Xiao Mingyui turun dari kereta kudanya tepat di pintu masuk kediamannya. Dia pergi meninggalkan Rong Wangxia begitu saja di makam kedua orang tuanya setelah melakukan beberapa percakapan kecil.
Xiao Mingyui tidak banyak bicara setelah turun dari kereta kuda, wanita itu langsung masuk ke dalam kamarnya dan di bantu Bingbing untuk membersihkan diri. Selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya menjadi hanfu putih polos dengan corak bunga pulm, Xiao Mingyui merebahkan dirinya di atas kasur. Mata wanita itu menatap langit-langit kamarnya dingin, kepalanya mengingat percakapan singkatnya dengan Rong Wangxia tadi.
"Anda mencintai ibuku?" tanya Xiao Mingyui, wanita itu kini berdiri tepat di belakang Rong Wangxia.
"Ini adalah cerita lama yang tidak perlu dibicarakan kembali, namun ... ya. Aku mencintainya."
"Sampai saat ini?" Xiao Mingyui menatap Rong Wangxia, pakaian pria itu terlihat sedikit kotor karena tanah.
Rong Wangxia mengangguk pelan. "Tentu."
Xiao Mingyui mengerutkan keningnya. "Anda bertahan dengan sesuatu yang pasti tidak akan menjadi milik anda?"
Rong Wangxia tersenyum kecut. "Ya, benar."
"Jika saya boleh berterus terang, itu adalah tindakan bodoh, Tuan Rong. Saya pernah membaca buku catatan mengenai diri anda, anda adalah pria muda sukses dan memiliki segalanya. Mengapa Anda harus menyia-nyiakan masa muda anda dengan wanita yang tidak bisa anda miliki? Ada jutaan wanita di Kekaisaran ini yang akan bersedia menjadi Furen anda." Xiao Mingyui melemparkan pertanyaan yang sedari tadi mengganjal isi kepalanya.
Rong Wangxia tiba-tiba menoleh, matanya yang tidak ada lagi jejak air mata namun masih terlihat sembab kini menatap Xiao Mingyui. Kepala pria itu mendongak dan bibirnya mulai tersenyum. "Anda sepertinya belum pernah mengenal cinta, ya? Atau ... kamu memang tidak memiliki gairah mengenai cinta?"
Xiao Mingyui mengerutkan keningnya, dia sedikit terkejut karena tiba-tiba Rong Wangxia sangat berterus terang dengannya. Belum sempat dia merespon, Rong Wangxia sudah lebih dulu menarik pandangannya untuk menatap kuburan Huang Mingxiang.
"Itulah yang akan terjadi jika kamu mencintai seseorang menggunakan hati. Tidak peduli masuk akal atau tidak perbuatan yang kamu lakukan, yang kamu tahu hanyalah, kamu melakukannya untuk kekasihmu. Semua yang kamu lakukan adalah untuknya, bahkan jika dia bahagia bersama manusia lain dan bukan kamu, kamu pasti akan menerimanya begitu saja dan merasa cukup hanya dengan melihat senyumannya dari jauh." Rong Wangxia kembali memasang senyum tipis, matanya masih menatap makam Huang Mingxiang, enggan berpindah.
Xiao Mingyui menghembuskan napasnya gusar, dia heran kenapa belakangan ini dirinya terlalu peduli dengan hal-hal yang tidak perlu.
Sementara itu di Istana, Xiao Jiwang, pria itu tengah duduk di kursi kerjanya dengan raut wajah yang sangat buruk.
Chen Qi sedari tadi setia menemani majikannya merenung, pria itu hanya diam tidak bergerak di hadapan Xiao Jiwang.
"Yang mulia, apa lagi yang anda pikirkan? Putri Mingyui terbukti tidak memiliki niat buruk pada anda, bukan?" tanya Chen Qi, akhirnya dia menyerah untuk tetap berdiam diri seperti patung.
Xiao Jiwang menatap dingin Chen Qi, tersadar dari lamunannya. "Tidak ada."
"Sungguh? Tetapi saya perhatikan raut wajah anda--"
"Kamu boleh pergi, Chen Qi." Xiao Jiwang menyela, tidak memberikan kesempatan untuk Chen Qi berkomentar.
Chen Qi memincingkan kedua matanya. "Anda terlihat sangat sensitif, seperti remaja yang sedang jatuh cinta."
Xiao Jiwang menatap kesal Chen Qi, tatapan dinginnya menjadi jutaan kali lebih menusuk. "Ingin kembali dengan berjalan kaki atau merangkak?"
Chen Qi menghela napas tipis. "Baik, saya salah."
Xiao Jiwang kembali terdiam, pria itu lagi-lagi sibuk dengan pikirannya. Saat ini yang ada di kepalanya adalah Xiao Mingyui, sejak kejadian tadi dia jadi memikirkan banyak hal.
Pertemuan mereka di taman lama Istana, lalu Xiao Jiwang yang mabuk kemudian tertidur lelap, itu adalah sandiwara yang telah dia atur sendiri sebelumnya.
Dia sengaja berakting mabuk dengan tujuan menguak sisi munafik Xiao Mingyui, dia ingin mencari tahu niat asli Xiao Mingyui meminta pertunangan kepadanya, oleh karena itu dia berakting menjadi orang mabuk tadi.
Tetapi, dari usahanya bersandiwara, Xiao Mingyui sama sekali tidak menunjukkan sikap mencurigakan. Wanita itu justru menjaganya dengan baik, dan bahkan sempat menggenggam serta mengelus kepalanya lembut. Dia pikir setelah berakting panjang, Xiao Mingyui akan melempar pertanyaan macam-macam padanya, namun ternyata tidak. Hal ini membuat hati Xiao Jiwang jutaan kali lebih gelisah, tidak tenang.
"Apakah anda memikirkan Putri Mingyui?" tanya Chen Qi, dia ingin bertanya sebelum benar-benar pergi.
Xiao Jiwang kembali tersadar, matanya menatap Chen Qi datar dan tidak berbicara apa pun.
Chen Qi tersenyum tipis. "Tetapi, jika saya boleh jujur, sepertinya Putri Mingyui tidak hanya ingin memiliki hubungan pernikahan politik dengan anda, wanita itu juga terlihat ingin memiliki hubungan pernikahan yang harmonis. Terlihat dari perilakunya, Putri Mingyui berusaha menjadi wanita ideal penuh pengertian."
"Konyol. Jika dari awal pernikahan itu terjadi karena sebuah keterpaksaan dan kepentingan politik, mengapa harus repot-repot membayangkan hal penuh warna seperti kebahagian harmonis berumah tangga? Aku dan Mingyui, kami bisa saling membunuh kapan saja." Xiao Jiwang menanggapinya dengan serius, membuat Chen Qi sedikit terkejut. Ah ... sepertinya tebakan dia benar. Tuannya sungguh-sungguh memikirkan Putri Mingyui.
Chen Qi mengangkat kedua bahunya acuh. "Siapa yang akan tahu kedepannya seperti apa, yang mulia? Tidakkah anda pernah mendengar gosip mengenai kisah cinta mendiang Xiao Wangye dan Xiao Wangfei? Keduanya menikah dengan perasaan terpaksa, tidak ada cinta sama sekali. Tetapi sekarang, mereka berhasil membuat generasi hebat dan keluarga penuh kebahagiaan."
Xiao Jiwang tersenyum dingin, lalu menjawab,"Keberhasilan itu ada karena di antara mereka berdua, hati Xiao Wangfei masih hidup dan hangat, walaupun Xiao Wangye terlihat sangat keras dan tak tersentuh. Sementara aku dan dia?"
"A--apa?" tanya Chen Qi bingung, dia penasaran karena Xiao Jiwang menggantung kalimatnya.
"Kami berdua sama-sama memiliki hati yang mati. Tidak akan ada harapan. Jika Kaisar menurunkan dekrit, aku akan bersedia menikahinya, namun kemungkinan untuk mencintai? Itu sangat jauh." Xiao Jiwang melirik dingin ke luar jendelanya yang masih terbuka.
"Masih ada harapan, yang mulia. Selama anda berusaha untuk mencari pemicu--" Belum selesai Chen Qi bicara, Xiao Jiwang sudah memotongnya kembali.
"Lupakan pembicaraan ini, membahas topik ini sangat membuang-buang waktu. Lagi pula, jika kita membicarakan dia, itu membuat perutku mual." Xiao Jiwang memijit keningnya pelan, diam-diam dia juga menggertakkan gigi.
Chen Qi menghela napas tipis lagi, kemudian dia mengangguk ringan dan membungkuk. "Baiklah, kalau begitu saya pamit undur diri, yang mulia. Saya harap anda dapat beristirahat dengan nyaman malam ini. Saya permisi."
Setelah kepergian Chen Qi, Xiao Jiwang kini seorang diri di dalam ruangan kerjanya. Bayangan mengenai wajah Xiao Mingyui kembali muncul, dia selalu mengingat wajah Xiao Mingyui yang mengatakan kalimat penuh cinta namun dengan tatapan mati. Hati dan pikirannya geram setiap kali mengingat ini.
Xiao Jiwang berdiri, lalu berjalan ke arah jendela dan menghembuskan napas berat di sana. Kedua tangannya pun bergerak untuk mengacak-acak rambutnya. Dia merasa frustasi dan terjebak oleh pikirannya sendiri.
Ketika mengingat saat Xiao Mingyui menggenggam tangannya lalu mengusap kepalanya lembut, pria itu diam-diam merasakan debaran aneh di jantungnya. Debaran inilah yang sangat dia benci selain tatapan mati Xiao Mingyui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
mini
🤩
2023-10-29
0
Yunita Widiastuti
double up thor....
2023-06-19
0
momazcha
sukaaa... lanjut thor... up yg byk 🤣👍🙏
dingin ketemu dingin... 😁
2023-06-13
1