Mau tidak mau akhirnya Elena yang menjawab panggilan telepon tersebut.
"Selamat siang, ini dengan sekretaris wakil direktur Darwin Properties," ucap Elena seolah-olah ia sekretaris wakil direktur tersebut.
"Maaf Bu Elena, ini saya Hendri. Bu Elena diminta pak Reyhan datang keruangannya," ucap Hendri disebrang telepin tersebut.
Rupanya yang sejak tadi menelpon telpon kantir dimeja Hendri adalah pria itu sendiri.
"Hendrrii!!, berani-beraninya kamu memanggil saya lewat telepon," ucap Elena geram.
"Ma-maaf Bu, tapi ini Pak Reyhan yang memintanya," ucap Hendri tidak enak pada Elena.
"Ya sudah, lain kali kalau mau manggil saya datang keruangan saya," ucap Elena.
"Baik Bu, sekali lagi saya minta maaf," ucap Hendri pada Elena, tapi wanita itu tidak menjawab ucapan Hendri, ia langsung memutuskan panggilan telepon tersebut.
Elena masuk keruangannya lebih dulu untuk mengambil ponsel dan tasnya, barulah ia menuju ruang kerja sang kakak.
Setibanya disana, Elena segera dibukakan pintu oleh Hendri.
Elena segera masuk kedalam ruang kerja kakaknya tanpa memperdulikan sekretarisnya yang mempersilahkan dirinya masuk.
Wanita itu duduk bersebrangan dengan Reyhan.
"Ada apa mas?," tanya Elena.
"Mas diminta daddy untuk datang kejepang menghandle pekerjaan disana karena daddy sedang sakit dan dirawat dirumah sakit," ucap Reyhan.
"Daddy Crist sakit apa mas?," tanya Elena merasa khawatir juga.
"Colestrol El," jawab Reyhan sedih.
"Semoga daddy cepat sembuh, mas. Kapan kalian akan berangkat?," tanya Elena.
"Besok Aku, Rissa, Brian dan Briana segera berangkat pagi-pagi. Aku pamit pada ibu nanti malam saja datang kerumahnya. Untuk kamu, Aku titip kantor ya El," ucap Reyhan.
"Siap mas," ucap Elena.
Reyhan kemudian memberi tahu pekerjaan yang akan diserahkan pada Elena.
Wanita itu akan dibantu oleh Agung sekretaris Reyhan, dan Hendri sekretaris Elena sendiri.
Hendri dan Agung yang ada diruangan itu segera menghampiri Elena dan Reyhan yang sedang membicarakan mereka.
"Agung, Hendri, kalian bantu Elena dengan baik selama saya tidak ada dikantor ini," titah Reyhan.
"Baik Pak," jawab Agung dan Hendri bersamaan.
Setelahnya mereka semua keluar dari ruangan CEO meninggalkan Reyhan sendirian didalam sana.
Kebetulan juga jam istirahat telah tiba, mereka akan pergi makan siang masing-masing.
Setibanya diluar ruangan itu, Agung segera duduk ditempat duduknya kemudian membuka bekal makan siang dari istrinya.
Kini hanya tinggal Elena dan Hendri yang sedang berjalan menuju lift.
Hendri berjalan dibelakang Elena yang lebih dulu berjalan didepannya. Mereka sama sekali tidak ada yang bicara, hanya saling diam.
Keduanya segera masuk kedalam lift dan Elena segera menekan tombol angka 1.
Ting.
Tidak lama kemudian pintu lift terbuka, Elena segera melangkahkan kakinya keluar dari lift tersebut meninggalkan Hendri yang sejak tadi berdiri dibelakangnya.
Hendri juga kemudian ikut keluar dari lift tersebut, ia hendak membeli makan siang diluar.p
Tiba diparkiran, Elena segera masuk kedalam mobilnya kemudian ia kemudikan menuju kantor suaminya.
Ia ingin mengajak Satria makan siang bersamanya.
Setibanya dikantor Satria, Elena menghampiri resepsionis, menanyakan ruang kerja Satria berada, tapi resepsionis tersebut ragu untuk memberi tahu Elena.
Pasalnya mereka tadi melihat Satria dan Cecil keluar dari kantor bersamaan.
"Mba dimana ruangan mas Satria?," tanya Elena lagi karena pertanyaan pertamanya tidak dijawab oleh resepsionis tersebut.
"Emm, ruangannya ada dilantai 9 Bu, tapi Pak Satria baru saja keluar dengan Bu Cecil," ucap resepsionis tersebut.
"Kemana?," tanya Elena.
"Kurang tahu Bu, sepertinya makan siang," jawab resepsionis tersebut.
Elena menganggukan kepalanya, ia tidak bertanya lagi, makan siang dimana atau lainya.
Ia memilih melangkahkan kakinya keluar dari kantor tersebut.
Wanita itu kembali kemobilnya yang berada diparkiran.
Disana ia berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak didada.
Meski Satria mengacuhkannya, tapi Elena masih berharap pria itu menganggapnya, walau pada akhirnya tetap saja ia kecewa.
"Segitu bencinya kah kamu padaku, mas?," lirih Elena.
Setelah merasa lebih tenang barulah ia mengemudikan lagi mobilnya untuk kembali kekantor.
Sulit sekali bagi Elena untuk bertemu dan bicara dengan Satria. Satria selalu menghindarinya, mengacuhkannya seolah-olah dia ini bukan siapa-siapanya.
Setibanya dikantor ia bertemu lagi dengan sekretarisnya yang sama baru turun dari mobil juga.
Hendri menganggukan kepalanya tanda memberi hormat pada Elena, namun wanita itu hanya melihat ia sama sekali tidak menanggapi sekretarisnya sama sekali.
Hendri yang diacuhkan oleh Elena hanya menggaruk tengkuknya.
"Sadar diri Hen, Bu Elena itu sudah menikah, lagi pula kamu tidak pantas untuknya," ucap Hendri pada dirinya sendiri sembari menatap kepergian Elena.
Hendri menenteng kantong keresek berisi makan siang yang tadi ia beli diluar.
Pria itu ikut melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung kantor Darwin Properties.
Disana ia kembali ketempat duduknya membuka makan siang yang tadi ia beli.
Kring..
Baru saja Hendri hendak menyuapkan makan siang tersebut tapi telepon kantor dimejanya berbunyi.
Hendri segera mengangkat telepon tersebut.
"Selamat siang. Dengan Hendri sekretaris wakil direktur Darwin Properties," ucap Hendri menjawab telepon tersebut.
"Carikan saya makan siang," titah seseorang disebrang telepon sana.
"Bu Elena?," tanya Hendri.
"Iya. Cepat carikan makan siang, sekarang," ucap Elena kemudian mematikan sambungan teleponnya.
Hendri melirik pada makan siangnya yang sama sekali belum ia makan.
"Apa aku beri Bu Elena ini saja ya?," gumam Hendri bertanya pada dirinya sendiri.
"Ahh, tapi tidak sopan," ucap pria itu lagi.
Hendri kemudian keluar lagi dari gedung kantor tersebut.
Masuk kedalam mobil dan mengemudikannya ke sebuah restorant indo yang menyajikan banyak makanan khas daerah disana.
Setibanya direstorant tersrbut, Hendri segera turun dan memesan salah satu menu masakan daerah disana.
Hendri menunggu makanan tersebut dikursi tunggu yang sudah disediakan.
Tidak jauh dari tempatnya duduk, Hendri bisa melihat Satria dengan Cecil sedang makan siang bersama.
"Loh, itu bukannya Pak Satria suaminya Bu Elena ya," gumam Hendri.
Pria itu memperhatikan kedua orang tersebut. Satria dan Cecil bukan seperti atasan dan bawahan pada umumnya, mereka terlihat dekat sekali bahkan orang bisa mengira mereka itu suami istri.
"Apa ini yang membuat bu Alena terlihat murung ya?," tanya Hendri dengan bergumam.
Hendri tidak habis fikir pada kedua orang yang sedang ia perhatikan itu.
Dalam benaknya bisa-bisanya suami atasannya itu sedang makan siang dengan wanita lain, sedangkan istrinya kelaparan dikantor dan meminta dia mencarikan makan siang.
Tidak lama kemudian makanan yang Hendri pesan datang. Pria itu segera membayarnya, lalu kembali kekantor.
Setibanya dikantor ia segera menyajikan makan siang tersebut kepiring, kemudian ia berikan pada Elena bersama minumnya.
"Ini Bu makan siangnya," ucap Hendri setelah masuk kedalam ruang kerja atasannya itu.
"Bawa kemari," titah Elena.
Hedri menurut, ia membawa makan siang tersebut mendekat pada elena dan ia letakan dimeja tepat didepan wanita itu.
"Silahkan dimakan, Bu," ucap Hendri.
"Oke, kamu boleh pergi," ucap Elena.
Hendri menganggukan kepalanya, ia kemudian keluar dari ruangan Elena dan kembali ketempat duduknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Devys
sudah ku duga
2023-12-16
0