Cukup lama Elena menangis, membuatnya lelah hati dan pikiran.
Sakit hati yang ia alami saat ini, tidak sebanding dengan rasa cintanya pada Satria.
Elena sangat mencintai pria itu sejak dulu hingga saat ini.
Ceklek.
Elena bisa mendengar pintu kamar Satria dibuka, ia segera menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar apa yang dibicarakan Cecil dan suaminya.
"Aku pulang dulu ya honey," ucap Cecil.
"Iya, hati-hati," ucap Satria.
Setelahnya Cecil berjalan menuju pintu, dan keluar dari apartement Satria.
Sedangkan didalam kamar, Elena yang mendengar Cecil pamit segera membuka pintu kamarnya dan keluar.
Elena melihat Satria yang sedang duduk disofa dengan wajah yang segar sehabis mandi keramas.
Meski hati terasa sakit, tapi Elena sebisa mungkin menjadi istri yang baik untuk suaminya.
"Mau makan apa mas?," tanya Elena.
"Aku tidak lapar," jawab Satria.
Elena mengangguk. Ia kemudian mendekati Satria, duduk disofa yang sama dengan pria itu.
Sedangkan Satria masih asik dengan ponselnya tanpa mengerani kehadiran istrinya disebelahnya.
"Mas," panggil Elena.
Tapi Satria tetap mengacuhkan Elena.
"Kita harus bicara," ucap Elena.
"Bicaralah," jawab Satria.
"Apa yang kamu inginkan dari pernikahan kita ini, selain balas dendam, mu?," tanya Elena.
"Tidak ada," ucap Satria.
"Mas, apa kamu tahu disini aku yang tersakiti," lirih Elena.
"Itu yang aku inginkan," ucap Satria pelan namun menekankan ucapannya.
Pria itu bangkit dari tempat duduknya, kemudian masuk kedalam kamar meninggalkan Elena yang masih duduk disofa.
Didalam kamar, Satria termenung berdiri didepan pintu balkon yang tertutup.
Ia mengingat kenangan-kenangan manis bersama Alena. Hubungan yang disembunyikan membuat kisah cintanya tak sejalan dengan rencananya.
Ia masih belum bisa melupakan Alena. Perasaan cintanya pada saudara dari istrinya itu sangat besar.
Namun rasa sakit dihianati oleh wanita itu juga sama besarnya.
Satria benci. Benci sekali pada Alena yang telah menghianatinya, meski wanita itu sudah menjelaskan alasannya namun tetap tidak bisa ia terima.
Apapun alasannya, sekali berhianat, tetaplah berhianat.
"Maafkan aku El, kamu jadi pelampiasan balas dendamku pada Alena," gumam Satria.
Satria tahu, bila Elena sangat mencintainya. Oleh karena itu ia memanfaatkan kelemahan itu.
Sebisa mungkin, ia ingin Alena merasakan rasa sakit yang pernah ditorehkan wanita itu padanya.
Pagi datang.
Elena bangun lebih awal, ia menyiapkan sarapan dan juga pakaian kantor untuk suaminya dan juga dirinya.
Mereka hari ini akan kembali kerutinitas seperti biasanya.
Elena bekerja sebagai wakil direktur diperusahaan kakaknya.
Sedangkan Satria sebagai CEO diperusahaan miliknya sendiri.
Tok tok tok
"Mas, ayo sarapan," ajak Elena.
Ia tidak berani membuka pintu kamar suaminya, oleh karena itu ia memilih mengetuk.
Satria yang berada didalam kamar telah selesai bersiap.
Ceklek.
Satria membuka pintu kamarnya, lalu keluar sudah rapih menggunakan stelan kantornya sembari membawa tas kerjanya.
"Mas ayo sarapan dulu," ajak Elena.
"Aku sarapan dikantor, Cecil akan membawakan sarapannya kesana," ucap Satria.
"Mas, yang istri kamu itu aku, bukan Cecil. Aku yang berhak atas kamu, bukan dia," ucap Elena.
"Kamu dan dia itu berbeda, El. Kamu hanya istri sebagai balas dendamku, dan dia adalah wanitaku," ucap Satria sembari menatap Elena dengan tajam.
Satria melangkahkan kakinya menuju pintu keluar apartement lalu pergi kekantor.
Tik.
Air mata Elena menitik, namun ia buru-buru menghapusnya.
Sebentar lagi ia akan pergi kekantor. Ia tidak ingin terlihat sedih didepan orang lain.
Elena akhirnya kembali kemeja makan, lalu memakan sendiri sarapan itu.
Setelahnya ia bergegas berangkat kekantor sang kakak.
Setibanya disana rupanya Elena sudah ditunggu oleh Reyhan kakak laki-lakinya sekaligus sahabat dari suaminya.
Reyhan sudah menunggu dilobi kantor sekitar sepuluh menit yang lalu.
"Maaf mas, aku hampir terlambat," ucap Elena pada Reyhan.
"Iyaa El, mas maklumin karena pengantin baru pasti lagi senang-senangnya," ucap Reyhan seraya menggoda adiknya.
Biasanya bila wanita digoda seperti itu akan tersipu, tapi Elena justru tersenyum kecut.
Apa yang dikatakan kakaknya itu berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada rumah tangganya.
Tapi Elena tidak akan menceritakannya pada siapapun.
"Ayo mas, katanya mau ada meeting," ajak Elena.
"Santai El, meetingnya juga dengan suamimu dan juga Kevin," ucap Reyhan.
Wajah Elena berubah pias, karena tahu akan meeting dengan Satria. Elena takut bila didepan orang lain juga Satria akan memperlakukannya dengan buruk seperti dirumah.
"Kenapa dengan wajahmu, El,?" Tanya Reyhan.
"Ehh, tidak kenapa-napa mas," jawab Elena.
"Kita tunggu saja disini," titah Reyhan.
"Iya mas," ucap Elena.
Reyhan dan Elena menunggu dilobi kantor dengan duduk bersebelahan. Sesekali juga mereka membicarakan pekerjaan.
Elena mengusulkan pada Reyhan bila dirinya hendak mengundurkan diri dan akan fokus pada suaminya.
Reyhan tidak mempermasalahkan itu. Bagi Reyhan Elena kerja dikantor memang sangat membantu dirinya, tapi Reyhan juga tidak ingin bila Elena terus bekerja akan menyita waktu adiknya untuk Satria.
"Terserah kamu saja El, mas mendukung sepenuhnya. Tapi sebelumnya mas mau ngasih saran sebaiknya kamu pikirkan lagi. Kakak iparmu Larissa, dia tetap mengelola butik meski sudah menikaj. Alena saudara kembarmu, tetap mengajar bahkan juga mengelola yayasannya," ucap Reyhan.
Elena menganggukan kepalanya, tanda setuju dengan saran sang kakak.
Tidak lama kemudian orang yang mereka tunggu akhirnya datang.
Satria datang bersama Cecil, wanita yang Elena ketahui sebagai penghangat ranjang suaminya.
NYuuttt.
Hatinya semakin terasa diremat. Dalam situasi seperti ini kenapa suaminya membawa Cecil.
"Hai Rey. Sudah lama nunggunya?," tanya Satria.
"Baru saja. Hai Cil," Jawab Reyhan kemudian menyapa Cecil.
"Hai Rey, apa kabarmu?," tanya Cecil.
Elena menatap bingung pada kedua orang itu. Cecil dan kakaknya ternyata saling mengenal.
"Baik, Cil. Bagaimana kerja dengan Satria?," tanya Reyhan.
"Emmm. Dia itu menyebalkan sekali, meminta ini dan itu, aku harus kerja cepat jadinya," ucap Cecil yang mengundang gelak tawa keduanya.
Disana hanya Elena yang tidak bicara, ia masih bingung dengan ini semua.
Reyhan akhirnya memperkenalkan Elena pada Cecil. Disana Cecil pura-pura tidak kenal dengan Elena, padahal wanita itu tadi malam datang keapartement suaminya dan mengajak dirinya berkenalan.
Kali ini Elena tidak seperti tadi malam yang enggan menjabat tangan Cecil. Elena menjabat uluran tangan Cecil meski hanya sebentar.
"Jadi ini istri kamu, Sat. Cantik sekali ya," ucap Cecil.
'Sat. Kenapa Cecil tidak memanggil mas Satria honey lagi seperti tadi malam? Apa karena ada mas Reyhan? Ya sepertinya begitu, mereka menjalin hubungan dibelakang semua orang' Batin Elena berdialog sendiri.
Elena melirik pada Satria yang memasang wajah datar, ia tidak menunjukan ekspresi apapun.
Pria itu hanya menganggukan kepalanya.
Bukk.
Reyhan menepuk bahu Satria.
"Tidak usah malu seperti itu Sat," ucap Reyhan seraya tersenyum. Pria itu mengira bila Satria malu, padahal yang sebenarnya Satria enggan mengakuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ITULAH GOBLOK LO, KRN CINTA LO TUTIPI AIB SUAMI LO, DN LO NIKMATI SENDIRI KSAKITANNYA..
2023-09-20
0
Sulaiman Efendy
LO NNTI AKN NTESAL DGN SIFAT ASLI CECIL....
2023-09-20
0