM49. Mempertahankan hubungan
50
SM50. Berubah
51
SM51. Cabang baru
52
SM52. Customer pertama
53
SM53. Caera Nazua
54
SM54. Pameran
55
SM55. Company Putra Tunggal Berintan
56
SM56. Sawan pengantin
57
SM57. Kondisi Handaru
58
SM58. Jalur Intis
59
SM59. Teman lama
60
SM60. Mengungkapkan kebenarannya
61
SM61. Video call
62
SM62. Anak di luar pernikahan
63
SM63. Masukan dan keputusan Harum
64
SM64. Teman perantauan ayah
65
SM65. Teman-teman ayah di Bali
66
SM66. Menelpon om Ghifar
67
SM67. Kakaknya om Ghifar
68
SM68. Berbicara empat mata
69
SM69. Kesimpulan ayah
70
SM70. SIMKAH
71
SM71. Hari spesial yang kurang spesial
72
SM72. Tiga tamu
73
SM73. Menceritakan kisah singkat
74
SM74. Obrolan dengan bukti
75
SM75. Permintaan tolong
76
SM76. Saran terbaik
77
SM77. Istirahat di rumah Han
78
SM78. Sampai di Aceh
79
SM79. Kembar lima
80
SM80. Diperiksa om Ken
81
SM81. Klinik om Ken
82
SM82. Ruang pemeriksaan
83
SM83. Berhadapan langsung
84
SM84. Kuasa hukum Ra
85
SM85. Meyakinkan Harum
86
SM86. Mengajak berkumpul
87
SM87. Mengupas bawang
88
SM88. Kembali ke Jakarta (TAMAT)
89
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
90
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
91
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!