The Next Of Phoenix
Bendera putih dan bendera lambang kebesaran Xiao Wangfu terpajang di seluruh penjuru Kekaisaran Timur. Kematian sang legenda dan pilar Kekaisaran, Xiao Wangye, Xiao Muqing, telah tersebar sangat luas. Xiao Muqing menyusul istrinya, Xiao Wangfei, Huang Mingxiang yang telah meninggal satu tahun lalu.
Generasi-generasi senior Kekaisaran sebelumnya satu persatu pergi, memberikan kesempatan dan ruang agar generasi muda berikutnya dapat melanjutkan kemakmuran Kekaisaran mereka.
Xiao Mingyui, wanita itu duduk dengan tatapan hampa dan dingin sambil membakar kertas dupa di hadapan makam besar ayahnya. Anak kecil yang dulunya sangat dimanja kini benar-benar kehilangan dua pelindungnya. Kematian ibunya, Huang Mingxiang satu tahun lalu masih meninggalkan bekas menyakitkan, namun tahun ini ayahnya pun menyusul.
Xiao Mingyui tidak memiliki saudara kandung lagi selain adiknya, Xiao Xiangqing. Adiknya akan meneruskan gelar 'Xiao Wangye' milik mendiang ayahnya setelah acara berkabung selesai nanti, namun jalannya tidak semulus apa yang dipikirkan.
Pasukan besar milik ayahnya kemungkinan akan menjadi bahan perdebatan besar di Istana seperti belasan tahun silam, posisi Xiao Wangfu kembali memanas. Sebagai putri tertua Xiao Wangfu, Xiao Mingyui tidak mungkin membiarkan ratusan ribu pasukan itu jatuh ke tangan orang yang salah dan lepas dari Xiao Wangfu. Dia harus memikirkan cara agar Xiao Xiangqing dapat dengan mudah mempertahankan pasukan Xiao Wangfu.
Kini di pemakaman itu hanya tersisa dirinya sendiri, Xiao Xiangqing sudah pulang lebih dulu karena harus melakukan rapat dengan para kolega bangsawan terdekat.
"Putri Mingyui? Tidak sangka anda masih berada di tempat pemakaman sendiri." Suara berat yang terdengar sangat menggoda namun mengerikan terdengar.
Xiao Mingyui menoleh dengan tenang, matanya yang teduh namun tajam benar-benar menarik perhatian. Wanita berumur delapan belas tahun itu kemudian tersenyum tipis setelah melihat sosok yang menyebutnya tadi. Xiao Mingyui dengan tenang berdiri, lalu membungkuk. "Mingyui memberi salam kepada Putra Mahkota."
Xiao Jiwang, Putra Mahkota Kekaisaran Timur, anak dari Kaisar Xiao Jihuang dan Wu Guifei. Walaupun anaknya mendapatkan gelar 'Putra Mahkota', namun Wu Guifei tidak memiliki gelar 'Huanghou'. Menurut rumor yang beredar, salah satu alasannya adalah janji sang Kaisar kepada Huanghou sebelumnya yang diceritakan dieksekusi mati.
Putra Mahkota Xiao Jiwang memiliki julukan kasar sebagai 'Serigala gila Kekaisaran'. Pria itu bengis dan suka semena-mena. Dia tidak peduli pada rakyat miskin atau kaya, jika dia ingin sebuah gunung dihancurkan, maka gunung itu harus hancur. Bahkan Wu Guifei yang menjadi ibunya pun kesulitan mengendalikan sifat liar anaknya sendiri.
"Tidak perlu terlalu formal, saya kemari sebagai cucuk keponakan mendiang Xiao Wangye, bukan Putra Mahkota." Xiao Jiwang berkata sambil tersenyum, walaupun kalimatnya terdengar sangat ramah dan hangat, namun senyum pria itu terlihat seperti rubah.
"Mingyui sangat senang karena yang mulia menyempatkan diri di pemakaman ayah saya di tengah-tengah kesibukan padat anda. Maafkan Mingyui karena tidak--" Saat Xiao Mingyui sedang bicara, tiba-tiba Xiao Jiwang berjalan melewatinya dan berlutut menghadap pemakaman Xiao Muqing.
Xiao Mingyui sedikit terkejut, karena tidak biasanya Xiao Jiwang terlihat sangat patuh seperti ini. Dia bahkan berlutut di makam besar ayahnya. Hubungan Xiao Mingyui dan Xiao Jiwang adalah senior dan junior Kekaisaran. Walaupun Xiao Mingyui lebih tua dua tahun dibanding Xiao Jiwang, namun dengan jarak sedekat itu posisi mereka sebagai senior dan junior Kekaisaran sangat jelas. Karena mendiang ayahnya adalah paman dari Kaisar Xiao Jihuang, maka Xiao Mingyui dapat dikatakan sebagai sepupu Kaisar sekaligus bibi Putra Mahkota saat ini.
"Bukankah sudah aku katakan agar tidak terlalu formal?" ucap Xiao Jiwang setelah selesai berlutut dan membakar tiga kertas dupa. Pria itu kembali berdiri dan menatap lekat wajah polos tanpa riasan milik Xiao Mingyui.
Xiao Mingyui memaksakan senyum tipis. "Bagaimana mungkin saya boleh bersikap santai di hadapan penerus takhta?"
Xiao Jiwang tersenyum dingin. "Putri Xiao Mingyui benar-benar sangat patuh dengan aturan. Sikap anda sangat mirip dengan kakek paman Kekaisaran, hal ini membuat saya menjadi sangat penasaran ...."
"Penasaran? Tentang apa?" tanya Xiao Mingyui, dia tidak takut untuk berterus terang kepada Xiao Jiwang.
Xiao Jiwang tersenyum lebih dalam, senyumannya semakin terlihat licik. "Anda tentu tahu badai besar apa yang menunggu Xiao Wangfu di depan sana, bukan? Ratusan ribu pasukan mendiang Xiao Wangye, itu bukan sesuatu yang biasa. Sebagai Putri tertua Xiao Wangfu yang memiliki hak khusus dari Kaisar untuk ikut campur dalam urusan pemerintahan, anda tentu tidak akan berdiam diri."
Benar. Dia memiliki hak khusus dari Kaisar untuk bergabung dalam urusan pemerintahan Kekaisaran, namun hak-nya yang satu ini tidak sering dia gunakan. Hal ini dia jaga agar tidak membahayakan keluarga dan dirinya sendiri. Yang dia pelajari dari lingkungan sekitar, semakin tinggi dan bercahaya, maka akan semakin berbahaya. Oleh karena itu, Xiao Mingyui hanya menggunakan hak-nya ini di keadaan genting tertentu. Dia hanya akan bercahaya dan tinggi di beberapa keadaan dan itu hanya untuk Xiao Wangfu.
Xiao Mingyui tidak terkejut sama sekali saat Xiao Jiwang tiba-tiba mengungkit topik ini. Sejak dulu, Putra Mahkota memang tidak pernah mencari keributan secara serius dengan Xiao Wangfu, namun setiap ada masalah yang menimpa Xiao Wangfu, Putra Mahkota selalu menambahkan sedikit 'garam' untuk membuat keadaan menjadi mendidih. Hal inilah yang membuat Putra Mahkota memiliki perselisihan dingin dengan Xiao Xiangqing.
"Sepertinya yang mulia sangat memperhatikan kondisi Wangfu kami, ya?" tanya Xiao Mingyui, bibirnya menunjukkan senyum yang serupa dengan Xiao Jiwang. Senyum rubah.
Raut wajah Xiao Jiwang berubah, dia jarang bertemu dan menjalin interaksi dengan Xiao Mingyui. Dia hanya mendengar segelintir cerita tentang wanita di hadapannya ini, bahwa Xiao Mingyui adalah wanita yang bijaksana blablabla. Tetapi, dia tidak menyangka bahwa wanita itu terlihat sangat tajam dan kini pun berani menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan.
Xiao Jiwang terkekeh pelan, lalu menjawab,"Tentu saja, kita adalah kerabat. Terlebih Xiao Wangfu sebelumnya adalah pilar kuat Kekaisaran."
Xiao Mingyui mengerutkan keningnya sekilas saat mendengar kata 'sebelumnya'. Kalimat Xiao Jiwang terdengar sedang mengejeknya, namun Xiao Mingyui memiliki kontrol diri yang baik. Dia tidak terpancing dengan cetusan Xiao Jiwang.
"Tentu saja, kita adalah kerabat. Sejak dulu Xiao Wangfu selalu melindungi serta berperang dan memasang nyawa mereka sendiri sebagai perisai Kekaisaran. Lalu Kaisar dan bangsawan lain berada di dalam dan mengatur kehidupan Kekaisaran. Anda tentu mengerti hubungan erat ini, bukan? Saya pernah mengunjungi salah satu perbatasan yang pernah menjadi lokasi peperangan terakhir empat tahun belakangan ini, satu hari berada di sana sudah berhasil membuat saya lupa seperti apa rasa daging tumis mentega dan makanan lezat lainnya." Xiao Mingyui menekan kata 'memasang nyawa' dan penggalan kalimat para bangsawan lain yang hidup di dalam Kekaisaran.
Walaupun kalimat itu terdengar baik-baik saja dan terdengar tidak ada sindiran apa pun, namun sebenarnya kalimat itu penuh dengan provokasi emosi yang besar. Kalimat itu diam-diam mengatakan bahwa Xiao Wangfu memiliki pengorbanan besar sampai bertumpah darah, sedangkan keluarga Kekaisaran dan bangsawan lain menghabiskan waktu mereka dengan nyaman di dalam Kekaisaran yang aman. Mereka tertawa riang dan menuntut kemenangan, sementara pasukan Xiao Wangfu kedinginan dan bersimbah darah mengusahakan kemenangan. Tindakan itu benar-benar tidak tahu malu.
Xiao Jiwang menyeringai tipis, dia sekali lagi terkejut kecil karena Xiao Mingyui sangat berani. Walaupun Xiao Mingyui adalah bibi Kekaisarannya, namun dia adalah Putra Mahkota. Bahkan sekelas Adipati seperti Xiao Muqing, harus memperlakukannya dengan hati-hati. Walaupun semasa hidup Xiao Muqing juga gemar seenaknya, namun setidaknya Adipati lain tidak berani semena-mena padanya. Terlebih lagi dia memiliki rumor ganas yang mengerikan, bagaimana mungkin seorang wanita dengan kondisi latar belakang yang saat ini sedang tidak baik-baik saja tidak gentar berhadapan dengannya?
Xiao Jiwang maju beberapa langkah untuk mendekatkan jarak mereka, membuat Xiao Mingyui reflek mundur sambil mengerutkan keningnya tidak mengerti.
Xiao Jiwang mencondongkan tubuhnya ke arah Xiao Mingyui, membuat Xiao Mingyui memundurkan kepalanya karena jarak wajah mereka yang semakin dekat.
"Anda memang memiliki hak berpolitik, namun anda tidak memiliki hak untuk melempar sarkas seperti itu kepadaku." Senyum Xiao Jiwang perlahan hilang, wajah pria itu menjadi sangat dingin.
Xiao Mingyui tidak gentar, keningnya hanya terlipat karena gerakan tiba-tiba Putra Mahkota barusan. Wajah Xiao Mingyui sama dinginnya dengan Xiao Jiwang, tak lama bibir wanita itu tersenyum tipis lagi dan berkata,"Apa yang saya katakan sebuah kebenaran?"
Xiao Jiwang mengerutkan keningnya, bahkan di titik ini wanita itu berani membalas ucapannya? Astaga, dia benar-benar sudah meremehkan Xiao Mingyui!
Xiao Jiwang menyentuh pelan tusuk rambut batu giok putih polos milik Xiao Mingyui, kemudian mencabutnya, membuat sanggulan Xiao Mingyui terurai bebas. Rambut panjang hitam berkilau milik wanita itu terlihat sangat indah.
Xiao Jiwang menempelkan ujung tusuk rambut itu di kepala Xiao Mingyui. "Walaupun kamu adalah senior Kekaisaran, namun aku tidak segan untuk melubangi kepala ini."
Xiao Mingyui melirik dingin lengan kanan Putra Mahkota yang menempelkan ujung tusuk rambut ke kepalanya. Wanita itu tetap terlihat sangat tenang, kemudian tangannya diam-diam menyentuh gagang pedang Putra Mahkota yang bertengger di pinggang pria itu.
"Jika anda tidak ikut campur, maka saya akan sungkan untuk menghunuskan pedang. Tetapi jika anda ikut campur, maka ..." Xiao Mingyui menatap mata dingin Xiao Jiwang, kedua mata mereka bertemu dan saling melempar tatapan dingin. "Saya tidak akan ragu."
Xiao Jiwang tertegun. Apa-apaan barusan? Dia diancam oleh seorang wanita? Ini adalah pengalaman pertama diancam wanita yang pernah ia dapatkan!
Xiao Jiwang terkekeh, lalu mundur dua langkah kecil dan menarik tangan Xiao Mingyui yang menggenggam gagang pedang miliknya. Pria itu meletakkan tusuk rambut Xiao Mingyui di telapak tangannya.
"Anda tahu, saya tidak pernah tertarik dengan ratusan ribu pasukan itu. Selama pasukan itu tidak menghunuskan pedangnya ke arahku dan mengancam posisiku, maka aku tidak akan peduli. Kepercayaanku kepada mendiang Xiao Wangye sangat tinggi, pemberontakan adalah sesuatu yang tidak akan pernah dilakukan oleh Xiao Wangfu. Tetapi sayangnya, bukankah sekarang gelar Xiao Wangye dan pasukan Xiao Wangfu akan berpindah kepemilikan? Anda juga tahu betul bagaimana hubunganku dengan adik anda, Pangeran Xiao Xiangqing. Bagaimana bisa saya percaya bahwa pria itu tidak akan menghunuskan pedang ke arahku?" Xiao Jiwang menatap lekat Xiao Mingyui.
Xiao Mingyui menangkap garis besar permasalahan Putra Mahkota. Wanita itu tidak menjawab apa pun karena sibuk dengan pikirannya sendiri begitu Xiao Jiwang mengatakan itu semua.
Tak lama, Xiao Jiwang menoleh ke makam besar Xiao Muqing dan kembali menatap Xiao Mingyui. "Saya yakin rumor baik dan hak istimewa luar biasa dari Kaisar bukan sesuatu yang akan didapatkan oleh wanita biasa. Oleh karena itu, saya akan menunggu dan melihat cara apa yang akan anda lakukan kali ini untuk menyelamatkan Xiao Wangfu, bibi Kekaisaran, Putri Xiao Mingyui?"
Xiao Mingyui lagi-lagi tidak menjawab, dia hanya menatap dingin Putra Mahkota. Pria di hadapannya ini benar-benar sangat berbisa, dia merasakan tekanan besar saat berhadapan dengan Xiao Jiwang.
Xiao Jiwang tiba-tiba membungkuk ke makam besar Xiao Muqing dan berbalik memunggungi Xiao Mingyui. Sebelum benar-benar pergi, pria itu berkata,"Aku memang manusia, namun hatiku tidak sebaik manusia. Jadi, jangan sampai anda memilih keputusan yang salah."
Xiao Mingyui menatap punggung dingin Xiao Jiwang yang perlahan menjauh darinya, wanita itu segera menghela napas tipis dan kembali menatap makam besar ayahnya. Dia membungkuk, kemudian berdiam diri sambil menatap kosong makam ayahnya lagi. Ada banyak sekali beban pikiran saat ini.
"Putri, anda harus kembali. Langit sebentar lagi akan gelap, cuaca mulai semakin dingin." Pelayan pribadi Xiao Mingyui, Bingbing, yang sedari tadi hanya diam di belakang Xiao Mingyui sambil memperhatikan semuanya pun kini memberanikan diri untuk membujuk majikannya agar kembali setelah sebelumnya selalu ditolak.
Xiao Mingyui melirik Bingbing, mengangguk. Ya, lebih baik dia kembali sekarang dan melakukan diskusi dengan Xiao Xiangqing. Seharusnya rapat dengan para kolega itu telah selesai.
Dengan perasaan hati yang berat, Xiao Mingyui berjalan pergi dan menjauh dari makam besar ayahnya. Wanita itu naik ke dalam kereta Xiao Wangfu dengan tenang, sepanjang jalan matanya hanya menatap hampa ke bendera-bendera putih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
mini
aduh duh... baru mau baca udah berduka dulu,padahal masih nagih cerita wangye dan mufeng🤗
2023-10-29
0
Derajat
Kayaknya bakal seru ini awal cerita
2023-09-28
0
Arix Zhufa
Akhirnya ada bab baru juga...seperti nya bakal seru...
buat xiao mingyue wanita kuat thor, seperti kedua orang tua nya...kuat,pintar,dingin tak tersentuh biar putra mahkota yg bucin tingkat akut
2023-06-06
0