Ditempat lain, terlihat seorang wanita dewasa yang sangat cantik dan elegan layaknya model namun sebenarnya dia memang seorang model, hahaha. Dia sedang bersama pria yang juga sudah cukup dewasa sepertinya, dia terlihat seperti tidak menyukai wanita yang selalu mengganggunya ini.
"Pergilah Vania!" ujar pria itu dingin sambil terus bekerja di komputer yang berada dia hadapannya. Namanya Zeyn Laviser. Pria yang merupakan pemimpin dari perusahaan terkenal di kota itu. Dia dikenal sebagai orang yang sangat dingin dan tak tersentuh. Bahkan jarang terlihat tersenyum. Dia tidak suka disentuh sentuh apalagi jika disentuh sentuh sesuka hati.
"Aku tidak mau, aku akan menunggumu sampai kita pulang bersama." jawab wanita itu yang sedang duduk di sofa sambil terus menatapinya. Namanya Vania. Seorang model terkenal dan anak dari pemilik perusahaan terkenal juga. Dia sangat menyukai Zeyn namun Zeyn tak pernah mau menggubrisnya. Namun dia tetap tidak mau menyerah mengejar Zeyn. Walaupun banyak yang ingin bersama Vania, Vania tetap memilih Zeyn.
Perusahaan yang dipimpin oleh Zeyn adalah perusahaan papanya yang sudah diambil alih oleh Zeyn. Zeyn awalnya bekerja membantu papanya di perusahaan ini namun ketika umurnya sudah 27 tahun, dia yang lanjut meneruskan perusahaan ini. Sementara Vania, dia berumur 26 tahun. Dia mengenal Zeyn ketika ada pesta yang melibatkan pemimpin pemimpin besar. Saat pertama kali bertemu, dia sangat tertarik kepada zeyn. Dia berulang kali menyuruh papanya menjodohkan dia dengan Zeyn namun papanya menolak. Perusahaan mereka masih dibawah dari perusahaan keluarga Zeyn. Keluarga Zeyn memang sangat berada. Mereka mempunyai banyak perusahaan perusahaan yang bergerak di bidang berbeda, sementara Zeyn, dia memegang kendali perusahaan bersejarah. Ya, perusahaan yang dipimpin oleh Zeyn adalah perusahaan yang pertama kali mereka bangun. Dari sini, semuanya bisa ada dan berkembang dengan sangat pesat. Memang, papa Zeyn awalnya yang memimpin perusahaan namun dia sempat menjadi dosen tetapi berhenti tetapi ketika perusahaan sudah diambil alih oleh anaknya, dia kembali melanjut menjadi dosen.
Oh iya, kalian tau siapa papanya? Iya, papanya adalah Genda dan om nya adalah Moris.
"Tidak Vania, hari ini aku akan lembur, jadi pulanglah." ujar Zeyn tanpa menatap Vania. Dia tetap sibuk mengetik di komputer miliknya.
Jika kalian pikir, layaknya wanita yang bergelayut manja di lengan pria pujaan hatinya, maka kalian salah, ingat Zeyn tidak suka disentuh sentuh dan Vania juga tidak berani menyentuh-nyentuhnya.
"Yasudah aku akan menemanimu lembur." ujar Vania tak mau menyerah. Sangat sulit untuk bisa dekat dengan Zeyn, dia orang yang sibuk dan dia selalu menolak dirinya entah dalam hal apapun itu.
"Tidak Vania, tolong mengertilah. Aku akan lembur kerja bersama asistenku virgo. Dan kami nanti akan pergi menemui pertemuan perjanjian di hotel wangsana, setelahnya kami mungkin akan menginap disana." ujar Zeyn menjelaskan. Zeyn berharap setelah menjelaskannya Vania akan segera pergi tapi ternyata tidak, dugaannya sangat salah.
"Yasudah aku juga akan menginap di hotel yang sama." ujar Vania lagi lagi tak mau menyerah.
Zeyn yang mendengarnya berupaya untuk menahan emosinya. Zeyn menghentikan sebentar pekerjaannya dan memejamkan sebentar matanya untuk meredam amarahnya. Siapa yang tidak gampang emosi? Situasinya, Zeyn benar benar sangat lelah hari ini dan dia belum makan. Tapi sekalipun dia pria dingin, dia bukan tipe laki laki yang suka berbuat kasar kepada wanita.
