Elena buru buru sedikit berlari ke arah kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, Elena langsung menutup pintu kamar mandi kuat. Lalu beranjak kedepan kaca yang berada di kamar mandi, kaca ini cukup besar dan lebar.
Menatap dirinya miris, Elena mengeluarkan semua air mata yang sedari tadi dia tahan. Kalian bisa membayangkan, bagaimana rasanya ketika berjumpa dengan seorang pria bejat yang telah menodai tubuh kalian setelah beberapa minggu kejadiannya?
Elena menangis meluapkan semua emosinya dalam bentuk tangisan. Ada orang yang mengatakan, menangis itu menandakan kelemahan. Benarkah seperti itu? Malahan sebenarnya menangis sangat bermanfaat. Dengan menangis, kita mengeluarkan hormon dan emosi tadinya dalam bentuk tangisan, sehingga rasa sakit kita juga berkurang dan diri kita lebih baik, plusnya kotoran mata terbuang dan mata jadi bersih wkwk. Jadi, kalau mau nangis, nangis aja ya, gak usah ditahan-tahan, nanti nyesek loh hohoho.
Setelah merasa lebih baik, Elena memilih mempersiapkan alat alat untuk kembali memeriksa pasien dan mencoba untuk mengabaikan kejadian tadi agar dia bisa fokus dalam bekerja.
Sementara di dalam ruangan, Zeyn sudah berjumpa dengan papanya Genda. Genda sangat senang karena Zeyn rela untuk mengundur lagi kepergian nya demi melihat dirinya yang sakit. Dia tau walaupun anaknya dingin dan cuek, namun dia sangatlah peduli. Genda yang menyadari itu jadi kembali teringat dengan mamanya Zeyn. Mama Zeyn atau mantan istrinya juga seperti itu, terlihat cuek dan dingin namun sangat peduli. Dia bahkan sulit untuk mendapatkan cinta mamanya Zeyn sebelum akhirnya mereka menikah.
"Papa senang karena kau mau datang menjenguk papa Zeyn. Papa kira karena kau tadi pagi sudah pergi, kau enggak akan kembali menjenguk papa, tapi ternyata tidak, Zeyn rela balik pulang untuk menjenguk papa. Kau anak yang baik nak." ujar Genda lemah tetapi tersenyum hangat mengelus lembut tangan Zeyn.
Zeyn yang mendengar ucapan Genda jadi menghangat. Dia bukan tidak sayang makanya bersikap dingin dan cuek bahkan kepada keluarganya. Hanya saja, dia merasa bahwa ini merupakan sifat bawaan, papanya juga sering menyamakannya dengan mamanya, Zeyn semakin yakin bahwa sifat ini merupakan keturunan dari mamanya.
"Zeyn gak mungkin seperti itu pa. Bagaimanapun, papa jauh lebih penting dari pekerjaan Zeyn." ujar Zeyn tersenyum tipis membalas elusan tangan Genda. Genda semakin bahagia dan senang. Jarang dia punya momen berdua seperti ini dengan anak satu satunya ini, apalagi dengan sedekat ini.
"Tapi mama Mila kok enggak ada pa? Dimana dia?" tanya Zeyn heran. Masa larut malam begini, Mila pergi dan tidak menemani papanya Genda. Padahal kan, ini suaminya juga.
Genda menghela nafas. Dia juga heran kemana istrinya itu pergi. Terakhir dia datang menemuinya hanya di sore hari, lalu pamit pulang untuk mempersiapkan semua kebutuhan dan perlengkapan karena Genda akan menginap beberapa hari di rumah sakit ini.
"Papa enggak tau nak, tadi mamamu pamit pulang sore tadi, katanya mau beres beres keperluan untuk dibawa kesini, karena papa kan akan menginap beberapa hari." jelas Genda.
Zeyn mengangguk pelan namun masih ada kejanggalan di hatinya, namun karena tak mau membuat papanya banyak pikiran, dia memilih memendam saja. Kenapa lama sekali wanita itu?
"Yasudah papa sekarang tidur ya, Zeyn juga akan tidur disini." ujar Zeyn sambil merapikan selimut Genda. Genda yang mendengarnya hanya mengangguk dan mulai menutup matanya untuk beristirahat. Apa Moris tidak datang? Maka jawabannya datang. Dia datang bersama istrinya tadi, bahkan mereka yang pertama kali menjenguk Genda, namun tentu sudah pulang.
Zeyn memilih duduk dulu di dekat jendela menikmati malam yang sunyi. Dia masih memikirkan kejadian itu. Apalagi bisikan Elena, dia tidak bisa melupakan itu.
"Wanita itu pasti sangat terluka. Papa mengatakan bahwa dia gadis yang ramah dan lucu namun ketika aku melihat dia, dia sangat dingin. Apa karena kejadian itu yang merubahnya?" gumam Zeyn mengingat pertemuannya tadi dengan Elena. Mana mungkin Zeyn bisa melupakan wajah wanita yang sudah dia nodai, apalagi wajah dari Elena sangat pas dengan di KTP yang ada di dompetnya yang tinggal. Mulai dari tatapannya, ekspresinya, juga bisikan Elena, tak bisa dia lupakan. Zeyn juga sangat terkejut ketika Elena berbalik menatapnya, Zeyn berpikir mungkin dia salah satu yang merawat papanya. Zeyn semakin merasa bersalah.
"Apa wanita itu tidak hamil? Ahk sudahlah, aku akan berupaya menuntaskan masalah ini." tiba tiba pertanyaan seperti itu langsung muncul di pikiran Zeyn namun dia berupaya menepisnya. Tunggu sampai semua hal yang dia rencanakan berjalan dengan baik, dia akan memberikan tindakan tanggung jawab kepada Elena. Iya, Zeyn punya rencana!!!!
Ceklekk...
Zeyn melihat siapa yang datang. Mila, iya itu Mila.
"Eh Zeyn, kamu jadi datang ya." ujar Mila tersenyum sambil meletakkan tasnya di meja sofa. Zeyn tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Tapi tunggu, Zeyn menyipitkan mata mencoba melihat lebih teliti bekas yang ada di leher Mila. Karena dia memakai baju panjang leher, bekasnya jadi tidak terlalu terlihat.
"Seperti bekas cupangan." gumam Zeyn pelan tak terdengar. Namun dia kembali menepisnya. Mungkin itu ulah papanya sewaktu mereka melakukan hubungan suami istri tetapi masih ada bekasnya. Zeyn berupaya menepisnya. Zeyn sangat lelah, jadinya dia memilih untuk tidur saja di sofa.
"Aku mau tidur dulu." ujar Zeyn membaringkan tubuhnya di sofa panjang. Mila hanya mengangguk lalu bermain hp disamping Genda.
Hari baru telah menyambut. Elena sudah pulang jam jam subuh tadi, setidaknya tugasnya sudah selesai. Dia akan kembali siang hari nanti bersama Sean. Jujur, Elena tidak ada tidur, kejadian malam masih terus menghantui pikirannya.
"Loh sayang, pulangnya kok cepetan?" tanya Nita menyambut anaknya yang datang dengan wajah lelahnya. Nita tau bahwa Elena menginap dan biasanya, walaupun menginap Elena selalu pulang disaat jam jam 8 atau 9, tapi ini sangat cepat, masih jam 6 lohh.
Iya, biasanya Elena pulang dari menginap di rumah sakit jam jam 8 atau 9, namun ini dia sengaja pulang subuh dan sampai rumah cepat karena tidak mau bertemu dengan Zeyn lagi.
"Iya ma, Elena tadi pulangnya cepet biar bisa istirahat di rumah, di rumah sakit enggak nyaman ma." jelas Elena.
"Trus mau pergi lagi nanti?" tanya Nita lembut dan Elena mengangguk membenarkan.
"Sayang, bisa gak gausah pigi? Soalnya Abang Virgo mau lamaran nanti malam." ujar Nita. Dia takut Elena akan pulang larut malam atau bahkan menginap lagi sehingga tidak bisa menghadiri acara lamaran Virgo.
"Lohh Abang Virgo mau lamaran nanti malam?" tanya Elena sedikit kaget dan Nita mengangguk.
"Iya sayang, soalnya abang Virgo katanya udah siap, lagian kan orang itu udah lama pacarannya." jelas Nita tersenyum dan Elena hanya mengangguk.
Dimana orang rumah semua? Mereka masih berada di kamar masing-masing, ingat ini masih sangat pagi, mereka pasti bersiap-siap untuk melakukan pekerjaan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
sarinah najwa
Mila jadi mencurigakan yah. .. jangan2 yang terjadi sama mama nya zeyn ada hubungan nya dengan Mila 🤔🤔🤔 trus sekarang lagi merencanakan meracuni papa Genda... siapa komplotan Mila, apa selingkuhan nya 🤔🤔🤔 makin kesini makin seru dan misteri ceritanya 😘
2023-07-04
2