Sebelum Elena masuk kedalam kamar, tatapannya tak sengaja menatap Zeyn. Dia hanya melihat wajahnya sekilas saja dan langsung masuk.
"Yasudah ayo." Ujar Virgo kepada Zeyn saat Elena sudah masuk kamar. Zeyn hanya mengangguk saja.
Kedekatan mereka bisa dikatakan lumayan dekat. Setiap hari, Zeyn lebih banyak menghabiskan waktu bersama Virgo. Mereka bekerja sama, mereka terkadang juga makan bersama. Memang Virgo akui jika Zeyn sangat anti disentuh sentuh dan cukup dingin, tapi bukan berarti dia tidak bisa tertawa ataupun tersenyum.
Sesampainya di bar, Virgo dan Zeyn memilih duduk di sudut saja. Mereka memesan minuman wine untuk mereka masing masing. Virgo dan Zeyn memang suka meminum wine tapi tidak untuk terlalu berlebihan, secukupnya saja.
Disudut lain, seorang wanita sedari tadi sudah melihat gerak gerik Zeyn dan Virgo. Dia yang melihatnya tersenyum miring. Vania, iya itu Vania. Tak berselang lama, Vania mengeluarkan hp dari tasnya dan mulai menelepon seseorang sambil terus menatapinya mereka dengan senyum miringnya.
"Bagaimana? Apa kau sudah mencampurkannya?" tanyanya pelan disana kepada orang diseberang telepon.
"Kerja bagus." Sambungnya dan langsung mematikan panggilan.
Setelah selesai menelepon, Vania langsung pergi dari sana.
Sementara di tempat Zeyn dan Virgo, pelayan datang membawakan minuman wine di gelas seperti pesanan mereka. Pelayan itu meletakkannya tepat dihadapan mereka.
Zeyn menatap minumannya sebentar lalu mengambil dan mulai menyesapnya perlahan. Perlahan namun pasti, minuman itu habis begitu saja.
Virgo masih benar benar sadar dan asyik melihat keramaian orang, sementara Zeyn, dia merasa ada yang aneh. Tubuhnya panas dan nafsunya bergejolak.
"Virgo, ayo balik. Aku merasa tidak enak." ujar Zeyn gelisah sambil terus menahan tubuhnya yang terasa panas.
Virgo yang mendengarnya menatap heran Zeyn. Kenapa secepat ini?
"Ada apa? Kita belum lama disini." jawabnya sambil terus menatap Zeyn.
Zeyn menggeleng pelan.
"Sudah, ayo!" ujarnya tak menjawab pertanyaan Virgo. Zeyn langsung bangkit berdiri dan langsung berlalu pergi. Virgo hanya mengikutinya dengan heran. Dia bisa melihat Zeyn seperti gelisah.
Disisi lain, Elena tengah berada di taman hotel menikmati indahnya langit langit malam yang dipenuhi bintang. Dia tidak tidur. Awalnya, Elena ingin mencoba tidur, namun tidak bisa. Akhirnya, berakhirlah dia yang berjalan jalan dan sampai ketaman ini. Dia sangat menikmati malam di hotel ini.
Saat sudah puas menikmati malam di taman hotel ini, dia bergegas pergi kearah kamarnya. Dia juga melihat saat keramaian yang dia lihat tadi sudah menjadi sepi.
Elena berjalan dengan santainya melewati koridor hotel yang mulai sepi. Saat ia ingin memasuki kamarnya, Elena seperti mendengar suara erangan dari suatu kamar disamping kamarnya. Awalnya Elena ingin bersikap acuh tidak peduli, namun suara itu semakin terdengar lebih menyedihkan. Elena berjalan dengan pelan namun pasti kearah kamar itu sambil memasukkan kedua tangannya kedalam jaket tebal yang ia pakai.
Samar samar dari celah pintu yang terbuka sedikit, Elena mulai mengintip. Ia melihat samar seorang pria yang memeluk lututnya sambil terus mengerang dan bergumam kata sakit. Elena menatap kamar itu sambil berusaha mengingat sesuatu.
"Loh, ini kan kamar atasan bang virgo." gumamnya disana.
"Jadi pria itu atasan bang virgo? tapi kenapa dia seperti kesakitan?" tanyanya bergumam pada dirinya sendiri.
