Xiao Mingyui memilih berjalan kaki dari pada naik ke atas kereta kuda atau tandu untuk menuju Istana Kediaman Wu Guifei. Di tengah jalan, langkahnya terhenti karena bertemu dengan Xiao Jiwang.
Pandangan mata keduanya sangat dingin, terdapat siluet kegelisahan di balik tatapan dingin mereka.
Xiao Jiwang tanpa sadar langsung mengerutkan keningnya, tanpa menanggapi Xiao Mingyui, pria itu berlalu begitu saja melewati Xiao Mingyui.
Xiao Mingyui kembali berdiri tegak, dia tidak menoleh sama sekali ke belakang untuk melihat Xiao Jiwang yang mengabaikan dirinya begitu saja.
"Yang mulia ...." Nada bicara Bingbing terdengar sangat sedih, matanya menatap sendu Xiao Mingyui.
Xiao Mingyui tidak menjawab apa pun, pandangannya lurus ke depan. Dia menarik napas sedikit, lalu kembali melanjutkan langkah kakinya. "Kita harus cepat, Bingbing."
Bingbing menghela napas tipis, dia sedih sekaligus khawatir. Jika Xiao Jiwang terlihat acuh dan tidak melirik majikannya sama sekali, lalu bagaimana nanti kehidupan Xiao Mingyui setelah menikah? Bingbing tidak rela jika Xiao Mingyui mengalami kesengsaraan di sepanjang hidupnya. Tetapi dia tidak bisa melontarkan apa yang dia rasakan sepenuhnya saat ini, dia takut itu justru membuat suasana hati Xiao Mingyui semakin buruk. Tanpa banyak bicara lagi, Bingbing pun kembali mengikuti langkah kaki Xiao Mingyui.
Sesampainya di Istana Kediaman Wu Zeyuan, Xiao Mingyui disambut hangat oleh wanita itu. Wi Zeyuan tersenyum lembut ke arah Xiao Mingyui, lalu memeluknya erat.
"Aiya, kenapa baru tiba sekarang? Aku sudah menunggumu sangat lama! Kaisar pasti sengaja menahanmu, bukan?" ucap Wu Zeyuan, kemudian dia terkekeh pelan.
Xiao Mingyui kembali melayangkan senyumannya, namun tatapannya yang penuh kedinginan serta kehampaan tak pernah berubah.
"Baiklah, bibi. Mingyui memohon--" Belum sempat Xiao Mingyui menyelesaikan ucapannya, Wu Zeyuan dengan cepat menyela sambil nempel kan jari telunjuknya di atas bibir Xiao Mingyui.
"Ayo, duduk dulu. Kamu tahu? Aku sudah menyiapkan banyak hal begitu dekrit itu diturunkan." Wu Zeyuan tersenyum semakin cerah, tangannya menyeret Xiao Mingyui ke dekat meja besar yang penuh dengan kotak-kotak hadiah.
"Ini semua adalah hadiah sambutan yang akan kamu terima setelah resmi menjadi Putri Mahkota. Aiya ... aku terharu sekali ...." Wu Zeyuan menarik sapu tangan dari pelayanan pribadinya, lalu mengelap lembut bulir air mata yang sempat jatuh.
Xiao Mingyui mengerutkan keningnya. "Bibi, apa ini tidak terlalu berlebihan?"
Wu Zeyuan melotot begitu mendengar pertanyaan Xiao Mingyui. "Berlebihan? Berlebihan apanya? Kamu adalah Putri Xiao Wangfu yang akan menikah dengan seorang Putra Mahkota, pewaris takhta. Terlebih lagi, Xiao Jiwang adalah anakku satu-satunya, aku ingin membuat pernikahan kalian sangat megah! Aish ... mendiang Xiao Wangfei juga pasti akan setuju!"
Xiao Mingyui tertegun, kemudian dia terkekeh. Dia tidak menyangka bahwa Wu Zeyuan sangat menyukai perjodohan dia dengan putranya.
Wu Zeyuan melirik ke salah satu kotak yang diletakkan paling atas menduduki kotak-kotak yang lain, lalu menarik tangan Xiao Mingyui untuk mendekati kotak tersebut.
Wu Zeyuan dengan penuh kehati-hatian mengambil kotak tersebut, bentuk kotaknya memang tidak terlalu besar, namun sepertinya kotak itu adalah yang paling bernilai dan berharga di antara kotak hadiah lainnya.
Wu Zeyuan membuka kotak itu, lalu memperlihatkan isinya kepada Xiao Mingyui. "Ini adalah satu set perhiasan resmi seorang istri sah dari pewaris takhta. Seorang Putri Mahkota akan mendapatkan kalung agungnya dari seorang Huanghou, lalu kemudian diberikan satu set penuh perhiasannya lagi setelah suaminya sang Putra Mahkota diangkat menjadi Kaisar resmi. Tetapi, untuk pernikahanmu berbeda. Di hari pertama pernikahan kalian, aku dan Kaisar akan memberikan satu set penuh perhiasan ini untukmu, namun yang bisa kamu kenakan saat ini memang hanya kalungnya saja."
Kening Xiao Mingyui sedikit terlipat saat mendengar penjelasan dari Wu Zeyuan. "Apa perhiasan ini baru pertama kali disediakan? Mingyui tidak pernah melihat atau mendengar ceritanya."
Wajah Wu Zeyuan sedikit berubah saat mendengar pertanyaan Xiao Mingyui, namun dia tetap berusaha mempertahankan senyumannya dan menjelaskannya dengan baik kepada Xiao Mingyui. "Itu karena Kekaisaran kita tidak memiliki seorang Huanghou, Mingyui. Terakhir kali perhiasan ini dikeluarkan saat acara perayaan akhir tahun Kekaisaran belasan tahun silam. Perhiasan ini dikenakan oleh mendiang Rong Huanghou."
Xiao Mingyui mengangguk singkat, matanya menatap dingin perhiasan itu. Rong Huanghou ... wanita itu adalah pengkhianat Kekaisaran, namun anehnya Kaisar tidak pernah mencabut gelar wanita itu setelah dieksekusi. Sampai saat ini, Rong Xuan masih dikenal sebagai Huanghou Kekaisaran Timur yang sudah lama tiada, namun dengan pandangan masyarakat yang sangat buruk.
Wu Zeyuan menutup kotak perhiasan tersebut, lalu meletakkannya di atas tumpukkan kotak lagi dan kini menatap Xiao Mingyui sepenuhnya. Kedua tangan wanita itu menggenggam hangat lengan Xiao Mingyui. "Aku harap kalian dapat menjalani pernikahan yang bahagia. Percayalah padaku, Mingyui. Hati Xiao Jiwang tidak sepenuhnya keras, kamu hanya perlu berusaha sedikit. Aku mengizinkanmu membalas perbuatannya jika anak itu berani macam-macam, atau kamu bisa mendatangiku. Mengerti?"
Xiao Mingyui tersenyum, dia terlihat terkekeh kecil. "Baiklah, bibi. Terima kasih banyak."
"Aiya, dua bulan lagi kamu akan memanggilku 'Mufei'!" Wu Zeyuan tersenyum hingga menampakkan gigi depannya yang sempurna, wanita itu benar-benar gembira.
Sementara itu di Aula tempat berkumpulnya para pejabat untuk menghadap Kaisar sedikit ribut. Mereka kembali berkumpul setelah dekrit pertunangan Xiao Mingyui dan Xiao Jiwang disebar.
"Yang mulia, sepertinya dalam waktu dekat ini, perayaan pernikahan tidak terlalu tepat untuk dilakukan. Baru-baru ini terjadi longsor besar di dekat kaki gunung Lang Tao, tanah-tanah itu mengubur rata rumah-rumah penduduk yang tinggal dekat gunung Lang Tao. Sampai saat ini dana dan bala bantuan yang dikirim belum sempurna diberikan kepada para korban, bawahan ini khawatir jika para penduduk mendengar bahwa Istana mengadakan pesta pernikahan mewah dan megah, mereka akan mengamuk ...."Fang Jichang, bangsawan sekaligus pejabat yang menjadi musuh Xiao Jiwang. Pria itu berusaha mencegah pernikahan Xiao Mingyui dan Xiao Jiwang, karena jika mereka berdua bergabung, maka kekuatan Xiao Jiwang dan usahanya untuk menjatuhkan Xiao Wangfu akan semakin kuat.
Chen Lugo yang melihat Fang Jichang berusaha mencegah pernikahan Xiao Mingyui dan Xiao Jiwang pun merasa tidak senang, pria itu dengan cepat maju selangkah dan membungkukkan dirinya ke arah Xiao Jihuang. "Yang mulia, apa yang dikatakan oleh pejabat Fang memang tidaklah salah. Tetapi, hal itu tidak bisa menjadi alasan agar pernikahan di antara keduanya diundur. Istana dapat dengan tetap menggelar pernikahan, namun dengan konsep acara yang benar-benar sederhana. Atau, pesta besar dapat kita undur sedangkan upacara resmi tetap dilaksanakan."
Xiao Jihuang mendengarkan pendapat para pejabat, pria itu tahu alasan Fang Jichang melontarkan alasan seperti itu. Dia tahu mana yang baik dan tidak di sini, namun hal itu tidak membuat Xiao Jihuang dapat dengan seenaknya mengusir mereka yang tidak mendukung.
Kedua mata Xiao Jihuang melirik putranya yang sedari tadi hanya diam berdiri di depan para pejabat dengan raut wajah acuh tak acuh.
"Bagaimana pendapatmu, Putra Mahkota?" tanya Xiao Jihuang, membuat Xiao Jiwang melirik ayahnya dengan datar.
"Ya?" tanya Xiao Jiwang balik, dia benar-benar terlihat tidak peduli. Sikap ini sudah biasa dilihat oleh para pejabat, namun tetap saja membuat mereka sangat geram. Untuk Chen Lugo dan bangsawan pendukung Xiao Wangfu lainnya, mereka tidak dapat berkomentar banyak lagi karena Xiao Mingyui akan menikahi pria itu.
"Lebih baik ditunda atau tetap melaksanakan rencana awal?" tanya Xiao Jihuang, dia tidak tersinggung sama sekali dengan sikap menyebalkan Xiao Jiwang.
Xiao Jiwang tersenyum tipis, lalu melirik Fang Jichang. Alis kiri pria itu naik sekilas dan kembali menatap Xiao Jihuang. "Kenapa harus diundur? Apa lagi dengan alasan sampah seperti 'takut masyarakat mengamuk'. Bodoh, sebelumnya pihak Istana telah mengirimkan tiga ratus tael emas untuk membantu bencana tersebut, bagaimana bisa kurang? Ke mana perginya nominal besar tersebut? Korupsi? Lenyap seperti angin begitu saja? Atau memang harga barang-barang murah seperti selimut, makanan pokok, air, pakaian layak pakai kini menjulang tinggi seperti kebodohan koruptor?" Kepala Xiao Jiwang kembali menoleh. "Pejabat Fang, apa anda salah satunya?" Lalu dia terkekeh.
Fang Jichang mengepalkan kedua tangannya diam-diam, dia benar-benar membenci Xiao Jiwang. Sikap pria itu benar-benar menyebalkan.
Fang Jichang membungkuk lagi. "Yang mulia, anda menuduh bawahan ini tanpa bukti?Yang mulia, kita tidak hanya menggunakan dana tersebut untuk bantuan pokok, namun juga untuk biaya pengobatan dan keperluan tak terduga lainnya. Belum lagi biaya sewa tenda untuk tempat singgah para korban dan air bersih untuk membersihkan diri. Jika yang mulia ingin memastikan apa yang saya katakan adalah kejujuran, anda dapat memastikannya sendiri mengenai wilayah para korban saat ini."
Xiao Jiwang tersenyum dingin. Omong kosong, sepertinya otak Fang Jichang benar-benar kosong. Pria itu pikir dirinya bodoh? Bahkan satu tael perak saja dapat membeli tiga pasang pakaian dengan kualitas bahan yang cukup bagus, atau dibuat berbelanja makanan selama satu minggu penuh. Kalimat yang dikatakan oleh Fang Jichang sangat tidak masuk akal, terlebih lagi korban bencana hanya sekitar 50-100 orang, tiga ratus tael emas seharusnya dapat membangun kembali satu persatu rumah mereka, bahkan masih akan tersisa sekitar 50-70 tael emas.
"Yang mulia, apa yang dikatakan oleh pejabat Fang benar. Menurut hamba, Putra Mahkota lebih baik mengunjungi lokasi bencana sebelum pernikahan digelar jika memang ingin tetap melanjutkan rencana awal. Jika hal ini dilakukan, maka para penduduk mungkin tidak akan merasa terlalu keberatan." Salah satu pejabat yang merupakan Sekutu Fang Jichang pun satu persatu mulai melemparkan pendapat. Mereka semua berusaha mendorong Xiao Jiwang menuju gunung Lang Tao.
Xiao Jihuang melirik putranya lagi, lalu bertanya,"Bagaimana, Putra Mahkota?"
Tatapan mata Xiao Jiwang menjadi sangat dingin, matanya menatap datar ayahnya tanpa takut. Xiao Jiwang membungkuk singkat. "Putra ini mematuhi seluruh keputusan terbaik ayahanda."
Xiao Jihuang tersenyum, kepalanya mengangguk singkat. Tak lama, pria itu menoleh ke arah Xiao Xiangqing yang sedari tadi hanya menyimak. Pria itu tidak banyak bicara jika topiknya adalah Xiao Jiwang.
"Pangeran Xiangqing, bersediakah anda mendampingi Putra Mahkota dalam penyusuran kali ini?" tanya Xiao Jihuang, membuat beberapa pejabat terkejut, terutama sekutu Fang. Mereka terlihat tidak terlalu senang jika Xiao Xiangqing berada di sisi Xiao Jiwang.
Xiao Xiangqing tidak banyak bicara atau tanya, pria itu langsung membungkuk cepat. "Sebuah kehormatan, yang mulia. Saya bersedia." Lalu matanya diam-diam melirik Xiao Jiwang.
Xiao Jiwang menyadari tatapan Xiao Xiangqing, kedua mata elang pria itu bertemu. Keduanya saling melempar tatapan yang seolah memendam sesuatu.
Xiao Jihuang tersebut puas, hari itu keputusan dibuat. Xiao Jiwang akan mendatangi lokasi korban longsor yang dekat dengan gunung Lang Tao bersama Xiao Xiangqing. Perkumpulan pejabat pun dibubarkan, setelah Xiao Jihuang pergi, satu persatu dari mereka berjalan keluar.
"Anda bersedia?" tanya Xiao Jiwang ketika para pejabat sedang berjalan keluar. Xiao Xiangqing yang hendak pergi pun akhirnya tertahan, mata pria itu segera menatap Xiao Jiwang tanpa takut.
"Untuk kakak perempuanku," jawab Xiao Xiangqing singkat, lalu berlalu pergi meninggalkan Xiao Jiwang begitu saja.
Xiao Jiwang menatap dingin punggung Xiao Xiangqing, tak lama pria itu mendesah lelah. Lagi-lagi apa pun yang dia lakukan belakangan ini selalu berkaitan dengan Xiao Mingyui.
Sementara itu Fang Jichang dengan para sekutunya yang berjalan keluar bersama pun sedang membicarakan sesuatu.
"Kapak Putra anda akan kembali, taun Fang?" tanya salah satu pejabat yang menjadi sekutunya.
Fang Jichang tersenyum tipis. "Sore ini, kemungkinan besar dia akan tiba di Ibu Kota."
"Kabar baik! Apakah rencana kita yang sebelumnya mulai dapat dilaksanakan sekarang?"
"Rencana apa?"
Fang Jichang tidak menjawab dengan jawaban yang sesuai, pria itu menatap lurus ke depan dengan tatapan penuh rencana. "Dia akan menjadi senjata yang sempurna."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ristsant
next..
next...
next....
2023-06-15
0
Selly Rizki Melina
Next
2023-06-15
0