Vania berjalan perlahan dengan senyum manisnya kearah Zeyn. Dan akhirnya tepat dia berada di depan Zeyn namun Zeyn belum menyadari kedatangan Vania.
"Zeyn." panggil Vani pelan dengan senyum manisnya. Zeyn yang merasa dipanggil mendongak melihat siapa yang memanggilnya.
"Vania." sahut Zeyn pelan juga ketika melihat kedatangan Vania. Dia hanya tersenyum tipis. Vania yang sedari tadi menunggu Zeyn menyuruhnya duduk namun tak kunjung dikatakan, memilih langsung duduk saja. Dia agak kesal sebenarnya tapi tetap mencoba tersenyum manis.
"Ada apa Vania?" tanya Zeyn to the poin. Dia langsung bertanya tujuan dari Vania mengajaknya dinner. Vania yang mendengar itu semakin kesal namun tetap menutupi dengan senyumnya. Dia berpikir, apa tidak ada niat Zeyn untuk memuji kecantikannya? Namun sejenak dia berpikir bahwa Zeyn sebelas duabelas dengan sifat kulkas, DINGIN!
"Em itu aku ingin mengatakan sesuatu." jawab Vania malu malu. Dia merapikan sejenak penampilannya.
"Mengatakan apa?" tanya lagi Zeyn dingin. Vania benar benar diuji kesabarannya. Tapi demi pria pujaan hati!
"Nanti saja. Ini terlalu cepat mengatakannya. Kita makan dan berbincang saja dulu." ujar Vania.
"Tidak bisa langsung saja?" tanya Zeyn lagi menatap Vania. Dia rasanya malas berlama-lama dengan wanita licik seperti Vania.
"Zeyn, aku sudah mempersiapkan semuanya. Tolong hargai." ujar Vania pelan. Dia sudah cape cape mempersiapkan semuanya agar dia bisa berlama-lama dengan Zeyn, tapi Zeyn malah ingin langsung pulang? Tidak bisa!
Zeyn menghela nafas sembari memejamkan matanya sebentar.
"Yasudah." ujar Zeyn singkat.
Namun tiba tiba pelayan datang dengan sopannya.
"Permisi tuan dan nona, untuk dinner malam ini, ingin menikmati hidangan seperti apa?" tanya pelayan sopan.
Memang Vania sengaja tidak langsung menyiapkannya. Dia sebenarnya tau apa yang disukai dan tidak disukai oleh Zeyn dari tantenya Mila. Ingat, Mila adalah mama tiri Zeyn. Namun dia tau Zeyn itu seperti apa.
Dia harus benar benar mengatakannya dulu baru bisa menikmati suatu hal.
"Zeyn, ingin makan apa malam ini?" tanya Vania anggun dan lembut.
"Tidak, aku sudah makan." jawab Zeyn. Vania hanya diam mencoba lebih sabar.
"Yasudah, kalau begitu ingin minum apa?" tanya Vania lagi tetap tersenyum.
"Wine saja." jawabnya singkat.
"Tapi aku mau untuk langsung dituang didepanku. Aku lebih menyukai seperti itu.", sambung Zeyn lagi melanjutkan kata katanya.
Bukan karena apa. Zeyn tentu masih ingat perbuatan Vania malam itu. Dia mencampurkan sesuatu kedalam minumannya. Bisa bisa, malam ini juga dia melakukan hal yang sama. Dia harus berwaspada!
Vania terdiam. Dia berpikir, apa Zeyn sudah mengetahui campuran di minumannya pada malam waktu itu? Padahal khusus untuk malam ini, dia memang tidak berniat untuk melakukan itu.
Pelayan melirik Vania dan Vania hanya mengangguk.
"Lakukan seperti yang dia mau. Dan aku juga sama sepertinya." ujar Vania dan pelayan itu mengangguk lalu langsung pergi.
Menunggu sebentar, pelayan itu kembali dengan satu rekannya membawa minuman botol kaca wine dengan gelas mewah dua.
Dengan telaten, mereka menuangkannya didepan Zeyn dan Vania. Setelah selesai melakukan tugas mereka, pelayan itu langsung pergi.
Zeyn langsung mengambil gelas yang berisi wine dan menyesapnya perlahan, diikuti oleh Vania yang terus saja menatapnya.
"Katakan saja sekarang." ujar Zeyn meletakkan kembali gelasnya. Vania menatap Zeyn dengan tersenyum dan percaya diri.
"Aku ingin mengatakan sesuatu. Ini mengenai perasaanku." ujar Vania menggantung ucapan nya. Zeyn yang mendengar topik dari apa yang ingin disampaikan oleh Vania jadi kembali merasa malas. Dia sudah tau apa yang akan dikatakan Vania.
"Zeyn. Aku selalu berusaha untuk dekat dan akrab kepadamu. Aku tau sebelumnya aku juga sudah pernah mengungkapkan perasaanku. Tapi malam ini, aku ingin kembali mengungkapkannya dengan lebih spesial. Aku sudah banyak berusaha mendekatimu Zeyn. Jadi, kembali lagi aku ingin bertanya. Apakah kau mau menerimaku Zeyn?" jelas Vania sambil menatap harap Zeyn. Zeyn membuang muka lelah. Apa Vania tidak peka dengan semua sikap dinginnya kepadanya? Apa itu tidak cukup menjadi jawaban untuknya?
"Vania, aku sudah pernah memberikan jawaban untuk pertanyaan seperti ini, dan jawaban itu masih berlaku sampai sekarang." ujar Zeyn menatap Vania. Vania yang paham maksud dari ucapan Zeyn terdiam dan menatapnya tak percaya. Dia ditolak lagi?
Flashback on
Disinilah, di sebuah pantai dimalam hari, terlihat Zeyn dan Vania yang berada di dekat pantai. Angin sangat kencang di malam itu menusuk kulit mereka. Saat itu Zeyn sedang ada perjalanan bisnis dengan perusahaan keluarga Vania, namun tentu saja Vania ikut karena pujaan hatinya juga ikut. Dia sudah berencana akan mengungkapkan perasaannya kepada Zeyn.
Tepat saat langit sudah benar benar gelap, Zeyn ditelpon oleh Vania untuk datang menemuinya di sekitar pantai. Zeyn yang merasa tidak ada yang salah menyetujuinya. Sesampainya di pantai, tidak ada persiapan apa apa selain dia yang melihat Vania terus tersenyum kepadanya.
"Ada apa memintaku kesini Vania?" tanya Zeyn mengerutkan keningnya menatap Vania. Suasana cukup dingin membuat kedua tangan Zeyn terlipat di dada agar dia merasa lebih nyaman dan hangat.
"Zeyn, aku tidak tau mau mengatakan apa. Ini pertama kalinya aku seperti ini, biasanya orang lain yang melakukan kepadaku, tapi saat ini aku yang akan melakukannya untukmu." ujar Vania masih menggantung ucapannya sehingga Zeyn belum mengerti.
"Jadi?" tanya lagi Zeyn. Dia tidak tahan dengan suasana dingin seperti ini membuatnya merasa lama lama tidak nyaman.
"Aku mencintaimu Zeyn. Dari awal kita bertemu, aku sudah jatuh hati kepadamu. Aku tidak tau kenapa, tapi perasaanku dan pikiranku terus saja memanggilmu dan memikirkanmu. Jadi aku ingin mempunyai hubungan yang lebih serius denganmu Zeyn. Namun, sebelum itu aku ingin bertanya, apakah kau merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan?" jelas Vania disertai pertanyaan. Zeyn terdiam sejenak lalu menggeleng pelan. Dia cukup kaget karena tujuan Vania ingin menemuinya ternyata untuk mengungkapkan perasaannya.
"Sedikitpun?" tanya Vania terluka. Namun lagi lagi Zeyn menggeleng. Itu membuat hati Vania sangat terluka. Bahkan sedikitpun, tidak ada perasaan nyaman kepadanya?
"Vania, aku tidak ada perasaan apapun kepadamu. Kita hanya teman dan ini adalah perjalanan bisnis. Aku tidak tau kenapa kau bisa mencintaiku, sementara kita tidak terlalu dekat. Dan aku juga tidak ada pemikiran apapun mengenai hal seperti ini. Jadi, tolong maafkan aku karena tidak bisa membalas perasaanmu." jelas Zeyn tegas. Melihat Vania yang diam saja disertai dengan air matanya yang mulai jatuh, Zeyn merasa tidak enak dan tidak nyaman. Namun, dia memilih untuk pergi saja. Dia tidak tahan berada di suasana seperti ini! Dingin, air mata, menangis, canggung, hening, ahk sudahlah.
"Vania aku merasa tidak nyaman karena suasananya sangat dingin. Aku akan kembali ke kamarku, dan kau juga segeralah ke kamarmu, angin malam ini bisa membuatmu sakit." ujar Zeyn disana lalu setelahnya berlalu pergi meninggalkan Vania yang masih terdiam dengan air matanya.
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments