Elena terbaring lemah dibrangker rumah sakit seorang diri.
Tidak ada suami, tidak ada ibunya dan tidak ada saudara-saudaranya.
Elena tidak mau memberi tahukan keluarganya bila dirinya tengah berada dirumah sakit, khawatir akan mengungkapkan kebenaran tentang rumah tangga yang saat ini ia jalani.
Meski tubuhnya lemah namun semangat untuk sembuhnya tinggi.
Setelah sembuh Elena ingin mencoba lebih tegas pada suaminya. Ia tidak ingin terus-terusan tidak dianggap.
Ia ingin sekali dianggap sebagai istri dari suaminya.
Lama termenung, Elena dikejutkan oleh perawat yang menggetuk pintu meminta izin untuk masuk kedalam ruang rawat tersebut.
Setelah dipersilahkan oleh Elena, perawat tersebut masuk kedalam ruang rawat Elena.
Perawat itu mengganti botol infus yang sudah tinggal sedikit dengan yang baru.
"Apa masih ada keluhan?" tanya Perawat tersebut.
"Tidak ada Sus," jawab Elena.
"Apa anda sudah minum obatnya?" tanya Perawat itu lagi.
"Belum, saya belum makan." jawab Elena.
Suster tersebut menelisik kepenjuru ruang rawat tersebut.
Tidak ada tanda-tanda Elena habis makan. Perawat itu juga tidak melihat bekas makanan apapun yang ada diruang rawat tersebut.
Iya percaya bila pasien didepannya itu benar-benar belum makan.
"Mau saya pesankan makanan? Karena bila menunggu jatah makan dari rumah sakit, itu masih nanti malam." ucap Perawat tersebut.
"Boleh Sus," jawab Elena.
Perawat tersebut mengeluarkan ponselnya, kemudian membuka aplikasi yang bisa memesan makanan.
Setelah selesai memesan makanan untuk Elena, Perawat tersebut segera pamit untuk melanjutkan pekerjaan yang lainnya.
Setelah menunggu kurang lebih satu jam, makanan yang dipesan perawat tadi datang.
Elena segera memakan makanan tersebut, lalu meminum obatnya.
Ditempat yang berbeda tepatnya dikantor milik Satria.
Cecil diminta oleh Satria untuk mengundurkan diri karena wanita itu sedang mengandung.
Satria tidak ingin bila Cecil terus-terusan bekerja akan membuat wanita itu kelelahan. Sungguh Satria mengkhawatirkan itu.
Tapi wanita yang dimintanya untuk resign justru menolaknya.
Cecil tidak ingin berhenti bekerja, ia justru senang bekerja saat hamil seperti ini.
Ia akan tetap mendapat gaji hasil kerjanya, ia juga bisa mendapat uang dari Satri.
"Bulan ini kira-kira kamu ngasih aku uang berapa, Honey?" tanya Cecil.
Mendengar pertanyaan dari Cecil, Satria justru teringat pada Elena yang sudah lebih dari satu minggu menjadi istrinya tidak ia beri uang.
Sepeserpun Satria tidak memberikan uangnya untuk istrinya tersebut.
Selain tidak memberikan uang, Satria juga tidak pernah memberikan kebahagiaan untuk istrinya.
"Honey," panggil Cecil karena Satria tidak menjawab pertanyaannya.
"Apa yang kamu pikirkan, Honey?" tanya Cecil.
"Tidak ada. Kamu tanya apa tadi?" ucap Satria bertanya balik pada Cecil.
"Tidak jadi," ucap Cecil.
"Kalau begitu kita lanjut kerja saja ya," ucap Satria.
Cecil menganggukan kepalanya tanda setuju dengan ucapan Satria.
Kedua orang itu bekerja ditempatnya masing-masing, seolah mereka tidak memiliki hubungan.
Hingga jam kerja berakhir, Satria dan Cecil akhirnya menyudahi pekerjaan mereka masing-masing.
Keduanya pulang bersama menggunakan mobil milik Satria dengan pria itu yang mengemudikannya.
Setibanya didalam apartement, Satria segera menyalakan lampu karena hari sudah cukup gelap.
Disana ia tidak melihat Elena, karena wanita itu belum pulang. Satria jelas tahu bila istrinya itu tengah berada dirumah sakit.
Entah sakit apa wanita itu, Satria tak perduli.
"Ayo kita mandi bersama," ajak Cecil seraya meraba dada Satria.
Satria tidak langsung menjawab, pria itu justru menatap istri keduanya itu.
Tatapan yang mengartikan sesuatu tapi Cecil tidak bisa mengerti.
"Kenapa?" tanya Cecil.
Satria menggelengkan kepalanya, kemudian memeluk tubuh Cecil dengan erat.
Cecil yang mendapat pelukan tersebut tentunya sangat bahagia bisa diperlakukan manis oleh pria tampan didepannya.
"Mau mandi sekarang atau nanti?" tanya Cecil sembari menengadahkan wajahnya melihat pada Satria.
"Sekarang saja," jawab Satria.
Cecil tersenyum dengan lebar, kemudian menarik tangan Satria untuk masuk kedalam kamar mandi.
Keduanya berendam bersama sembari menikmati keintiman diantara keduanya.
Berbeda dengan Satria yang tengah memadu kasih dengan istri keduanya, Elena kini tengah berbincang dengan Hendri diruang rawatnya.
Setelah pulang kerja tadi Hendri menyempatkan diri untuk membesuk atasannya, karena ia tahu Elena pasti tidak ada yang menjaganya.
"Pak Reyhan tadi menanyakan keberadaan Bu Elena," ucap Hendri.
"Lalu kamu jawab apa?" tanya Elena.
"Saya jawab Bu Elena pulang kerumah karena tidak enak badan," jawab Hendri.
"Bagaimana nanti kalau mas Reyhan datang keapartement?" tanya Elena.
"Saya rasa pak Reyhan tidak akan datang, karena beliau harus keluar kota sehabis pulang kerja tadi." ucap Hendri.
"Yakin?" tanya Elena yang dijawab anggukan kepala dari Hendri.
Hufftt.
Elena menghela nafasnya. Semoga apa yang dikatakan Hendri benar, bila kakaknya tidak akan datang keapartementnya.
Pasalnya bila datang kesana Elena tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.
"Oiya Bu, tadi saat anda belum sadar ponsel didalam tas anda terus berbunyi," ucap Hendri.
"Benarkah? Aku sedari tadi tidak melihatnya," ucap Elena.
"Coba anda lihat, mungkin saja itu panggilan penting." ucap Hendri.
"Tolong ambilkan tasku bawa kemari," ucap Elena.
Hendri segera mengambilkan tas Elena kemudian memeberikannya pada wanita itu.
Elena segera menerima tas tersebut lalu ia keluarkan ponsel tersebut dari dalam tasnya.
Dihidupkannya ponsel tersebut rupanya ada sebelas panggilan tak terjawab dan ada 4 pesan belum dibaca.
Elena terlebih dahulu membuka siapa saja yang meneleponnya tadi.
Rupanya sebelas panggilan tak terjawab itu enam panggilan dari Reyhan, dua panggilan dari Alena, dan tiga panggilan dari ibunya.
Tidak ada satupun panggilan telepon dari suaminya, membuat Elena semakin miris saja
Wanita itu mencoba menghubungi suaminya namun tiga kali ia menghubunginya, satu panggilanpun tidak ada yang dijawabnya.
Setelahnya Elena segera membuka pesan yang belum dibaca itu.
Tiga pesan tersebut yakni dari Reyhan, Alena dan Mayang.
Keempat pesan tersebut berisi pertanyaan untuk dirinya, menanyakan dirinya baik-baik saja atau tidak.
"Mereka pasti mengkhawatirkan aku," gumam Elena.
Wanita itu segera menghubungi balik nomor telepon Ibu dan saudara-saudaranya.
Elena terlebih dahulu menghubungi Reyhan, kakak laki-lakinya.
"Hallo Elena, kamu kemana saja?" tanya Reyhan setelah panggilan telepon tersebut terhubung.
"Aku diapartement mas," jawab Elena berbohong.
"Apa kamu sakit?" tanya Reyhan.
"Tidak mas, aku hanya tidak enak badan." jawab Elena.
"Minta ibu untuk datang El," titah Reyhan.
"Tidak usah mas," ucap Elena.
"Ya sudah kalau tidak mau, kamu banyak-banyak istirahat." ucap Reyhan.
"Iya mas," ucap Elena.
Setelahnya panggilan telepon itu terputus. Elena segera menghubungi Alena dan ibunya untuk mengabarkan dirinya baik-baik saja.
Setelah selesai mengabari semua keluarganya, Elena mencoba lagi menghubung Satria tapi tetap saja tidak mendapatkan jawabannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ASLI,, BNAR2 JENGKEL DGN ELENA,, MSH MNGHARAP CINTA SUAMI SPRTI SATRIA...
2023-09-20
0
Sulaiman Efendy
WANITA GOBLOKKKK😡😡😡😡😡😡
2023-09-20
0