"Walaupun Putra Mahkota tidak pernah mengganggu ketenangan Xiao Wangfu secara nyata, namun sekarang dia terlihat jelas juga sangat memperhatikan pasukan Xiao Wangfu. Bahkan saat mendiang Xiao Wangye masih berbaring sakit, dia sudah melakukan pergerakan kecil yang menunjukkan bahwa dia berada di posisi yang berlawanan dengan Xiao Wangfu."
"Jika lawan kita hanyalah para pejabat bangsawan, pihak Xiao Wangfu ada kemungkinan besar untuk menang. Tetapi ... jika Putra Mahkota ikut campur, kondisinya akan semakin rumit ...."
"Benar. Bahkan semasa mendiang Xiao Wangye masih hidup pun, Putra Mahkota sudah selalu menentang langkah anda, Pangeran."
Para kolega bangsawan Xiao Wangfu itu melakukan rapat tertutup, tepat saat pemakaman Xiao Muqing selesai. Rapat itu tidak bisa ditunda, karena memang persoalannya sangat genting. Telat atau salah mengambil langkah sedikit, maka jutaan nyawa taruhannya.
Xiao Xiangqing duduk di kursi tempat biasa mendiang ayahnya dulu memimpin rapat. Anak kecil pembuat onar itu tumbuh menjadi pria dewasa yang sangat cekatan di bawah didikan Huang Mingxiang dan Xiao Muqing. Latihan keras yang diberikan Xiao Muqing dan kasih sayang hangat yang diberikan Huang Mingxiang telah membangunnya menjadi pria sejati yang jantan. Ketampanannya semakin mirip sempurna dengan Xiao Muqing, namun sifat pembawaannya persis dengan Huang Mingxiang, membuat dia terlihat seperti naga yang penuh api, berbeda dengan ayahnya yang terlihat seperti naga penuh rasa acuh sedingin salju.
"Hanya ada satu cara untuk mencegah Putra Mahkota mengusik Xiao Wangfu." Gu Lingchu, Putra dari Gu Sinjie dan Baili Mingxiang yang sudah sejak kecil berada di samping Xiao Xiangqing lalu kini mengikuti jejak kedua orang tuanya untuk mengabdikan dirinya kepada Xiao Wangfu. Jika Xiao Xiangqing resmi meneruskan gelar 'Xiao Wangye', maka Gu Lingchu otomatis akan meneruskan posisi ayahnya.
"Katakan." Xiao Xiangqing melirik Gu Lingchu, dia sendiri juga sedikit bingung di kondisi ini.
"Pernikahan, yang mulia. Jika Putri Xiao Mingyui--" Belum selesai Gu Lingchu bicara, Xiao Xiangqing langsung memotong tajam.
"Aku tidak akan membiarkan saudari perempuanku menikah dengan pria seperti itu! Terlebih lagi, sifat mereka sangat bertolak belakang. Kakakku adalah wanita yang tenang dan terhormat, sedangkan dia pria gila yang bengis!" Xiao Xiangqing menatap tajam Gu Lingchu, dia sangat menentang ide itu.
Para bangsawan diam, hingga salah satu di antara mereka, mantan Perdana Menteri Huang, ayah dari Huang Mingxiang, ibu Xiao Xiangqing pun angkat bicara. "Tidak ada cara lain, Pangeran. Hanya itu solusi yang paling masuk akal. Kita tidak mungkin bertarung keras melawan para bangsawan lain dan Putra Mahkota, bukan? Terlalu berisiko."
Xiao Xiangqing mengerutkan keningnya, menatap kakek dari pihak ibunya sulit. "Tetapi, kakek. Anda tahu, Putra Mahkota--"
"Saya tahu jelas kekhawatiran anda, pangeran. Saya pernah memiliki kekhawatiran seperti itu, namun ... lihat, kini anda dan Putri Xiao Mingyui hadir di sini." Huang Dajie menatap penuh perhatian ke cucuk laki-laki semata wayangnya. Bibirnya tersenyum meyakinkan Xiao Xiangqing.
"Tetapi--" Saat Xiao Xiangqing hendak melempar ketidaksetujuan lagi, tiba-tiba pintu ruangan terbuka, lalu suara tegas yang jernih terdengar.
"Apa yang dikatakan kakek benar, Xiangqing."
Seluruh mata segera menatap ke arah pintu, semuanya segera berdiri dan membungkuk ke arah Xiao Mingyui. Xiao Mingyui, wanita itu masuk dan berjalan mendekati adiknya dengan tenang.
"Lebih baik aku mengorbankan diriku sendiri dari pada aku secara egois mundur dan mencari aman, sedangkan kondisi di luar saling baku hantam dan menumpahkan darah. Bagaimana, Xiangqing? Bukankah lebih baik seperti itu? Kehilangan satu lebih baik dari pada jutaan, bukan?" Xiao Mingyui menatap adiknya serius, keningnya sedikit terlipat.
Xiao Xiangqing menggeleng pelan. "Mengapa harus Jiejie yang berkorban jika aku bisa? Jiejie, anda tidak tahu seberapa penting peran anda di hiduku."
PAA!!
Xiao Mingyui mengangkat tangan kanannya dan melayangkan tamparan empuk di pipi adiknya. Para bangsawan melongo, mereka terkejut. Xiao Mingyui kemudian menunjuk dada bidang Xiao Xiangqing keras dengan jari telunjuknya.
"Jika pola pikirmu seperti itu, maka jangan pernah membayangkan gelar 'Xiao Wangye'! Kamu tidak pantas menggantikan posisi ayah!!" Xiao Mingyui membentak adiknya, berusaha membangkitkan kesadaran Xiao Xiangqing yang sedang lemah.
Xiao Mingyui beralih menatap tajam para pejabat, lalu menggebrak meja rapat.
Brak!!
"Tugas kalian adalah membantu adikku agar bisa menjadi pemimpin yang sempurna! Jika dia lemah, sadarkan dia! Aku mengizinkan kalian menampar pipi adikku jika dia bersikap lemah dan bodoh! Pemegang gelar 'Xiao Wangye' tidak boleh lemah, camkan itu!" Xiao Mingyui berhenti sejenak untuk menatap adiknya yang masih diam menatap sedih dirinya, setelah itu kembali menatap para bangsawan dan berkata,"Jalankan rencana apa yang dikatakan oleh mantan Perdana Menteri Huang sebelumnya. Buat Kaisar menurunkan dekrit pertunanganku dengan Putra Mahkota, jika nanti Putra Mahkota diam-diam memberontak untuk menolak, aku sendiri yang akan mengurusnya."
Para bangsawan itu saling pandang, mereka sebenarnya khawatir dengan keputusan ini. Tetapi saat Huang Dajie membungkuk dan bersedia, mereka tidak punya pilihan lain untuk setuju.
Rapat tertutup itu selesai dengan kondisi dingin penuh kekhawatiran. Xiao Xiangqing langsung kembali ke kediamannya tanpa bicara apa pun kepada Xiao Mingyui, pria itu tidak marah kepada kakaknya, dia hanya marah kepada dirinya sendiri. Dia masih terlalu lemah untuk melindungi kakaknya, dia marah karena kakaknya harus berkorban di masalah ini, dia marah atas ketidak berdayaannya.
Xiao Mingyui juga tidak bisa berbuat apa pun di situasi ini. Dia juga tidak membayangkan bahwa pada akhirnya dia menjalankan rencana untuk menikahi pria yang sebelumnya ingin membunuhnya tepat di depan makam besar Xiao Muqing. Ide itu baru muncul saat dia menguping diskusi rapat sebelum masuk dan menampar pipi adiknya.
Malam yang sunyi pun tiba, Xiao Xiangqing tidak hadir di makan malam hari ini. Pelayan dapur berkata bahwa pria itu menolak untuk makan malam bersama dengannya karena sedang mengurus beberapa pekerjaan. Omong kosong, anak itu pasti berbohong.
Xiao Mingyui dengan cepat menyelesaikan makan malamnya dan menuju kediaman adiknya. Malam ini adalah yang terakhir kalinya mereka makan daging, karena satu bulan ke depan nantinya seisi Xiao Wangfu dan Kekaisaran ini secara kompak akan melaksanakan tradisi berduka, yaitu berpuasa dari makanan serta minuman gurih, manis. Mereka hanya diperbolehkan makan makanan hambar, seperti nasi putih dan air putih biasa.
Baru sampai dan melangkah masuk ke halaman kediaman adiknya, dia sudah mendengar suara pedang yang menebas angin kosong. Terus maju, dia melihat adiknya sedang sibuk bermain pedang dengan bertelanjang dada. Keringat deras membasahi tubuh pria itu.
Xiao Mingyui menatap dingin adiknya yang sangat fokus, tanpa sadar bibirnya tersenyum tipis. Dia memikirkan betapa cepatnya waktu berlalu. Dulu, mereka selalu berlatih pedang bersama satu keluarga, hingga akhirnya terus berkurang. Dari berempat menjadi bertiga, dari bertiga menjadi berdua, dan sedikit lagi yang berdua akan berpisah katena harus menempuh jalan kehidupan dewasa masing-masing.
Xiao Mingyui duduk di batu besar yang ada di halaman luas kediaman Xiao Xiangqing, matanya terus memperhatikan adiknya.
"Apakah ini pekerjaan yang kamu maksud sehingga menolak makan malam bersama Jiejie-mu ini?" tanya Xiao Mingyui, suara wanita itu sukses membuat Xiao Xiangqing berhenti dan menoleh ke belakang.
Xiao Xiangqing mengerutkan keningnya kesal, dia sepertinya masih memendam emosi tersembunyi di hatinya.
"Kemari, Xiangqing. Beristirahat lah. Lihat, makan malammu belum sepenuhnya habis." Xiao Mingyui melirik alat makan adiknya yang tergeletak di atas meja kayu jati berkualitas tinggi.
Xiao Xiangqing menancapkan pedangnya di tanah, lalu menghela napas tipis dan berjalan mendekati kakaknya. Pria itu duduk tepat di samping Xiao Mingyui, lalu mengelap tubuhnya yang basah oleh keringat dengan kain bersih.
"Untuk apa Jiejie kemari? Sudah larut, seharusnya Jiejie beristirahat." Xiao Xiangqing bicara tanpa menatap Xiao Mingyui.
"Kamu masih tidak puas dengan keputusan rapat tadi?" tanya Xiao Mingyui.
"Ck, Jiejie sudah tahu apa jawabanku, kenapa masih harus terus bertanya dan memperburuk suasana hatiku?" jawab Xiao Xiangqing, lalu tangannya bergerak mengambil cangkir dan meneguk air putih dengan sekali teguk karena emosinya.
Xiao Mingyui mengangguk singkat. "Baiklah, maafkan aku. Tetapi, Xiangqing. Jika tidak solusi ini, apa kamu memiliki solusi yang lebih baik?"
Xiao Xiangqing diam, tentu saja tidak. Jika ada dia sudah langsung membicarakannya di rapat sebelumnya.
Xiao Mingyui tersenyum tipis, lalu mengelus rambut basah adiknya dan berkata,"Xiangqing, apa kamu pernah mendengar kisah cinta mendiang Fu qin dan Mu qin? Kakek Huang juga dulu sangat khawatir Mu qin menikah dengan Fu qin, karena Fu qin memiliki rumor mengerikan dan reputasi sebagai 'Wangye cacat'. Tetapi, lihat ... Mu qin berhasil meluluhkan Fu qin, mereka memiliki rumah tangga dan keluarga yang baik, itulah alasan kita ada di sini sebagai anak mereka."
Xiao Xiangqing melirik kakaknya. "Jiejie, anda bukan Mu qin. Jangan samakan dongeng cinta klasik kuno itu dengan masa kini. Fu qin memang seorang tiran yang mengerikan, namun dia masih memiliki moral. Tetapi Putra Mahkota? Pria itu bahkan tidak memiliki moral dan akal sehat, seperti maniak tiran pembunuh gila."
Xiao Mingyui terkekeh, lalu menjawab,"Kamu terlalu meragukan Jiejie-mu, Xiangqing. Apa kamu lupa siapa Jiejie-mu ini?"
Xiao Xiangqing diam, dia tahu. Dia tahu kakaknya adalah perempuan tangguh hebat yang sempurna. Dia tahu kakaknya sangat pandai bela diri, bahkan ilmu perang pun dia kuasai. Dia tahu kakaknya pandai menjadi wanita anggun yang lembut sekaligus wanita perkasa yang berani menghunuskan pedang, tetapi ... tetap saja! Dia tidak akan rela kakaknya menikah dengan pria dengan reputasi buruk seperti Putra Mahkota!
Xiao Mingyui berdiri, sedangkan Xiao Xiangqing tidak bergeming dan hanya memperhatikan kakaknya. Xiao Mingyui memaksakan senyum tipis, matanya menatap lekat ke atas langit gelap yang memiliki jutaan hamparan bintang.
"Salah satu bintang itu pasti adalah Fu qin dan Mu qin. Xiangqing, keturunan Xiao Wangye dan Xiao Wangfei hanya ada kita berdua. Kamu tidak boleh egois, jangan hanya karena kamu seorang laki-laki dan aku wanita, kamu menganggapku harus dilindungi dan tidak melakukan apa pun. Sebagai keturunan mereka aku memiliki hak untuk melindungi Xiao Wangfu dengan jantung dan darahku, serta sebagai kakakmu, aku memiliki hak untuk melindungimu. Dari pada berdebat siapa melindungi siapa, bukankah lebih baik kita saling melindungi?" Di akhir kalimat, Xiao Mingyui menoleh dan melemparkan senyum hangat ke arah Xiao Xiangqing.
Xiao Xiangqing tertegun melihat kakaknya tersenyum, karena kakaknya jarang tersenyum sehangat dan setulus tadi. Dan kalimat yang diucapkan kakaknya barusan baru saja menyadarkannya.
Benar. Saling melindungi. Xiao Xiangqing tak lama ikut berdiri, bibirnya tersenyum. Pria itu ikut memandang ke atas langit.
"Tak terasa ... generasi sudah harus berganti, ya?" ucapnya, lalu melirik kakaknya yang mengangguk singkat dengan senyum tipis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Mcnya wanita yg tangguh, 👍👍👍
2023-09-28
0
Arix Zhufa
suka dg MC wanita yg kuat & pintar
2023-06-06
0
Az-Ra
kalau sekedar tiran bengis sih gak apa, asal jgn suka main wanita aja.
2023-06-05
2