Vania yang melihatnya menjadi gugup. Jika sudah begini, dia tau bahwa Zeyn sedang menahan emosinya. Apalagi ketika Zeyn berbalik menatapnya dingin dan datar, Vania semakin gugup.
"I..iya, aku akan pulang." Ujar Vania gugup segera berdiri meninggalkan ruangan Zeyn. Namun ternyata, dia belum sepenuhnya keluar dari kantor Zeyn. Dia berada di luar ruangan Zeyn dan masih berdiri disana, Vania seperti tengah memikirkan sesuatu. Ekspresinya seperti menyiratkan bahwa dia sebentar lagi akan melakukan sesuatu yang serius.
Namun dari arah depan, Virgo, asisten Zeyn, berjalan tegak kearah ruangan Zeyn sambil membawa berkas berkas kertas di tangannya. Dia sudah banyak mengenal Vania, apalagi ketika Vania yang sering kali datang ke kantor ini. Virgo yang melihat ada Vania didepan ruangan Zeyn sudah tidak heran, tapi dia sedikit heran melihat Vania yang berdiam diri seperti tengah memikirkan sesuatu. Apalagi melihat ekspresi Vania. Namun dia tidak mau ambil pusing, dia tetap berjalan ke arah ruangan Zeyn dan sett....
Tatapan mereka bertemu tetapi Vania langsung berlalu pergi tanpa ada pembicaraan apapun. Virgo juga tidak peduli itu, dia langsung masuk saja.
Apa kalian berpikir bahwa Virgo menyukai Vania? maka jawabannya tidak. Virgo tidak menyukai Vania, kenapa? Walaupun Vania cantik dan terkenal, Vania bukan tipe Virgo. Lagian juga, Virgo sudah memiliki kekasih.
Hari mulai gelap. Di tempat lain, di rumah yang cukup besar, terlihat Elena bersama kedua orangtuanya dan satu kakak laki-laki nya tengah berkumpul bersama. Mereka memang keluarga harmonis.
"Ma pa, Vania mau kasih kejutan buat mama sama papa." Ujar Elena dengan senyum manisnya.
"Loh cuman buat mama papa, sama abang mana?" sambung Edward, anak kedua dan salah satu kakak lelaki Elena. Mereka memang tiga bersaudara, dan Elena sebagai anak bungsu. Edward juga sudah bekerja mengurus cabang cabang toko bunga milik keluarganya.
"Diam aja deh bang, abang gak diajak." sambung Elena ketus mengibaskan tangannya kesal kearah wajah Edward. Edward yang melihatnya menatap sinis Elena.
Nita dan Wilson yang tak lain adalah orang tua mereka hanya menggeleng saja melihat tingkah anak anak mereka.
"Kejutan apa sayang?" tanya Nita lembut. Wanita cantik berkulit putih dan bersih yang sangat mirip dengan Elena sementara Wilson mirip dengan Edward dan kakak lelakinya yang satu lagi.
Elena tersenyum aneh membuat Nita, Wilson, dan Edward menatapnya semakin penasaran.
"Tadaaa!" seru Elena kuat sambil menunjukkan kertas putih yang tadi dia sembunyikan di balik bantal. Wilson mengambilnya dan cepat cepat membukanya karena penasaran. Semua orang menatap kearah kertas itu.
Saat sudah terbuka lebar. Nita, Wilson, dan Edward mangap sambil terus membaca isi surat itu sampai habis.
"Serius sayang?" tanya Wilson tak percaya. Elena mengangguk semangat.
Bugh...
Bukan Nita ataupun Wilson yang memeluk Elena tetapi Edward. Nita, Wilson, juga Elena menatap heran kearah Edward. Sebab Edward dan Elena selalu saja bertengkar, tidak pernah akur, bahkan suka saling menjelekkan.
"Loh." gumam Elena kaget.
"Kalau dipeluk itu dibalas ya adek sayang." bisik Edward masih belum melepaskan pelukannya. Elena yang mendengarnya cepat cepat membalas pelukan Edward.
Setelah pelukan Edward dan Elena terlepas, sekarang Nita dan Wilson yang memeluk Elena dengan haru.
"Selamat ya sayang." ujar Nita dan Wilson kompak.
"Mama sama papa sangat bangga deh." ujar Wilson dan Nita yang mengangguk semangat. Elena yang mendengarnya menjadi tersentuh dan matanya berkaca-kaca. Ini sesuatu yang paling membahagiakan dalam hidupnya, ketika dia bisa membuat orang tuanya bangga karena dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments