Hari telah berganti. Sekarang adalah hari Senin, dimana hari ini, Elena ada jam kelas kuliah.
Elena turun dengan wajah datarnya ke arah meja makan, tempat dimana semua keluarganya berkumpul untuk sarapan. Melihat Elena yang keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga, semua orang menatap dia tersenyum.
Semalam dari kepulangan Elena, dia tidak ada keluar kamar. Bahkan semua orang yang ada di rumah merasa sangat heran atas perubahan Elena yang secara tiba tiba. Nita sangat sedih melihat keadaan Elena. Dia datang ke kamarnya menanyakan apa yang terjadi sambil membawakan makanan, namun Elena hanya diam tak menjawab. Nita sangat bingung dan menceritakan semua kepada Wilson, Edward dan juga Virgo. Virgo juga sangat khawatir mengingat semalam, Elena masih baik baik saja.
"Elena, ayo sarapan sayang." ujar Nita lembut sambil berdiri untuk menyiapkan sarapan Elena. Elena hanya diam dan duduk manis menikmati apa yang disiapkan mamanya.
Semua orang diam menikmati sarapan sambil menatap Elena. Mendengar cerita Nita semalam, membuat mereka tak berani mengajaknya berbicara. Biasanya pagi pagi seperti ini, saat semuanya berkumpul, semua orang akan tertawa bahagia karena tingkah lucu Elena, namun sekarang tidak lagi.
Setelah menikmati sarapan, Elena berdiri dan langsung berpamitan untuk pergi ke kampusnya.
"Ma, pa, semuanya, Elena pamit pergi ya." ujar Elena singkat menampilkan senyum tipisnya dan langsung berlalu pergi menggunakan motornya.
Semuanya masih diam melihat kepergian Elena. Mereka melihat satu sama lain dengan wajah sendu mereka.
"Sudah ma, anak muda di usia Elena, moodnya memang suka berubah-ubah, apalagi bisa jadi dia sedang pms." ujar Wilson memegang tangan Nita lembut. Dia sedih melihat istrinya murung terus, begitupun dengan Edward dan Virgo.
Disisi lain, terlihat Zeyn yang menatap kosong ke arah jalanan yang cukup padat walaupun masih pagi dari ruangannya di lantai atas.
Dia benar benar sangat gelisah setiap kali mengingat kejadian malam itu. Dia merasa sangat bersalah.
"Bagaimana keadaan wanita itu." gumamnya sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Apa aku menemuinya?" tanyanya bergumam. Dari semua rasa takut yang pernah dialaminya, ini merupakan salah satu rasa takut terbesar di dalam hidupnya.
Ceklek....
Mendengar suara pintu terbuka, Zeyn menoleh kebelakang dan melihat asistennya Virgo datang. Dia semakin gelisah. Bagaimanapun, rasa bersalah terus menghantuinya.
"Bagaimana keadaan adikmu?" baru saja Virgo datang dan masuk, dia sudah diberi pertanyaan yang cukup mengagetkan. Virgo yang baru saja masuk terdiam mendengar pertanyaan Zeyn.
"Sejak kapan dia peduli kepada orang lain yang tidak dikenalnya?" tanya Virgo di dalam batin.
Zeyn masih menatapinya berharap mendengar jawaban dari Virgo.
"Dia sudah pulang sendiri, namun gayanya seperti ada yang aneh." jawab Virgo sambil berjalan meletakkan tas nya di sofa. Zeyn yang mendengarnya mengangguk pelan sambil kembali menatap jalanan.
"Kenapa tiba tiba bertanya seperti itu?" tanya Virgo kepada Zeyn yang membelakanginya.
Zeyn terdiam namun tak berselang lama dia menjawab.
"Tidak apa apa, bagaimanapun dia datang karena urusan pekerjaan di perusahaan ku." jawabnya tak jelas tanpa menatap Virgo. Virgo yang sebenarnya kurang puas dengan jawaban Zeyn hanya diam mencoba tidak terlalu memikirkannya.
Sementara di tempat lain, Elena terlihat duduk di sebuah taman yang berada di belakang kampus. Dia memang ada kelas hari ini, tapi itu siang, sementara ini masih pagi sekali. Elena diam menikmati kolam ikan di hadapannya. Banyak sekali ikan ikan berwarna yang berada di dalam kolam ikan itu. Elena tersenyum tipis melihatnya. Dia sangat menyukai hal hal yang berwarna. Baginya itu sangat sangat indah. Dia juga mengagumi pribadi yang menciptakan ini semua.
"Engkau sangat baik telah menciptakan ini semua kepada kami, agar kami bisa menikmati kehidupan, tapi... tapi kenapa engkau membiarkan hal menjijikkan seperti semalam terjadi di dalam hidupku." Gumam Elena lagi lagi meneteskan air mata.
"Apa salahku hikss." gumamnya lagi menangis lebih deras. Elena benar benar merasa jijik dengan dirinya sendiri.
"Aku telah mengecewakan semua orang." gumamnya lagi.
"Mengecewakan apa?" tiba tiba terdengar suara dari belakang Elena. Elena terkejut mendengar suara seseorang datang dan cepat cepat menghapus air matanya dan melihat siapa yang datang.
"Sean." gumam Elena terkejut. Kenapa dia tiba tiba ada disini? pagi pagi seperti ini? Sean mulai berjalan mendekati Elena dan tepat berada disampingnya sekarang.
"Boleh aku duduk?" tanya Sean pelan dan Elena mengangguk.
"Kenapa pagi pagi sudah ada disini?" tanya Sean tanpa menatap Elena. Dia juga mengikuti arah pandangan Elena yang menatap kolam yang berisi ikan ikan.
"Aku ada kelas siang, dan ingin cepat datang aja." jawab Elena masih menatap kolam. Sean diam sambil mengangguk pelan.
"Kau ada masalah?" tanya Sean tiba tiba sambil menatap Elena. Elena yang mendengarnya diam sambil menatap balik Sean.
"Kau habis menangis ya?" tanya lagi Sean tetapi Elena hanya menggeleng saja.
"Matamu sembab. Ada masalah apa? Aku siap kok dengernya dan kalau bisa membantu, aku pasti akan membantu semampuku." jelas Sean menatap dalam Elena. Lagi lagi Elena hanya diam dan menggeleng saja.
"Yasudah, aku enggak akan maksa." ujar Sean yang sadar Elena tidak mau bercerita kepadanya.
"Kau sendiri kenapa ada disini?" tanya Elena yang mulai berbicara.
"Oh itu, aku tadi ada urusan, jadi cepet cepet datang ke kampus, pas aku mau ke kamar mandi, aku enggak sengaja lihat kamu duduk disini." jawab Sean. Memang benar, Sean ada urusan di kampus sehingga dia datang lebih awal dan saat dia ingin ke kamar mandi, dia tidak sengaja melihat Elena duduk di taman. Memang, kamar mandi dekat dengan taman di kampus ini.
Elena yang mendengar hanya mengangguk saja.
"Aku ingin bertanya." ujar Elena pelan.
"Ingin bertanya apa?" tanya Sean penasaran. Dia senang sekali ketika bisa berbicara panjang dan dekat dengan Elena seperti ini. Jujur dia menyukai Elena. Namun dia tidak berani mengungkapkan rasa sukanya. Sean tipe laki laki yang gengsian namun sebenarnya dia sangatlah peka. Dia sudah cukup lama menyukai Elena, namun seperti sifatnya, dia tidak berani mengungkapkannya kepada Elena.
"Bagaimana reaksi mu, ketika kau membuat kesalahan besar, dan kau mengecewakan semua orang yang sayang dan berharap kepadamu?" tanya Elena sambil menatap Sean dalam.
Sean setengah terkejut mendengar pertanyaan Elena. Dia tidak pernah berfikir bahwa Elena akan menanyakan hal seperti ini kepadanya. Tapi dia tersadar, apa mungkin ini berhubungan dengan masalah yang dihadapi Elena? Masalah pada diri sendiri?
Sean balik menatap Elena dalam, dan mengangguk pelan mendengarnya. Elena diam sambil terus menunggu jawaban dari Sean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments