Hari berkabung secara serentak dilaksanakan. Seluruh penjuru Kekaisaran Timur, bahkan termasuk para tentara yang berada di perbatasan, mereka semua ikut berpuasa untuk menjalani tradisi berduka sang Xiao Wangye.
Tradisi berpuasa itu berlangsung selama satu bulan penuh, mereka tidak pernah sekalipun menyentuh daging atau arak. Hingga akhirnya puasa duka itu selesai, kehidupan Kekaisaran pun berjalan normal seperti biasa.
Xiao Mingyui duduk di depan meja riasnya, Bingbing membantunya bersiap. Penampilannya benar-benar sempurna dan siap begitu Bingbing meletakkan sebuah tusuk rambut berbentuk mawar putih yang terbuat dari 100% giok putih asli yang sangat langka. Tusuk rambut giok putih mawar ini sebelumnya adalah milik ibunya, Huang Mingxiang. Huang Mingxiang mendapatkan tusuk rambut ini saat berpergian ke gunung Lang Tao untuk mendapatkan obat kaki Xiao Muqing. Utusan Agung memberikan tusuk rambut itu sebagai hadiah istimewa, kono katanya tusuk rambut ini membawa keberuntungan yang sangat besar.
Xiao Mingyui tidak terlalu mempercayai cerita bahwa tusuk rambut ini membawa keberuntungan yang sangat besar, dia gemar memakainya karena ini adalah aksesoris yang diwariskan secara langsung dari mendiang ibunya.
"Putri, anda sudah siap." Bingbing tersenyum saat mengatakan ini, matanya menatap bayangan majikannya di cermin yang sangat indah.
Xiao Mingyui mengangguk singkat, kemudian segera berdiri. "Berangkat sekarang."
"Baik."
Hari ini, tepat setelah puasa duka selesai, Xiao Mingyui memutuskan untuk langsung menjalankan rencananya. Dia berniat mendekati Putra Mahkota sebelum dekrit Kekaisaran atas pertunangannya diturunkan. Hal ini dia lakukan untuk mencegah penolakan kasar dari pria itu. Mengingat Putra Mahkota merupakan 'serigala liar' Kekaisaran, dia pasti tidak akan ragu atau segan untuk menepis dekrit tersebut.
"Yang mulia."
Sebuah wanita berpakaian serba hitam dengan dua pedang yang bertengger di punggung belakangnya itu membungkuk ke arah Xiao Mingyui begitu wanita itu keluar dari ruangannya.
"Di mana posisi Putra Mahkota sekarang?" tanya Xiao Mingyui, raut wajahnya terlihat sangat tenang.
"Menjawab, yang mulia. Putra Mahkota saat ini tengah berada di gedung bordil Fu Chenwu atas perintah Kaisar secara diam-diam. Saya juga sempat mendengar kabar bahwa tujuan Putra Mahkota ke sana untuk menangkap pelaku penculikan yang baru-baru ini meresahkan masyarakat Ibu Kota." Da Xuan, dia merupakan pengawal bayangan pribadi Xiao Mingyui yang diberikan oleh mendiang ayahnya, Xiao Muqing.
Da Xuan dan Bingbing memiliki peran yang sama penting, yaitu melayani dan menjaga Xiao Mingyui. Bedanya, Bingbing adalah pelayan pribadi yang akan selalu mendampingi Xiao Mingyui secara langsung di sampingnya. Sedangkan Da Xuan, wanita itu tetap selalu mengikuti Xiao Mingyui, namun dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Seperti di atas pohon atau di tempat tak terlihat lainnya. Dia hanya akan muncul dan berdiri di dekat Xiao Mingyui jika ada serangan kekerasan nyata yang mendekati Xiao Mingyui.
"Rumah bordil?" Bingbing mengerutkan keningnya sulit, lalu menatap Xiao Mingyui.
Xiao Mingyui tetap terlihat tenang, kemudian dia mengangguk tipis. "Tetap ke sana." Kemudian matanya melirik Bingbing. "Ambilkan kain penutup wajah untukku, Bingbing."
Bingbing terlihat ragu, Xiao Mingyui mengerti perasaannya. Rumah bordil adalah tempat para pelacur berkumpul dan orang-orang yang hanya mengincar kesenangan dunia. Rumah bordil biasanya digunakan untuk menikmati wanita, berjudi, atau bahkan ada juga rumah bordil yang membuka pelelangan terlarang. Bagi seorang wanita bangsawan berdarah Kerajaan untuknya, tempat itu terlalu hina dan memalukan. Jika kehadiran Xiao Mingyui diketahui oleh bangsawan atau orang lain, maka reputasinya kemungkinan besar akan tercoreng.
Tetapi Xiao Mingyui tidak peduli akan semua itu, dia pergi ke sana untuk menyelamatkan keluarganya. Lagi pula dia tidak terlalu bodoh untuk dengan mudah membocorkan identitasnya sembarangan.
Tak berselang lama, Bingbing kembali dengan membawakan kain penutup wajah. Dengan melewati pintu belakang Xiao Wangfu dan naik kereta kuda yang tidak menggunakan lambang Xiao Wangfu, Xiao Mingyui kini benar-benar akak mengunjungi rumah bordil.
Bingbing ikut mengenakan penutup wajah, wanita itu juga harus berhati-hati karena dia sering muncul dan berpergian bersama Xiao Mingyui. Wajahnya juga pasti tidak akan asing di antara para bangsawan.
Sesampainya di sana, Xiao Mingyui dan Bingbing turun dengan cepat. Baru menapakkan satu kaki di ruangan dalam rumah bordil, sebuah belati meluncur keluar melewati pintu yang mereka masuki.
Xiao Mingyui dengan gesit menghindar, begitu juga dengan Bingbing. Mata Xiao Mingyui melirik dingin dengan sangat cepat ke dalam, ternyata kondisi di dalam sudah sangat berantakan. Sepertinya Putra Mahkota sudah menemukan pelaku penculikannya dan saat hendak ditangkap, pelaku memberontak dan ... terjadilah keributan besar ini.
Tak lama, seorang pria dengan pakaian hijau muncul dan berlari ke arahnya. Pria itu menarik kencang tangannya, lalu membawa Xiao Mingyui secara kasar ke tengah-tengah ruangan.
"JIKA KALIAN BERANI MENARIK PANAH, MAKA GUNNIANG INI AKAN AKU BUNUH!!" Pria berpakaian hijau itu berteriak mengancam lantang. Tangan kirinya mencengkeram erat lengan Xiao Mingyui, lalu tangan kanannya memegang sebuah pil berwarna hitam.
Xiao Mingyui mengerutkan keningnya, dia sedikit terkejut dengan situasi ini. Ini di luar prediksinya. Xiao Mingyui melirik dingin pria yang mencengkeramnya, sepertinya dia adalah pelaku penculikan yang sedang dikejar Putra Mahkota. Lalu Xiao Mingyui melirik ke arah pil hitam yang dipegang pria itu, dan ... sepertinya pil itu adalah racun yang akan dimasukkan paksa ke dalam mulutnya jika Putra Mahkota nekat menangkap sang pelaku.
Xiao Mingyui tersenyum samar sekilas, tidak ada yang menyadari senyum liciknya ini. Ah ... walaupun situasi ini di luar prediksinya, namun sebenarnya ini sangat bagus.
Xiao Mingyui menatap Bingbing, wanita itu hendak mengeluarkan belati yang dia simpan secara diam-diam di bawah rok hanfu-nya. Sepertinya Bingbing hendak menyelamatkan Xiao Mingyui, namun Xiao Mingyui dengan cepat menggeleng.
Bingbing mengerutkan keningnya bingung, namun akhirnya dia menurut.
"Bodoh. Kau pikir aku peduli?" Suara pria yang terdengar sangat dingin dan acuh muncul, membuat seluruh mata dengan cepat menatap ke arahnya. Dia adalah Xiao Jiwang, Putra Mahkota.
"Yang mulia, jangan seperti itu. Jika ada korban di penangkapan kali ini, para bangsawan akan mengkritik dan Kaisar pasti tidak akan puas." Pria dengan pakaian berwarna cokelat bercampur hitam muncul dan berbisik ke telinga Xiao Jiwang.
Xiao Jiwang tersenyum dingin, raut wajahnya terlihat kesal. Saat Xiao Jiwang hendak mengatakan sesuatu, Xiao Mingyui dengan cepat mengambil kesempatan ini dan berkata,"Yang mulia! Jangan hiraukan saya! Tembak kepala pelaku dengan anak panah!"
"KAU-?!!" Penculik itu menatap tajam Xiao Mingyui dan mendekatkan pil itu ke mulutnya yang terhalang kain penutup wajah.
Xiao Jiwang mengerutkan keningnya saat mendengar suara Xiao Mingyui. Dengan mengenali suara ini, namun tidak yakin dengan apa yang dia pikirkan.
"Tidak, jangan Yang mulia!" Pria berbaju cokelat hitam itu menahan, dia adalah pengawal pribadi, sekaligus tangan kanan Xiao Jiwang, Chen Qi.
Xiao Jiwang diam, dia sedang berpikir keras mana yang harus dia pilih. Jika dia menembak tanpa memikirkan nyawa wanita yang sedang disandera itu, maka Kaisar pasti akan marah dan para bangsawan akan dengan mudah mengkritik habis-habisan lalu lagi-lagi berusaha menurunkan dirinya dari gelar Putra Mahkota.
Tetapi jika dia sangat mempedulikan nyawa wanita yang sedang disandera, itu tidak seperti dirinya. Selain itu, dia akan kehilangan pelaku penculikan. Jika dia gagal menangkap pelaku, maka situasinya akan semakin rumit.
"Yang mulia! Percaya kata-kata saya! Saya akan baik-baik saja! Jadi, tembak kepala sang penculik sekarang juga!!" Xiao Mingyui sekali lagi berseru lantang, matanya menatap serius ke arah Xiao Jiwang.
Xiao Jiwang menatap mata wanita yang disandera tersebut, dia tidak mengenali Xiao Mingyui. Saat mata mereka bertemu, Xiao Jiwang merasakan sebuah semangat dan tekad yang sangat besar dari mata tersebut. Seolah wanita itu tidak ada rasa takut atau keraguan sama sekali berada di belenggu sang pelaku kejahatan.
Xiao Jiwang mencengkeram busur panah yang ada di tangannya, lalu perlahan mengangkatnya dan menarik satu busur panah sambil membidik kepala pelaku.
"Tidak, yang mulia! Jangan! Wanita itu bisa dalam bahaya!" Chen Qi berusaha mencegah, namun Xiao Jiwang tidak bergeming. Tanpa alasan yang jelas, pria itu tiba-tiba memiliki keyakinan penuh terhadap ucapan wanita yang tidak dia kenali.
"KAU MENANTANGKU?!" Buronan itu berseru lantang lagi, lalu mulai secara kasar menyingkap kain penutup wajah Xiao Mingyui, namun tidak sampai lepas secara utuh. Pil racun itu kemudian dimasukkan paksa ke dalam mulut Xiao Mingyui.
Xiao Mingyui tidak melawan, dia melahap pil racun itu dengan suka rela. Ini adalah bagian dari rencananya, hal mudah baginya untuk mematahkan tangan buronan.
SHHIUUU!!
SRAK!!
TAK!!
Anak panah itu menancap tepat di kepala sang buronan, Xiao Mingyui berlari cepat agar lepas dari cengkeraman sang buronan begitu ia melemah. Kening Xiao Mingyui terlipat kala menyadari busur panah itu menggores kait ikatan kain penutup wajahnya. Tanpa peduli lagi, dengan cepat wanita itu sengaja menginjak rok hanfu-nya dan menjatuhkan dirinya tepat di pelukan Xiao Jiwang.
Xiao Jiwang menjatuhkan busur panahnya, keningnya tanpa sadar terlipat karena wanita yang tidak ia kenali ini tiba-tiba jatuh ke dalam pelukannya.
Kain penutup wajah Xiao Mingyui jatuh, dia menunduk dalam di pelukan Xiao Jiwang. Xiao Jiwang menatapnya bias, namun begitu Xiao Mingyui mendongakkan kepalanya, wajah pria itu terlihat terkejut.
Xiao Mingyui mencengkeram kain hanfu Xiao Jiwang, sepertinya racun itu bekerja dengan sangat cepat. Dadanya tiba-tiba terasa sesak, bibirnya pun terlihat sangat pucat. Jantungnya seperti ingin meledak.
Xiao Jiwang menatap sulit ke arah Xiao Mingyui, kemudian menggertakkan giginya kesal dan memeluk erat Xiao Mingyui. Pria itu menggunakan kain lengan pakaiannya untuk melindungi wajah Xiao Mingyui.
"Seret bedebah itu keluar!!" Perintah Xiao Jiwang, kemudian membawa Xiao Mingyui ke dalam gendongannya dan segera naik ke lantai atas rumah bordil tersebut.
Xiao Jiwang meletakkan Xiao Mingyui secara terburu-buru di atas kasur, matanya masih menatap penuh kebingungan, kekesalan, dan amarah. Dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba Xiao Mingyui muncul di rumah bordil dan rela berbuat sejauh ini untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
💖 sweet love 🌺
kyk nya mingyui ni pintar menaklukkan pria kyk Mak nya menaklukkan bpk nya..
2023-11-06
0
Arix Zhufa
ide author sungguh keren 😍
2023-06-06
0
Biduri Aura
lanjutkan,, jgn berhenti untuk berkarya thor..
2023-06-05
0