Kecanggungan diantara mereka terjadi. Terutama Elena yang berkenalan dengan Cecil.
Cecil datang bersama dengan Satria karena wanita itu ternyata sekretaris suaminya.
Elena sama sekali tidak tahu itu, Satria sama sekali tidak memberi tahukan padanya.
Ia benar-benar tidak dianggap oleh pria itu. Ingin rasanya Elena protes, tapi tidak bisa ia lakukan.
Ia menjadi lemah saat berhadapan dengan suaminya. Cintanya pada Satria benar-benar membuat dirinya lemah.
Tidak lama kemudian Kevin datang, memecahkan kecanggungan diantara mereka.
Kevin datang tidak sendirian, ia membawa sekretaris bersamanya.
Berbeda dengan Satria yang membawa sekretarisnya seorang wanita. Sekretaris Kevin adalah seorang pria.
"Maaf semuanya, kalian pasti menunggu aku ya," ucap Kevin.
"Tidak apa-apa Vin, lagi pula meetingnya masih 10 menit lagi," jawab Reyhan kemudian diangguki oleh Kevin.
Kevin beralih menatap Satria yang berada disebelahnya, ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman pada pria itu.
"Selamat atas pernikahanmu dan Elena Sat," ucap Kevin seraya tersenyum.
Meski Kevin usianya delapan tahun lebih muda dari Satria tapi pria itu menganggap Satria sebagai temannya.
"Thank's Vin," ucap Satria membalas uluran tangan Kevin.
Meski ia membenci pria itu tapi Satria tidak ingin menunjukannya, terlebih lagi mereka sedang bersama Reyhan.
Kevin menganggukan kepalanya, kemudian menatap pada Elena saudara kembar istrinya. Sejak tadi Kevin bisa melihat Elena hanya menundukan kepalanya.
"Apa kabar, El?," tanya Kevin.
Mendengar pertanyaan dari Kevin membuat Elena yang sejak tadi menundukan kepalanya, kini menatap balik pada Kevin.
"Baik Vin," ucap Elena.
Setelahnya tidak ada lagi pembicaraan diantaran mereka.
Mereka segera menuju ruang meeting yang berada dilantai 7 gedung itu.
Disana mereka didampingi oleh sekretarisnya masing-masing membahas kerja sama yang akan mereka jalani.
Elena sama sekali tidak bisa fokus. Fokusnya hanya pada suaminya dan Cecil yang duduk didepannya.
Satria dan Cecil saat ini terlihat formal, tidak seperti saat tadi malam datang keapartement yang menunjukan kemesraannya didepan Elena.
'Sejak kapan mereka menjalin hubungan?'' tanya Elena didalam hati.
Elena hanya diam saja mendengarkan apa yang dibahas dimeeting itu.
Sesekali juga ia ditanyai pendapatnya oleh Reyhan namun Elena hanya mengatakan setuju.
Perubahan pada diri Elena bisa ditangkap oleh Reyhan, yang duduk diujung meja meeting itu.
Reyhan bisa melihat wajah sedih adiknya itu, tapi yang ada dipikirannya mungkin Elena cemburu pada Satria dan Cecil.
Pria itu tersenyum melihat adiknya yang bucin pada Satria. Ia tidak tahu saja bila Elena bukan hanya cemburu melainkan sakit hati karena dihianati suaminya.
Satria dan Cecil tidak seperti yang Reyhan lihat sekarang ini, mereka berdua benar-benar main dibelakang.
Berbeda dengan Reyhan yang mengira Elena sedih karena bucin.
Hendri sekretaris Elena dikantor, bisa merasakan bila atasanya itu tidak baik-baik saja, namum ia hanya diam saja, ia tidak ingin ikut campur urusan atasannya.
Dua jam kemudian meeting itu akhirnya selesai.
Elena meminta waktu Satria dan Cecil untuk bicara diruang meeting, sehingga yang lainnya lebih duku keluar dari ruang meeting tersebut, meninggalkan Satria, Cecil dan Elena disana.
Ketiga orang itu duduk ditempat mereka masing-masing.
"Cepatlah bila ingin bicara, aku sedang sibuk," ucap Satria.
Elena mengangguk, ia tidak akan menunda untuk bicara, ia akan berbicara sekarang juga.
"Sejak kapan kalian memiliki hubungan?," tanya Elena menatap Satria, namun yang menjawab bukan pria itu melainkan Cecil yang menjawabnya.
"Jauh sebelum kamu menikah dengan Satria kami sudah memiliki hubungan," ucap Cecil.
"Lalu, kenapa kalian tidak menikah?," tanya Elena menatap kedua orang dihadapannya.
"Karena hanya kamu yang bisa membalaskan dendamku," jawab Satria.
Semakin sesaklah dada Elena mendengar jawaban dari kedua orang itu, tapi ia belum puas. Ia ingin menanyakan hal lainnya.
"Sampai kapan kalian akan memperlakukan ku seperti ini?," tanya Elena.
"Ini baru awal Elena, balas dendamku belum tercapai," ucap Satria.
Pria itu bangkit dari tempat duduknya kemudian keluar dari ruang meeting diikuti oleh Cecil dibelakangnya.
Setelah kepergian Satria dan Cecil, Elena hanya diam sembari menahan air matanya agar tidak menetes.
Diruang meeting itu ada CCTV yang terpasang, Elena khawatir bila ia menangis disana maka kakaknya akan tahu.
Ceklek.
Tidak lama kemudian pintu ruangan meeting itu dibuka oleh Hendri, sekretaris Elena.
"Bu Elena, ini ada berkas yang harus ditanda tangani sekarang juga," ucap Hendri namun tidak mendapat tanggapan dari Elena.
Elena masih termenung, ia tidak menanggapi ucapan Hendri bahkan ia juga tidak tahu bila sekretarisnya ada disana.
"Bu," panggil Hendri.
Karena tidak mendapat jawaban dari Elena, Hendri perlahan memundurkan langkah kakinya lalu keluar dari ruangan itu.
Ia memilih kembali ketempat duduknya, yakni didepan ruang kerja Elena yang berada dilantai delapan.
Elena masih termenung disana mengingat kata-kata yang diucapkan oleh suaminya dan Cecil.
"Aku mencintai kamu mas. Tidak bisakah kamu lupakan dendam itu dan mencintaiku juga," lirih Elena.
Cukup lama Elena berdiam diri disana, hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali keruang kerjanya.
Setibanya dilantai delapan, Elena bergegas masuk kedalam ruangannya. Ia dibukakan pintu oleh Hendri yang berada didepan ruang kerjanya.
"Terimakasih Hendri," ucap Elena pada Hendri namun tidak melihat pada sekretarisnya.
Hendri menganggukan kepalanya, kemudian ikut masuk kedalam ruangan Elena membawa berkas yang tadi hendak ia serahkan diruang meeting.
Hendri membuka berkas itu kemudian menyodorkan pada Elena.
"Berkas ini sudah diminta Pak Reyhan, Bu," ucap Hendri.
Elena mengangguk, ia mengerti maksud ucapan sekretarisnya. Pria itu meminta dirinya untuk segera tanda tangan.
Wanita itu menandatangani berkas tersebut kemudian menyerahkan pada sekretarisnya.
Hendri yang diberi berkas tersebut, segera menerimanya kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Elena menuju ruangan Reyhan.
Setelah kepergian Hendri, Elena seger mengerjakan pekerjaan rutinnya dikantor.
Sebisa mungkin ia harus fokus pada pekerjaannya, agar tidak mengingat suaminya dan penghianatan pria itu.
Kring.. Kring..
Telepon kantor yang berada dimeja Hendri berbunyi, dan terus berbunyi namun tidak ada yang menjawabnya.
Hendri sedang mengantar berkas keruangan Reyhan yang berada dilantai 10.
Bunyi telepon tersebut cukup mengganggu Elena yang ada didalam ruangan tersebut.
"Jawab teleponnya Hendri!" titah Elena dari dalam ruangan. Wanita itu juga meninggikan suaranya agar bisa didengar Hendri yang berada diluar.
Namun Elena tidak mendapat jawaban dari Hendri, bahkan panggilan telepon tersebut terus berdering membuat Elena semakin kesal.
Ia sudah berusaha keras konsentrasi pada pekerjaannya tapi panggilan telepon tersebut mengganggunya.
Elena akhirnya bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju pintu dan keluar dari ruangan itu.
Elena tidak melihat Hendri disana, ia baru teringat bila sekretarisnya sedang mengantar berkas keruang CEO.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments