Setibanya dibandara Elena dan Hendri langsung masuk kedalam pesawat, karena mereka tiba disana sudah dekat dengan waktu keberangkatan.
"Tempat kita disana Bu," ucap Hendri pada Elena sembari menunjuk kursi penumpang dibagian sayap pesawat bagian kanan.
Elena tak menjawab, ia segera berjalan menuju kursi penumpang yang ditunjuk Hendri, namun disaat ia menuju kursi tersebut, tidak sengaja pandangannya menangkap sosok yang ia kenali.
"Mas Satria," gumam Elena sembari menatap Satria yang sedang duduk bersebelahan dengan Cecil.
Hendri yang berjalan dibelakang Elena, bisa mendengar gumaman wanita didepannya.
Pria itu mengikuti arah pandang Elena. Ia bisa melihat bila suami atasannya sedang duduk bersisian dengan seorang wanita yang tadi ia lihat direstorant.
"Bu Elena baik-baik saja?," tanya Hendri yang bisa merasakan perubahan pada wajah Elena.
Elena hanya menganggukan kepala untuk menjawab pertanyaan sekretarisnya.
Wanita itu melanjutkan langkah kakinya hingga akhirnya tiba ditempat duduknya.
Tempat duduk Elena dan Hendri bersebelahan.
Disebrang tempat duduknya ada Satria dan Cecil yang duduk lebih dulu disana.
Elena melirik pada kursi penumpang disebrang kirinya.
Dilihat olehnya Satria sedang memejamkan matanya bersandar disandaran kursi, sedangkan Cecil bersandar dibahu Satria.
"Harusnya aku ya bersandar padamu mas," lirih Elena.
Lagi-lagi hanya Hendri yang mampu mendengar lirihan dari Elena.
Pria itu hanya mampu diam memperhatikan atasannya yang terlihat sedih.
Satria tidak tahu bila Elena berada dipesawat yang sama bahkan ditempat duduk yang bersebrangan.
"Apa perlu kita tukaran tempat duduk, Bu?," tanya Hendri.
Ia mengerti, Elena pasti sedih melihat suaminya bersama wanita lain.
Hendri sudah melihat dua kali suami dari atasannya itu bersama dengan Cecil.
Oleh karenanya, ia sudah bisa menduga bila hubungan atasannya dengan sang suami pasti tidak baik-baik saja.
"Tidak perlu," jawab Elena seperlunya.
Hendri menganggukan kepalanya, karena niat baiknya ditolak oleh Elena.
Elena yang berada bersebrangan dengan Satria hanya mampu memperhatikan suaminya dari tempat duduknya.
Ingin ia menanyakan pada suaminya, ada keperluan apa mereka kebali.
Tapi tidak ia lakukan.
Elena sebisa mungkin berfikir positif pada suaminya.
Elena meyakinkan dirinya bila suaminya itu ada pekerjaan dibali, sama seperti dirinya.
Kurang dari dua jam waktu yang mereka tempuh dari jakarta hingga kebali, akhirnya pesawat yang Elena naiki landing juga.
Satria yang tadi tertidur kini membuka matanya karena mendengar pengumuman yang disampaikan oleh pramugari.
Sebelum keluar dari pesawat, pria itu terlebih dahulu menoleh pada kursi disebrang kanannya.
Inilah saat-saat yang dinantikaan oleh Elena. Saat satria menoleh padanya, tanpa harus ia panggil.
"Mas Satria," panggil Elena setelah Satria menoleh padanya.
Satria yang dipanggil Elena hanya diam.
Ia cukup terkejut mendapati istrinya berada didalan pesawat juga.
Namun Satria hanya terkejut. Ia tak perduli, istrinya mau dipesawat atau dimanapun.
"Mas Satria dan Cecil ada pekerjaan juga?," tanya Elena.
Lagi-lagi Satria tidak menanggapi Elena. Pria itu memilih keluar dari pesawat, yang diikuti oleh Cecil yang tersenyum mengejek.
Elena yang merasa dirinya tidak dianggap, sudah ingin nangis. Baik dirumah maupun diluar rumah, suaminya itu tetap tidak menganggapnya.
"Bu Elena baik-baik saja?," tanya Hendri.
"Saya baik-baik saja Hendri," jawab Elena kemudian melangkahkan kakinya keluar dari pesawat.
Hendri menatap punggung Elena yang semakin menjauh.
Meski Elena mengatakan dirinya baik-baik saja, tapi Hendri tahu bila atasannya itu sedang tidak baik-baik saja.
Setibanya dibandara, Elena mengedarkan pandangannya mencari suaminya namun tidak menemukannya.
Satria dan Cecil lebih dulu keluar dari bandara. Mereka menaiki taksi menuju hotel yang sudah dibooking.
Mengetahui dirinya tidak melihat suaminya disana. Elena segera keluar dari bandara diikuti sekretarisnya dari belakang.
Mereka dijemput oleh supir kantor untuk diantarkan menuju hotel.
"Silahkan Bu," ucap supir tersebut mempersilahkan Elena masuk kedalam mobil.
Wanita itu hanya menganggukan kepalanya kemudian masuk kedalam mobil.
Supir mobil kantor tersebut melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Laju mobilnya bisa dipercepat tidak Pak. Saya sudah lelah, ingin istirahat," ucap Elena.
"Baik Bu," ucap Supir tersebut kemudian menambah laju mobil yang sedang dikemudikannya.
Tidak lama kemudian Elena tiba dihotel.
Elena turun lebih dulu, kemudian masuk kedalam hotel.
Setibanya dilorong kamar hotelnya, Elena melihat suaminya ternyata akan menginap juga dihotel ini.
"Mas Satria," panggil Elena pada suaminya yang hendak membuka pintu kamar hotel.
Satria tidak menanggapi panggilan Elena, pria itu masuk kedalam kamar hotel bersamaan dengan Cecil.
Sebelum pintu kamar itu tertutup, Elena menerobos masuk kedalam kamar itu.
"Mau apa kamu ikut masuk?," tanya Cecil.
"Aku ingin bicara dengan suamiku," ucap Elena menatap tajam pada Cecil.
"Kamu mau bicara apa El? Bukannya kamu tahu bila Satria tidak menganggapmu?," tanya Cecil mengejek Elena.
Elena tidak mengherani Cecil. Wanita itu beralih menatap suaminya.
"Mas, apa yang kamu lakukan ini menyakiti aku. Kalian pergi kebali bersama, kemudian menginap dikamar yang sama. Kamu itu punya istri mas. Istri kamu itu aku," ucap Elena sembari menatap Satria dalam-dalam.
"Sudah bicaranya?," tanya Satria membuat Elena terperangah.
"Mass," panggil Elena.
"Kamu mau keluar dari kamar ini, atau tetap disini menyaksikan langsung kami bercinta?," tanya Satria.
"Mass," panggil Elena lagi, namun ia tetap diam berdiri ditempatnya.
Mengetahui Elena tetap diam. Satria segera menarik tangan Cecil, kemudian membawanya keatas ranjang.
Pria itu mengungkung tubuh Cecil dibawah tubuhnya, lalu mencium bibir wanita itu, mellumatnya perlahan dan semakin dalam.
Satria juga mencumbu Cecil dibagian leher dan dada wanita itu, sembari membuka kancing baju.
Elena yang menyaksikan itu terperangah. Ia tak menyangka suaminya benar-benar melakukan itu dihadapannya.
Kini air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya menetes juga.
Wanita itu tidak sanggup lagi melihat adegan dihadapannya.
Sembari menangis ia berlari kearah pintu yang tidak dikunci, lalu keluar dari sana.
Elena terus berlari menyusuri lorong kamar hotel disana.
Ia bahkan tidak sadar bila berpapasan dengan sekretarisnya yang membawakan koper.
"Bu Elena kenapa?," tanya Hendri pada Elena yang berlari sembari menangis.
Hendri segera mengejar atasannya itu.
Ia mengikuti kemana arah Elena berlari, yakni menaiki anak tangga darurat.
"Bu," panggil Hendri namun Elena masih terus berlari.
Melihat Elena menaiki tangga darurat, Hendri tentu saja panik.
Ia sudah berfikiran buruk, bila atasannya itu akan melakukan hal nekat.
"Bu," panggil Hendri lagi sembari mengejar Elena.
Wanita itu akhirnya tiba difooftop gedung hotel itu.
Disana ia menangis kencang sembari memukul dadanya yang terasa sesak.
Hiks hiks.
Hendri yang juga tiba dirooftop itu bisa menyaksikan atasannya yang sedang menangis.
Pria itu memilih mendekat pada Elena yang sedang luruh terduduk dilantai.
"Saya tahu bila ibu tidak baik-baik saja," ucap Hendri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
guntur 1609
laki2 sprti satria gak perlu diperjuangin. namanya jug bang sat
2025-01-17
0
Sulaiman Efendy
LO WANITA TRBODOH.. DN TRDUNGU... LKI2 SPRTI SATRIA MSH LO PRTAHANKN JDI SUAMI..
2023-09-20
0