Terang telah menjadi gelap atau bisa dikatakan siang telah berganti menjadi malam. Dimana waktunya untuk para insan beristirahat dan keluar dari jam kerja.
Disinilah, dikediaman Zeyn. Zeyn, papanya Genda dan juga mama tirinya yang bernama Mila tengah berkumpul bersama. Iya, mama kandungnya Zeyn sudah lama meninggal. Banyak orang mengatakan bahwa mamanya meninggal karena sesak nafas secara tiba tiba tetapi kakek dan papanya pernah bercerita bahwa mamanya sangat sehat, apalagi mengingat mamanya adalah guru olahraga. Mamanya meninggal pada saat dia berumur 2 tahun. Dan dia adalah anak satu satunya. Mama tirinya adalah dulunya pembantu Papa dan Mamanya yang sangatlah dipercayai, namun setelah kematian mamanya Zeyn, Mila selalu setia melayani dan membantu keseharian Genda, apalagi saat mengurus Zeyn yang masih kecil disaat papanya Genda bekerja. Akhirnya, berakhirlah dengan Genda dan Mila yang memutuskan untuk menikah disaat Zeyn sudah berumur 8 tahun. Dan sampai sekarang, mereka belum mempunyai anak karena ada masalah pada rahim Mila.
"Papa, Zeyn ingin bertanya sesuatu." Ujar Zeyn memecahkan keheningan karena semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Genda yang awalnya sibuk menonton berita menoleh menatap anaknya Zeyn.
"Ingin menanyakan apa Zeyn?" tanya Genda mengerutkan keningnya. Mila yang awalnya sibuk bermain hp juga menoleh menatap Zeyn.
"Di kampus, Papa kenal sama orang yang namanya Elena Valentine Ermolaev?" tanya Zeyn dengan alis terangkat satu. Genda yang mendengarnya kaget, kenapa dia tiba tiba menanyakan ini?
"Iya, papa kenal. Kenapa kau tiba tiba bertanya seperti ini? Tidak biasanya kau bertanya kepada papa dan sekali bertanya, kau menanyakan tentang wanita?" tanya Genda penasaran. Jujur, ini benar benar momen langka. Genda tau anaknya sangat dingin. Padahal, Genda bukan tipe orang yang seperti itu, hanya saja mantan istrinya yang sudah meninggal atau bisa dikatakan mama kandungnya Zeyn memang terkenal dingin dan suka menampilkan wajah datar. Zeyn adalah fotocopy dari mamanya. Oleh karenanya, setiap melihat sikap Zeyn, dia seperti melihat mantan istrinya itu. Genda kaget karena tiba-tiba, Zeyn yang sudah sangat lama tidak bertanya tanya kepadanya, akhirnya bertanya dan sekali bertanya, itu menanyakan soal wanita. Genda cukup terkejut.
"Seperti apa dia itu?" bukannya menjawab pertanyaan Genda, Zeyn malah kembali bertanya. Dia dan papanya memang jarang sekali berkomunikasi santai, palingan hanya tentang pekerjaan saja. Dan untuk Mila? Dia dan Mila juga seperti orang asing. Ntah mengapa, lama lama Zeyn merasa ada yang aneh dengan Mila.
"Elena anak yang baik dan pandai sekali. Papa dan om Moris sangat menyukai dia. Dia ramah, lucu, dan lembut walaupun wajahnya terlihat tegas. Dia orang yang profesional dan sangat peka akan sesuatu, karena itu dia mendapatkan hak istimewa untuk berwisuda lebih awal. Bahkan, om Moris pernah mengatakan andai jika Xior belum menikah, dia akan menikahkannya dengan Elena, namun itu tidak mungkin karena Xior sudah menikah. Papa juga menyukai Elena. Andai kamu mau, papa juga akan menjodohkannya denganmu, namun papa tau kau tidak akan mau kan." jelas Genda mengingat semua yang ia tau tentang Elena. Genda tersenyum menceritakan bagaimana Elena itu. Dan untuk Xior, Xior adalah anak dari Moris dan merupakan sepupu dari Zeyn.
Zeyn mendengarnya hanya mengangguk saja. Dia semakin merasa bersalah akan apa yang dia perbuat. Wanita seperti Elena, bisa bisanya dia melakukan hal bejat kepadanya. Wanita itu pasti sangat terluka. Sementara disamping Genda, Mila terlihat diam saja mendengarkan. Namun tak lama kemudian, dia mulai angkat bicara.
"Tidak bisa begitu pa, kita kan gak tau bagaimana wanita itu sebenarnya. Menurut mama, masih lebih cocok Vania sih pa, mama udah cukup kenal baik sama Vania." ujar Mila membawa bawa Vania. Dia tersenyum bangga mengatakannya. Zeyn yang mendengarnya memutar bola mata malas. Mila selalu membanggakan Vania. Ini yang membuat dia merasa ada yang janggal. Namun, dia tidak ada niat untuk mencari tahu. Memang Zeyn akui bahwa Vania dan Mila sangat dekat, mereka sangat kompak dan sering pergi bersama. Mila pernah menyuruh nya untuk menikah dengan Vania namun Zeyn dengan tegas menolaknya. Papa kandungku saja tidak berani, apalagi kau yang hanya mama sambung?
"Sudahlah, Zeyn ke kamar dulu." Ujar Zeyn segera pergi. Genda dan Mila hanya diam menatap kepergian Zeyn.
Dua Minggu telah berlalu, sekarang adalah awal dari Minggu ketiga. Masa masa seperti ini adalah masih masa masa koas dari Elena dan rekannya.
"Saat ini, perubahan akan dilakukan, Elena dan Sean akan berada di tempat umum, sementara kau Fani dan Yuni, kalian berada bersama saya. Kalian masih kurang ahli, jika seperti ini terus, kalian bisa batal untuk berwisuda dipercepat." ujar tegas pak Mizan selaku guru pembimbing mereka di rumah sakit tempat mereka koas. Memang Elena, Sean, dan Fani, mereka koas ditempat yang sama.
Fani melirik Elena dan menatapnya jengkel penuh kebencian. Sementara Elena yang ditatap hanya mengangkat bahu acuh. Setelah kepergian pak Mizan, lagi dan lagi Fani membuat keributan dengan Elena.
"Puas udah buat gue malu? Ha!!" bentak Fani tepat dihadapan wajah Elena. Elena yang dibentak secara tiba tiba mengerjab pelan lalu menatap tajam Fani. Fani yang dicatat tajam oleh Elena meneguk saliva kering lalu berusaha untuk tidak takut.
"Kenapa lo natap natap gue gitu? Lo pasti seneng kan liat gue dipermaluin?!" tanyanya lagi kuat. Fani seperti tak sadar dengan apa yang dia lakukan. Dia tak melihat bahwa Sean ada disampingnya menatapnya diam dan Yuni yang gugup melihat tingkah Fani.
"Katanya mau mendapatkan Sean, tapi dia terang terangan menunjukkan sifat buruknya, dasar Fani!" batin Yuni.
Elena yang merasa malas untuk ribut, memilih menjauh saja, dan dengan sengaja menabrak bahu Fani kuat.
bugh...
"Eh lo Elena, kurang ajar!" ringis Fani menatap kepergian Elena yang dengan sengaja menabrak bahunya dan dia tersadar jika Sean sedari tadi ada bersama mereka dan ikut pergi bersama Elena.
"Yuni, Sean!" gumam Fani menatap lemas Yuni. Yuni hanya memutar bola mata malas dan pergi begitu saja.
"Lo si, bodoh banget!" ujar Yuni sambil berjalan menjauh. Fani yang melihat semua orang meninggalkannya, hanya bisa diam dengan wajah kesalnya dan kembali berjalan mengikuti langkah Yuni dengan menghentakkan kakinya.
Ini adalah jam istirahat, Elena memilih ke taman rumah sakit ini aja. Dia juga sudah sarapan di ruangannya tadi. Namun merasa ada seseorang dibelakang, elena menoleh ke belakang.
"Loh, Sean? Kenapa masih disini?" tanya Elena heran. Ngapain sean mengikutinya?
"Emang enggak boleh?" tanya balik Sean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments