"Tuan muda-- tidak! Tuan Rong??"
"Astaga ... itu sungguh Tuan Rong? Rong Wangxia?"
"Dia ... hari ini tiba-tiba kembali?"
"Astaga, sudah lama sekali tidak melihatnya! Dari anak pertamaku masih kecil dan kini aku sudah mempunyai lima anak, pria itu akhirnya kembali!"
Xiao Mingyui yang telah berdiri dan kembali ke mejanya pun tidak mengucapkan kalimat apa pun selain memperhatikan Rong Wangxia, begitu juga dengan Xiao Xiangqing. Pria itu hanya diam dan melihat, dia sama sekali tidak mengenali pria di hadapannya ini.
Rong Wangxia membungkuk singkat ke arah Xiao Mingyui dan Xiao Xiangqing, matanya yang berbentuk rubah masih terlihat sangat mencolok.
Xiao Mingyui pernah mendengar nama Rong Wangxia di salah satu cerita ibunya, namun tidak pernah bertemu secara nyata dengan pria itu. Mendengar orang-orang sekitar menyebut nama Rong Wangxia, apakah ... berarti pria di hadapannya ini sungguh-sungguh Rong Wangxia? Pria yang rela melawan keluarganya sendiri demi sebuah kedamaian Kekaisaran?
"Maafkan saya karena tidak memperkenalkan diri secara sopan, saya adalah Rong Wangxia, kepala keluarga Rong. Dulu, saya dan mendiang Xiao Wangfei adalah partner bisnis sekaligus sahabat dekat. Wajar jika kalian tidak mengenali saya, karena saya jarang kembali ke Ibu Kota," ucap Rong Wangxia, matanya diam-diam lebih memperhatikan wajah Xiao Mingyui dari pada Xiao Xiangqing. Wajah Xiao Mingyui, benar-benar membuat hatinya sedikit terenyuh. Dia kembali mengingat seluruh kenangan panjang yang sangat memukul keras hatinya.Tetapi, setelah memperhatikan wajah Xiao Mingyui lebih dalam, dia menyadari bahwa tatapan tenang Xiao Mingyui sangat mirip dengan ayahnya, Xiao Muqing. Pria yang menjadi alasan Rong Wangxia gagal meraih pujaan hatinya.
"Apakah anda adalah Tuan Rong yang sempat menjadi donatur besar bisnis Chuan Wuqi kami?" tanya Xiao Mingyui, kedua matanya sedikit memincing karena tidak terlalu yakin. Dia mendengar cerita dari mendiang ibunya mengenai nama Rong Wangxia adalah tujuh tahun silam.
Rong Wangxia tertegun, kemudian dia mengangguk ringan sambil melemparkan senyum lebih dalam. "Benar, dari mana anda mengetahui cerita itu? Xiao Wangfei?"
Xiao Mingyui mengangguk singkat. "Benar." Jawaban Xiao Mingyui yang ini sukses membuat Rong Wangxia semakin bersemangat, karena ... itu tandanya dia tidak dilupakan begitu saja oleh Huang Mingxiang meskipun mereka sudah belasan tahun tidak bertemu.
Rong Wangxia membungkuk lagi, lalu berkata,"Kalau begitu saya permisi, saya harus menyapa para tamu undangan lain lagi karena sudah lama sekali tidak kembali ke Ibu Kota."
Xiao Mingyui tersenyum tipis untuk formalitas. "Tentu saja, silahkan Tuan Rong."
"Jiejie, ada apa dengan ekspresi wajahnya yang tadi?" Bisik Xiao Xiangqing, matanya menatap aneh dari awal hingga akhir kedatangan Rong Wangxia.
Xiao Mingyui menggeleng pelan. "Tidak tahu, kau tanya saja sendiri."
Xiao Xiangqing menghela napas, lalu memilih berdiri dan kembali berbaur dengan para bangsawan lagi.
Xiao Mingyui kembali sendirian, Xiao Feluan sudah kembali mendekat ke ibunya, Lu Fei yang kini ikut mendampingi Kaisar bersama Wu Guifei.
Lu Fei, wanita itu terlihat sakit-sakitan tiga tahun belakangan ini. Xiao Mingyui tidak terlalu mengenal dekat Lu Fei, yang dia tahu hanya wanita itu dulunya adalah sahabat baik ibunya. Lu Fei jarang keluar dari kediamannya, dia hanya hadir di acara-acara besar seperti ini. Hal ini kemungkinan karena kondisi tubuhnya yang tidak begitu baik.
Melihat para bangsawan muda mulai terlihat suntuk, Kaisar pun akhirnya membebaskan mereka untuk pergi ke taman besar Istana. Tanpa disadari siapapun, Xiao Jiwang, sosok pria itu sudah tidak ada sejak semua orang sedang sibuk akan kehadiran Rong Wangxia.
Xiao Mingyui memilih keluar, dia sengaja tidak berbaur dengan Xiao Fenghua dan yang lain karena ingin mengambil jeda sebentar saja untuk diri sendiri bernapas tenang.
Xiao Mingyui berjalan tanpa arah, namun bukan berarti dia tidak mengetahui letak atau nama tempat di mana dia berada sekarang. Sejak kecil dia sudah terbiasa keluar dan masuk Istana sesuka hati bersama mendiang ibunya.
Kaki Xiao Minggu berjalan ke arah taman utara Istana, taman itu adalah taman tua sudah jarang sekali didatangi oleh penghuni atau pendatang Istana.
Xiao Mingyui naik ke atas paviliun tua, banyak sekali daun kering berjatuhan dan debu. Xiao Mingyui mengeluarkan sapu tangannya, lalu mengelap meja dan kursi agar bisa dia singgahi dengan nyaman.
Setelah selesai, Xiao Mingyui duduk di kursi dengan nyaman. Bibirnya tersenyum tipis sementara matanya fokus menyapu seluruh letak bagian taman. Menoleh ke kiri, tepat di samping Paviliun ini terdapat pohon mangga yang sangat besar. Setiap musim panas tiba, buahnya selalu bertumbuh banyak dan rasanya sangat manis. Sembilan tahun lalu dia sempat meminta ayahnya memetik buah mangga, kenangan hangat itu kembali menyelimuti hatinya. Perlahan, diam-diam hati Xiao Mingyui terasa dienyuh.
"Jangan lemah, Mingyui!" Xiao Mingyui berbicara sendiri kepada dirinya, lalu kedua tangannya bergerak untuk menepuk-nepuk kedua pipinya sendiri.
"Kamu terlihat bodoh."
Suara dingin dan berat terdengar, membuat Xiao Mingyui terkejut. Menoleh dengan cepat ke kiri, suara itu berasal dari atas pohon mangga. Kedua mata Xiao Mingyui memincing waspada, diam-diam tangan kanannya bersiap menarik belati tersembunyi yang selalu disembunyikan di bawah rok hanfu-nya.
Tap!
Sosok itu tiba-tiba muncul, kening Xiao Mingyui semakin terlupa dalam saat menyadari bahwa orang itu adalah Xiao Jiwang. Tunggu, sejak kapan pria itu ada di sini?!
Xiao Jiwang berjalan mendekat ke arah Xiao Mingyui dengan tubuh yang terlihat lemas seperti orang mabuk. Tangan kanan pria itu memegang botol alkohol, setiap langkah pria itu mendekat, bau alkohol semakin tercium pekat.
Xiao Jiwang mengusir Xiao Mingyui dari kursinya, membuat Xiao Mingyui kesal namun tidak bisa menolak karena kondisi Xiao Jiwang pun sedang mabuk. Jika dia menolak dan berdebat hanya karena kursi, itu hanya akan membuang-buang tenaga.
Xiao Jiwang duduk, sementara Xiao Mingyui berdiri. Xiao Jiwang tiba-tiba menunjuk Xiao Mingyui dengan jari telunjuknya, lalu bergantian menunjuk lantai, seolah memerintahkan Xiao Mingyui untuk duduk di dekatnya, namun di lantai.
Xiao Mingyui menurut, dia diam-diam penasaran apa yang akan dilakukan Xiao Jiwang jika dia mabuk.
"Yang mulia, apa tidak masalah jika anda mabuk berat di tengah-tengah pesta besar Istana? Saya khawatir para bangsawan dan Kaisar tidak senang akan--"
"Aku tidak peduli." Xiao Jiwang memotong ucapan Xiao Mingyui cepat.
Xiao Mingyui memutar bola matanya malas, doa seharusnya langsung pergi saja begitu menyadari ada pria itu di sini.
"Mengapa anda tidak peduli? Bukankah anda adalah pewaris takhta? Anda harus menjaga kehormatan anda." Xiao Mingyui penasaran dengan ini, maka dari itu dia bertanya.
Xiao Jiwang menaikkan alis kirinya, kedua mata elang tajamnya menatap teduh Xiao Mingyui. Bibir pria itu menyeringai tipis. "Kamu berbicara seolah sudah menjadi istriku. Apa ambisimu sebesar itu?"
Xiao Mingyui tertegun, lalu kepalanya menggeleng pelan. "Saya bertanya bukan karena ambisi saya, saya bertanya hanya karena ini tahu. Jika anda memiliki kendala tersembunyi yang menyebabkan anda sulit mengendalikan diri, siapa tahu saya bisa membantunya."
Xiao Jiwang meneguk lagi alkohol yang ada di dalam, setelah tetes terakhir dia dapatkan, pria itu langsung membuang botol alkohol begitu saja. Mata Xiao Jiwang kembali fokus menatap Xiao Mingyui. "Kamu tidak akan mengerti."
"Dari mana yang mulia tahu?"
"Tatapanmu."
"Tatapan saya?"
Xiao Jiwang mengangguk singkat. "Ya. Tatapanmu seperti orang mati, terlalu dingin, hampa."
"Lalu bagaimana dengan yang mulia?"
Xiao Jiwang menaikkan alis kirinya lagi sekilas. "Hatiku tidak semati hatimu, kita berbeda."
"Lalu bagaimana caranya agar hati itu tidak mati?" tanya Xiao Mingyui, entah sejak kapan dia tertarik meladeni Xiao Jiwang mabuk.
Xiao Jiwang mengangkat kedua bahunya, lalu menyandarkan tubuhnya di atas meja sambil melipat kedua tangannya. Wajahnya menghadap Xiao Mingyui, tatapan pria itu masih menatap Xiao Mingyui. "Mungkin cinta? Tapi entahlah, aku juga tidak mempercayai cinta."
Xiao Mingyui diam, matanya memperhatikan Xiao Jiwang yang perlahan menutup matanya. Sepertinya setelah mabuk berat sambil melantur, pria itu mengantuk.
Xiao Mingyui menyentuh bahu pria itu. "Apa saya harus memanggil pelayan agar anda dibantu kembali ke Istana Kediaman anda?"
Xiao Jiwang hanya menggeleng singkat, dia tidak menjawab apa pun.
Xiao Mingyui menghela napasnya, lalu melirik ke arah kursi kosong yang terletak tidak jauh darinya. Xiao Mingyui berjalan ke arah kursi tersebut dan mengelap debu yang menempel. Setelah bersih, Xiao Mingyui mendorong kursi tersebut tepat di samping kursi Xiao Jiwang.
Kedua mata Xiao Mingyui masih memperhatikan Xiao Jiwang, ketika melihat pria itu tiba-tiba bergerak dengan kening terlipat dalam dan mata yang masih tertutup, Xiao Mingyui pun sedikit bingung. Ada apa dengannya? Apa yang dia lihat di mimpi? Apakah ... itu mimpi buruk?
Xiao Mingyui sedikit terkejut ketika melihat bulir air mata keluar dari mata Xiao Jiwang yang terpejam, wanita itu segera mendekat ke wajah Xiao Jiwang untuk melihatnya lebih dekat.
"Apa dia bermimpi buruk?" tanya Xiao Mingyui dengan suara kecil.
Xiao Mingyui perlahan meletakkan tangan kanannya di pergelangan tangan Xiao Jiwang. Perlahan, tangan Xiao Mingyui berhasil menggenggam tangan Xiao Jiwang. Dia teringat akan ucapan ibunya, jika orang sekitar kita ada yang mengalami mimpi buruk, yang harus kita lakukan adalah menggenggam tangannya selagi dia tertidur, lalu mengusap lembut wajahnya. Hal ini sering dia dan Xiao Xiangqing lakukan secara bergantian saat mereka masih kecil.
Tangan kiri Xiao Mingyui perlahan mengusap lembut kening Xiao Jiwang, kening terlipat pria itu pun berangsur memudar. Di saat seperti ini, sosok Xiao Jiwang sama sekali tidak terlihat menyeramkan. Pria itu terlihat sangat tenang dan damai.
"Apa aku akan mencintaimu?" gumam Xiao Mingyui, wanita itu kini ikut menyandarkan badannya di atas meja dengan tangan yang tertekuk untuk dijadikan sebuah bantalan kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Arix Zhufa
semoga ujian nya lancar ya thor
2023-06-13
0