Elena tak tahan langsung menuju kamar Virgo, tapi sttt.....
"Kamar bang Virgo dimana ya? Bisa bisanya aku lupa bertanya. Apa disini? Kalau kamar atasannya disini, berarti kamar bang virgo disampingnya dong." gumamnya lagi menebak. Elena menatap lama kamar disampingnya kamar Zeyn, dia berjalan mendekati kamar itu dan hendak membunyikan tombolnya, tapi....
"Tapi kalau bukan gimana? Ini sudah jam segini lagi. Kalau bukan bang Virgo tapi orang lain, bisa bisa aku dimarahin karna mengganggu." gumamnya tak berani dan segera mundur. Namun tak berselang lama, suara erangan itu semakin jelas. Elena yang merasa sudah tidak tahan lagi langsung berjalan menuju kamar itu dan memasukinya.
"Maaf tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Elena ragu menatap Zeyn yang masih memeluk lututnya. Zeyn yang mendengar ada suara langsung mengangkat kepalanya dan menoleh kearah suara.
"Wanita." gumam Zeyn tersenyum jahat namun tak lama dia langsung menggeleng kuat dan memukul kepalanya.
"Tidak tidak tidak, aku tidak boleh melakukan itu! Pergilah!" teriak Zeyn dan kembali memeluk lututnya.
"Tuan, ada apa?" tanya Elena semakin khawatir.
"Tinggalkan aku! Tinggalkan aku!" teriak Zeyn lagi sambil mengepalkan tangannya kuat.
Elena yang melihat itu semakin benar benar khawatir, apalagi melihat Zeyn yang mulai berkeringat dan tubuh yang memerah. Dia berjalan mendekati Zeyn dan menyentuh pelan bahunya, tapi.....
bugh...
Zeyn mendorongnya ke kasur tidur yang tepat berada di belakang Elena dan langsung menindihnya, Elena berteriak namun Zeyn tidak menghiraukan, Zeyn membuka paksa pakaian Elena, Elena berusaha sekuat tenaga menolak dan mendorong tubuh Zeyn namun tidak berhasil, dan malam itu menjadi malam panas bagi mereka. Malam yang penuh dengan teriakan rasa sakit, penuh dengan air mata, dan penuh dengan penyesalan.
Apa tidak terdengar? maka jawabannya tidak, karena kamar itu kedap suara. Apa tidak dikunci? jawabannya tidak, pintu itu tidak dikunci namun hanya tertutup saja.
Di koridor hotel, seorang wanita yang tidak lain adalah Vania berjalan dengan cepat sambil melirik setiap kamar yang dia lewati. Bergaya dengan sangat seksi menggunakan baju yang setengah bahan menampilkan belahan dada, hells sepatu tinggi, dan berdandan secantik mungkin, apalagi bibir seksinya yang diwarnai dengan lipstik merah merona. Dia sangat sangat menggoda malam itu.
"Dimana kamar Zeyn! Pelayan sialan! bisa bisanya dia tidak tau!" gumam Vania dengan kesalnya sambil terus berjalan melirik ke kanan dan ke kiri kamar.
Apa yang kalian pikirkan?
Apa kalian berpikir bahwa ini semua ulah Vania? Maka jawabannya iya, ini semua ulah Vania. Dia menyuruh seseorang mencampurkan obat perangsang kedalam minuman wine milik Zeyn. Dia juga memperingati agar suruhannya yang langsung meletakkannya tepat di hadapan Zeyn, agar jangan sampai tertukar dengan Virgo.
Bagaimana dia melakukannya?
Saat Zeyn mengatakan bahwa dia akan lembur kerja dan akan menginap di hotel wangsana, Vania hanya mengangguk saja. Tapi saat dia ditolak, tiba tiba muncul ide gila di pikirannya. Dia sangat menyukai dan terobsesi dengan Zeyn. Dia sudah mengejarnya bertahun tahun tapi Zeyn tidak membalasnya dan selalu menolaknya, sehingga membuat dia berniat akan melakukan hal sekeji itu. Memang ada benarnya kata kata yang mengatakan bahwa cinta itu buta, tapi benar juga bahwa cinta membuat seseorang gila, itulah mengapa ada yang memilih bunuh diri dengan dasar alasan cinta. Bukankah begitu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Yusria Mumba
kasiang elena,
2023-11-21
0