"Kalau situasinya seperti itu, aku tidak bisa apa apa. Masalah sudah terjadi, dan katakan itu masalah yang tidak bisa diubah. Namun, sekalipun masalahnya tidak bisa diubah, ada satu yang bisa kita ubah, kau tau apa?" jelas Sean menjeda jawabannya. Elena yang tidak tau maksud Sean hanya menggeleng saja saja.
"Pandangan kita akan situasi itu. Ya, kita bisa mengubah cara pandang kita. Misalnya kita lebih bersikap masuk akal dan realistis. Tak perlu salahkan siapa siapa, karena itu hanya akan menambah masalah. Jika masalah itu diakibatkan oleh orang lain, yasudah mau bagaimana lagi. Hadapi saja walaupun kita dirugikan, balik ke kata awal tadi, semuanya sudah terjadi juga." jelas Sean menjelaskan.
Elena diam sambil mencerna setiap kata yang dilontarkan oleh Sean. Namun tiba tiba, dia kembali bertanya....
"Kalau misalnya kita rasa kita tidak sanggup hadapi masalah itu, bagaimana?" tanya Elena lagi. Sean tersenyum dan menatap ke atas langit.
"Allah tidak akan memberikan atau membiarkan cobaan di atas batas kemampuan kita." jawabnya tersenyum dan kembali menatap Elena.
Elena terdiam dan tergugah dengan semua jawaban Sean. Dia tersenyum lebar mendengarnya.
"Makasih ya." ujar Elena masih tetap tersenyum.
Degg....
Sean rasa jantungnya sangat tidak aman saat ini. Dia benar benar terpesona dengan senyum manis milik Elena.
"Buat apa?" tanya Sean mencoba menstabilkan detak jantungnya.
"Karena telah menjawab pertanyaanku." jawab Elena.
"Oh itu, santai aja." sambung Sean.
Setelah percakapan itu, hening pun mulai terasa. Tidak ada lagi yang mau memulai percakapan, baik Elena ataupun Sean. Hingga akhirnya Elena memilih pergi ke kelasnya saja.
"Yasudah kalau begitu, aku mau ke kelas dulu. Dan, terimakasih telah menemaniku." ujar Elena sambil berdiri, Sean hanya mengangguk sambil tersenyum ramah, dan Elena yang langsung berlalu pergi. Sean terus melihat kepergian Elena sampai tidak terlihat lagi sambil terus tersenyum.
Sementara disini, di sebuah cafe, terlihat Vania yang duduk sendiri sambil sibuk memikirkan sesuatu.
"Apa yang terjadi semalam kepada Zeyn? Apa dia melakukan itu dengan orang lain? Ahkk sial, bisa bisanya aku tak menemukannya semalam." gumamnya geram. Iya, semalam, Vania sudah mencari cari kamar Zeyn tapi tidak menemukannya. Memang semua kamar terkunci dan tidak mungkin dia membuka satu per satu. Akhirnya, berakhirlah dia yang pulang dengan kemarahan. Sia sia semua perjuangannya.
"Apa mungkin dia tidak pulang ke hotel? Sial, aku tidak menyuruh seseorang untuk mengawasinya semalam." gumamnya lagi kesal. Vania berpikir, apakah mungkin Zeyn tidak pulang ke hotel? Mengingat keadaan dia karena pengaruh obat itu, ditambah dia yang di lingkungan bar seperti semalam.
Sedangkan di sisi lain, hal yang berhubungan dengan semalam juga sedang dipikirkan oleh Zeyn. Dia sudah memeriksanya dan ternyata benar dugaannya, dia diberi obat perangsang.
Zeyn berpikir keras mengingat kejadian semalam.
"Siapa yang berani mencampurkan obat perangsang kedalam minumanku? gumamnya. Dia sudah menyuruh seseorang untuk mencari tahu semua kebenarannya, tapi orang itu bukan Virgo. Tidak mungkin dia menyuruh Virgo untuk menyelediki semuanya, bisa bisa dia tahu semua kesalahan yang diperbuat Zeyn.
Sebenarnya Zeyn tidak berani untuk menemui Elena dihadapan semua orang ataupun mengakui perbuatannya kepada semua orang. Dia sudah memikirkan baik baik bahwa dia akan menemui langsung Elena dengan berbicara empat mata. Dan, dia sudah menyuruh orang lain juga untuk mencari tahu semua mengenai Elena.
Tok tok tok....
"Masuk."
"Permisi tuan, saya sudah melakukan tugas yang tuan perintahkan." ujar seorang pria bertubuh tegap serta berpakaian serba hitam. Dia adalah salah satu orang suruhan Zeyn untuk menyelidiki semua tentang Elena.
"Kau sudah mendapatkan semua informasi tentang wanita itu?" tanya Zeyn dingin.
"Sudah tuan." jawab pria itu tegas.
"Bacakan." sambung Zeyn tanpa melihat pria itu.
"Wanita yang tuan maksud bernama Elena Valentine Ermolaev. Dia mempunyai saudara laki laki bernama Edward Maens Ermolaev dan Virgo Ermolaev. Mereka mempunyai kedua orangtua yang lengkap bernama Nita Celine dan Wilson Mac Ermolaev. Mereka membuka toko bunga yang cukup maju di beberapa daerah. Dan..." ucapan pria itu tiba tiba berhenti karena Zeyn memotongnya.
"Aku sudah tau itu, jelaskan tentang wanita itu saja." Zeyn tiba tiba menghentikan ucapan pria itu. Dia sudah tau sebagian tentang keluarga Virgo, karena saat Virgo sudah bekerja dengannya, tentu dia akan mencari tau latar belakangnya.
Pria itu menelan ludahnya kasar. Takut, itu yang dia rasakan.
"Elena adalah seorang gadis berusia 24 tahun. Dia berkuliah di kampus Go'ment jurusan kedokteran bagian dalam, dan sekarang sudah semester akhir, menurut informasi yang saya dapat, dia mendapatkan hak istimewa untuk berwisuda lebih cepat dibandingkan yang lain tuan." jelas pria itu.
Zeyn yang mendengarnya diam sambil terus mencernanya. Dia mengangguk mendengar semua informasi tentang Elena.
"Pergilah." ujar Zeyn kepada pria itu dan pria itu langsung pergi setelah memberikan hormat kepada Zeyn.
"Ternyata dia kuliah di kampus itu dan sudah semester akhir." gumamnya tersenyum miring. Kampus Go'ment adalah kampus milik kakeknya dan papanya bekerja di kampus itu.
Apa kalian berpikir, Moris atau Genda adalah papanya? Ya, tetapi papanya adalah Genda. Sementara Moris, dia adalah paman Zeyn.
"Aku bisa menanyakan wanita ini kepada papa nantinya." gumamnya semangat. Setelah dia benar benar tau semua tentang Elena, baru dia akan menyiapkan diri untuk menemuinya. Zeyn sebenarnya bukan tipe laki laki pecundang, hanya saja dia tipe laki laki yang selalu mengutamakan persiapan sekalipun itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Ketika saatnya nanti semua sudah siap, dia akan menemui Elena dan langsung membicarakan hal ini secara terperinci. Zeyn bertekad untuk menuntaskan masalah ini.
Dan selaku permasalahan tentang obat perangsang, Zeyn belum mendapatkan laporan bahwa tugas itu sudah selesai dilakukan oleh orang suruhannya. Dia akan sabar menunggu. Jujur, dalam hati Zeyn, dia akan memberikan hukuman yang pantas kepada orang yang menjebaknya.
Seminggu telah berlalu. Satu Minggu telah selesai dalam sebulan menunggu hari wisuda Elena dan rekannya yang lain.
Elena menjalani hari harinya dengan sangat berbeda. Dia tidak lagi suka bercanda atau menampilkan sikap lucu dan manjanya. Sifatnya sekarang benar benar sangat serasi dengan wajahnya yang tegas dan pandangannya sekarang cukup tajam. Keluarganya terutama Nita sebagai ibunya, sangat sedih melihat perubahan anaknya. Namun mereka bisa melihat jika Elena jauh lebih kuat, berbanding terbalik dengan sikapnya yang manja dan banyak tingkah dulunya.
Jika kalian berpikir, apa Elena tidak melapor atau mencari tau tentang siapa pria yang membuatnya dalam masalah seperti ini? Maka jawabannya tidak, dia tidak mau mencari tau. Elena berpikir jika dia memang pria bertanggung jawab, dia pasti mau menemuinya dan membicarakan soal ini. Tapi sudah satu minggu ini tidak ada apa apa. Jika dia harus mencari lagi pria itu lalu memaksanya bertanggung jawab, baginya itu sangat melelahkan. Bahkan dia tidak mau bertanya kepada Virgo selaku asisten pria itu. Dia sudah sangat lelah dan dia tidak mau menambahkan rasa lelahnya. Dia juga berpikir, apa pria itu sudah menikah? Apa dia tidak sadar atas perbuatannya? Apa dia tidak ada niat mencari tau kejadian malam itu? Apa aku akan hamil? Bagaimana jika aku hamil? Dia lelah memikirkan pertanyaan itu yang membuat kepalanya terasa sangat panas. Elena tau bahwa besar kemungkinannya dia bisa saja hamil, dia juga sudah menceknya selama satu minggu ini namun belum ada tanda tanda. Elena berpikir jika suatu saat nanti dia hamil dan pria itu juga belum ada tindakan, dia akan pergi jauh mengurus bayinya. Sampai kapan pun, dia tidak akan ada niat untuk menggugurkannya. Dia akan merawatnya dengan kesendiriannya tanpa bantuan siapa siapa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments