"Aku mau pipis dulu." Bunga melepaskanku dengan panik.
Ia memulai dengan tergesa-gesa, ia mengakhiri dengan tergesa-gesa juga. Ia kira rupanya aku mainannya. Jika memang dirinya pemain, aku akan mengeluarkan siapa diriku sebenarnya, agar ia tidak menginjak-injak kelengahanku.
"Pipis di sini aja, gak apa." Aku memeluknya dari belakang dengan erat.
"Jangan lah, Bang. Di sini kan tak ada kamar mandi." Ia berusaha meraih gagang pintu.
Tanganku dengan cepat melepaskan pengait celananya, kemudian menurunkan segera dari bagian belakangnya.
"Hah…." Bunga panik, ia memberontak.
Sudah terlihat, bukanlah hal yang sulit. Harum yang tepar saja, aku mampu membawanya pulang dan memakannya di ranjangku. Apalagi perempuan yang masuk sendiri ke ruanganku begini.
Aku mengincar semua titik sensitif di bagian leher belakang dan telinganya, dengan tanganku bekerja menggosok daging kecil yang keras di antara kedua kakinya. Jika memang ia benar-benar meminta tolong, harusnya ia tidak membekap mulutnya sendiri begini. Jelas senyumku makin mengembang, karena caranya seolah memberiku akses meskipun ia meronta minta dilepaskan.
"Nanti kita pipis bersama setelah ini," bisikku mesra dengan memberi polesan di kepala bawahku, menggunakan sumber air dari mulutku.
"Abang! Abang! Jangan di tempat kerja! Aku berisik." Kakinya tidak mau diam, saat kepala bawahku berusaha menyelinap masuk.
P******nya besar sekali, aku sedikit kesulitan karena alas duduknya sangat besar. Namun, hal itu bisa teratasi, setelah aku membawanya sedikit membungkuk ke depan.
Mulut kami sama-sama terbuka, merasakan sensasi hangat dari masing-masing pihak. Aku tak bisa menggambarkan apa yang ia rasakan, yang jelas rasanya ini sungguh di luar dugaan. Ia hangat, licin dan aroma khasnya seperti terapi untukku.
"Kayanya, punya aku cukup besar juga. Menggigit kok, gak kaya yang kamu bilang semalam." Aku berbisik kembali di telinganya.
"Udah! Udah! Cepat gerak!" Bunga menggigit bibir bawahnya seksi sekali.
Matanya terpejam rapat, seolah ia tak kuasa menahan apa yang ia rasakan ini.
"Okeh, siap Sayang." Aku mencondongkan punggungnya ke depan, ia tepat berada di belakang pintu ruanganku yang tertutup rapat.
Aku menyadari pintu tersebut belum terkunci, tanganku terulur berusaha mengunci pintu ruanganku. Kemudian aku menarik p****** besarnya ke belakang, lalu menjadikannya sebagai tempatku berpegangan.
Jadi siapa yang menjebak dan siapa yang terjebak? Kini kami sama-sama keenakan.
Seumurku berkelana, aku ingin memberikannya penghargaan sebagai wanita kl***** tercepat yang pernah aku ketahui. Bahkan, ia sampai mengulanginya beberapa kali.
Kejang, mungkin kata itu yang pantas untuknya.
Entah seberapa gilanya kami, kini kami sama-sama tergeletak di lantai epoxy ruanganku. Kita terengah-engah bersama, dengan calon anak-anakku yang berserakan dan memberikan aroma mesum ke seluruh penjuru ruanganku.
"Bunga, aku rencana mau kasih tempat tinggal untuk kamu." Aku menyentuh pelipisnya, membawa wajahnya untuk menoleh ke arahku.
"Udah! Tak usah banyak wacana! Tak usah kasih iming-iming ini dan itu, tak usah janjikan hubungan penuh pleasure. Aku butuh, kau pun butuh. Kita tak ada yang merasa di rugikan di sini, kita saling melengkapi, tapi tidak untuk memberi komitmen dan melarang satu sama lain." Ia menyentuh tanganku yang berada di pelipisnya.
"Maksudnya gimana, Bunga? FWB maksud kamu? Friend with benefits?" Aku memicingkan mataku.
"Simbiosis mutualisme." Ia menarik napas panjang setelah itu. "Tidak ada pihak yang dirugikan, keduanya saling menerima manfaat dari interaksi satu sama lain." Ia menyambungkan dengan satu hembusan napas panjangnya.
"Kamu gila, Bunga?" Aku merapikan warisan dari ayahku ini, yang hanya orang tertentu saja yang tahu.
"Kenapa?" Bunga menarik celananya yang sudah sampai di pergelangan kakinya.
"Aku mampu tinggalkan Harum, kalau kamu mau hidup sama aku sampai habis umur kita." Aku duduk di lantai, memperhatikannya yang tengah membenahi pakaiannya.
"Aku tak mau, gimana?" Ia menoleh sekilas padaku.
Apa yang terjadi pada kejiwaannya?
"Kita udah ngelakuin s**s." Pikirannya harus sadar apa yang terjadi barusan.
"Kenapa memangnya? Kau butuh, aku menikmati."
😲
Sepertinya, aku melakukan barusan dengan orang gila.
"Aku gak setuju, Bunga. Daripada hubungan gila kaya gitu, mending kita gak usah kenal sekalian. Lupain yang udah-udah, anggap aja kita sebatas bos dan karyawannya." Aku bangkit dan duduk di kursiku.
Pasti kacau sekali penampilanku setelah bertarung ini, kemudian ditambah dengan emosi.
"Oh nantangin? Maunya tak usah kenal, begitu? Oke, bisa. Kita tak kenal mulai hari ini." Ia langsung keluar dari ruanganku begitu saja.
Apa aku salah? Apa aku melewatkan tawaran besar? Tapi apa seperti itu? Setidaknya, ada hubungan lah. Kenapa harus begitu gila, jika aku rela mengorbankan pertunanganku dengan Harum untuknya?
Setelah kejadian di jam makan siang ini, sampai hari Sabtu Bunga bersikap profesional dan tidak pernah menyapaku di luar tentang pekerjaan. Aku masih mencoba untuk keras kepala, jual mahal karena aku ingin mendapatkannya dengan utuh, bukan fisiknya saja, tapi hatinya juga.
Sayangnya, sampai datang malam yang panjang dengan Harum kembali. Aku tidak merasakan hal yang sama, ketika melakukan dengan Harum. Seperti hambar, tidak ada rasanya dan juga tidak ada sensasinya.
"Kenapa murung aja, Han? Biasanya malam minggu kamu paling semangat." Dari bawahku, Harum mengusap dadaku tanpa halangan apapun.
Aku teringat lekuk tubuh Bunga.
"Kayanya kecapean." Aku memejamkan mataku, kemudian menyembunyikan wajahku di lehernya.
"Biar aku yang gerak, Han." Harum mengusap lembut punggungku.
Ia tidak tahu apa-apa, aku kasihan padanya karena sikapku berubah padanya, padahal ia tidak tahu apa-apa. Apa aku mengambil tawaran Bunga saja, agar aku tidak semakin jauh dengannya?
"Iya." Aku melepaskannya, kemudian berguling ke sampingnya.
Aku mencoba menyambut pergerakannya seperti biasa, tapi aku tidak mendapatkan sensasi yang aku dapatkan dari Bunga. Harusnya aku tak boleh begitu, tapi milikku malah lebih memilih tertidur saat tengah dipergunakan.
"Kamu puas belum, Rum? Biar pakai jari aku." Aku membantunya berbaring di sampingku.
"Kan kamu tau, aku cukup sekali aja, Han. Kamu yang belum keluar tuh, Han. Kenapa kamunya? Mau aku ****?" Harum berbantal lenganku, tangannya mengusik ketenangan yang terjadi di kepala bawahku.
Aku tidak mengerti, kenapa tubuhku bereaksi demikian. Apa karena terus teringat rasa yang Bunga berikan?
"Nanti kamu sakit kepala kalau belum plong, Han." Tangannya perlahan naik dan mengusap-usap dadaku.
"Kalau badan aku udah enakan, aku pasti ngusik kamu." Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh tanpa busana ini.
Rasa yang Bunga beri, merusak fantasiku dengan perempuan lain.
"Jadi kita tidur aja?" Harum memeluk dadaku.
"Heem." Aku tidak yakin, aku bisa tertidur.
Sejak KB, Harum hampir tidak pernah haid. Beberapa bulan yang lalu ia izin untuk lepas KB agar mendapatkan haid, tapi aku yang merasa tidak puas karena harus berceceran terus. Sampai tiga kali ia mendapatkan haidnya, aku memintanya ikut KB kembali. Sekarang, baru satu bulanan Harum suntik KB baru setelah berhenti.
Apalagi coba yang ia tidak patuhi? Ia menurut, ia tidak banyak keinginan. Ia menghindari perdebatan denganku, ia tidak pernah memaksaku. Tapi aku malah naksir perempuan bajingan, tapi aku malah naksir perempuan gila.
Aku meninggalkan ranjang, aku anteng di dapur menikmati mie telur dan merokok setelahnya. Mesin cuci pun berputar, aku menggunakan waktu seefisien mungkin karena aku kesulitan untuk tidur sekarang.
Iseng sekali, aku melihat-lihat status chatting semua orang di tengah malam begini. Tentu saja keterangan room chatku pasti 'online' terus.
[Bang, aku butuh.]
Pesan itu membuat kakiku bertenaga untuk keluar rumah. Aku memandang lama pintu kamarku yang terlihat dari sini, ada Harum di dalam kamar yang tengah pulas karena perbuatanku.
Drttttt….
Aku kira itu pesan, aku reflek menerima karena aku kira bukan panggilan telepon. Ternyata, suara perempuan langsung terdengar.
"Hallo, Bang. Bisa ke sini?" ujarnya langsung.
Aku bingung, ada Harum terlelap. Aku tak mungkin mengantarkannya pulang, saat ia tengah terlelap begini.
...****************...
Supportnya, Kak 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ra2
wong edan 🙆
harum apa yg ada d dlm otakmu ?? masa ga nyadar sperti apa posisimu d hati han
2023-06-16
4
fitrizakiah
kumaha Tah pamibtos kieu 🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️bunga dan Han sudah sama Sama ketagihan
2023-06-16
4
Red Velvet
tuh kan lelaki kalau dikasih akses dia gak akan setengah setengah, pasti dibabat habis olehnya 🥺
2023-06-16
2