Kita suasana sedang sangat tenang, tiba-tiba Chen Qi muncul dan membungkuk ke arahnya. "Salam, yang mulia. Terima kasih karena telah menjaga yang mulia Putra Mahkota di kondisi seenaknya ini, mohon putri Mingyui tidak menyebar berita ini ke mana pun."
Xiao Mingyui mengangguk singkat. "Tidak perlu khawatir, karena wajah pangeran adalah wajahku juga di masa depan. Tolong berikan sup penawar mabuk setelah ini, Tuan Chen. Terima kasih."
Chen Qi terlihat sedikit terkejut, namun kemudian mengangguk dan tidak membantah perkataan Xiao Mingyui. "Baik, yang mulia."
Chen Qi membawa Xiao Jiwang ke Istana kediaman asal pria itu. Sepertinya nanti Xiao Jiwang tidak akan hadir di penutupan acara.
Xiao Mingyui berdiri, lalu memilih kembali ke area pesta. Sesampainya di sana, dia sedikit bingung. Tamu undangan terlihat berkurang, alunan musik juga tidak lagi terdengar. Seperti ... acara ini seolah sudah selesai.
"Jiejie, ke mana saja anda?" Suara Xiao Xiangqing menyadarkannya dari belakang, wanita itu bergegas menoleh dan menatap adiknya yang terlihat sangat khawatir.
"Acaranya sudah selesai?" tanya Xiao Mingyui.
Xiao Xiangqing mengangguk. "Benar, baru saja selesai. Kaisar, Wu Guifei, kakek Huang, dan aku khawatir sekali karena kau tak kunjung kembali ke area pesta."
Xiao Mingyui sedikit bingung, apa ... waktu yang dia habiskan bersama Xiao Jiwang terlalu lama? Bagaimana mungkin? Dia bahkan tidak menyadari bahwa waktu berlalu sangat cepat tadi. Ini baru pertama kalinya ia rasakan.
"Jiejie?" Xiao Xiangqing menyadarkan Xiao Mingyui lagi, pria itu sedikit merasa aneh karena kakaknya terlihat sangat linglung saat ini.
Xiao Mingyui menggelengkan kepalanya singkat untuk menyadarkan dirinya. "Tidak, aku baik-baim saja. Ayo, kembali Xiangqing."
"Ah ... maafkan aku, aku tidak bisa langsung kembali. Aku memiliki janji dengan Jenderal Qing dan Jenderal Besar Gu, ayah Gu Lingchu." Xiao Xiangqing menghela napas tipis data mengatakan ini, sepertinya dia juga merasa sangat lelah.
Xiao Mingyui mengangguk ringan, lalu menepuk pelan pundak adiknya. "Jangan terlalu memaksakan diri jika sudah terlalu lelah, segera kabari aku jika terjadi sesuatu."
Xiao Xiangqing tersenyum, kepalanya mengangguk-angguk. "Tentu."
Xiao Mingyui tersenyum melihat ini, dia segera berjalan pergi melewati Xiao Xiangqing untuk kembali ke kereta kuda mereka.
Belum sempat naik, tiba-tiba suara hangat menyapanya. Xiao Mingyui dengan cepat menoleh, sosok Rong Wangxia muncul tepat di belakangnya dengan senyum tipis.
"Putri Mingyui."
"Tuan muda Rong?" tanya Xiao Mingyui, wanita itu segera menorehkan senyum tipis sebagai formalitas.
"Anda ingin segera kembali ke Xiao Wangfu?" tanya Rong Wangxia.
Xiao Mingyui mengangguk. "Benar. Apa ada yang ingin Tuan Rong bicarakan?"
Rong Wangxia terkekeh, suara tawa dan senyuman pria itu benar-benar sangat menawan. Bahkan setelah tumbuh kerutan di wajahnya, pesona pria itu tak kunjung menghilang.
"Tidak, namun saya ingin menanyakan kabar Xiao Wangye dan Xiao Wangfei. Bagaimana kondisi kedua yang mulia? Hari ini saat datang saya belum sempat mampir ke Xiao Wangfu dikarenakan terburu-buru oleh urusan lain." Rong Wangxia mengatakan itu dengan bibir yang masih tersenyum. Ya, pria itu tidak tahu apa pun mengenai kabar terbaru Xiao Muqing dan Huang Mingxiang. Dia tidak tahu bahwa wanita yang dia cintai dan saingan beratnya dalam dunia percintaan sudah meninggal dunia.
Pandangan Xiao Mingyui perlahan menjadi dingin, matanya menatap datar Rong Wangxia. "Xiao Wangfei, beliau sudah meninggal satu tahun yang lalu. Sedangkan Xiao Wangye, beliau baru saja meninggal satu bulan yang lalu."
Deg!!
Senyum di wajah Rong Wangxia perlahan menghilang, ekspresi syok terbentuk sempurna di wajahnya. Rong Wangxia mengepalkan kedua tangannya, mulutnya perlahan sedikit terbuka karena terkejut.
"Apa anda bercanda?" tanya Rong Wangxia, dia menolak kenyataan ini.
"Apa saya terlihat bercanda dan main-main dengan membahas kematian kedua orang tua saya?" jawab Xiao Mingyui, keningnya terlipat.
Rong Wangxia terhuyung sedikit ke belakang, tangan kanannya dis letakkan di kening sisi sebelah kanan. Kepalanya tertunduk dalam, namun tak lama kembali terangkat untuk menatap Xiao Mingyui. "Bisakah ... bisakah yang mulia mengantarkan saya ke makam Xiao Wangfei dan Xiao Wangye?"
Xiao Mingyui tertegun kala melihat tatapan Rong Wangxia yang sangat sedih. Senyuman dan raut wajah lembut kini benar-benar menghilang menjadi kesepian, duka, dan hampa. Seolah raut wajah manisnya tidak pernah ada sebelumnya.
Xiao Mingyui mengangguk. "Tentu."
Xiao Mingyui segera naik ke atas kereta, lalu Rong Wangxia pun terburu-buru naik ke atas kereta kudanya sendiri untuk mengikuti kereta kuda Xiao Mingyui.
Xiao Mingyui memimpin jalan untuk menuju pemakaman kedua orang tuanya, entah mengapa dia tidak bisa menolak permintaan Rong Wangxia barusan.
Sesampainya di sana, Xiao Mingyui langsung menunjukkan makan kedua orang tuanya yang bersebelahan. Rong Wangxia dengan cepat duduk di antara keduanya, sebelah kiri adalah Huang Mingxiang dan kanan Xiao Muqing. Matanya menatap nanar kedua makam tersebut.
Xiao Mingyui berdiri tujuh langkah di belakang Rong Wangxia, memberikan ruang untuk pria itu. Sepertinya cerita mengenai persahabatan erat mendiang ibunya dan Rong Wangxia adalah sungguhan, terbukti kala melihat pria itu sangat terpukul mengetahui kabar kedua orang tuanya meninggal.
Rong Wangxia menundukkan kepalanya, diam-diam air matanya keluar membasahi pipinya sendiri. Tangan kanan Rong Wangxia bergerak merogoh kantungnya, lalu mengeluarkan kalung berliontin batu giok putih berbentuk penyu. Kalung itu adalah hadiah perpisahan dari Huang Mingxiang belasan tahun lalu sebelum dia memutuskan keluar dari Ibu Kota.
Air mata Rong Wangxia menetes hingga jatuh tepat di atas cangkang sang penyu, hatinya sangat pilu. Belasan tahun dia berkelana, meninggalkan kampung halaman dan wanita yang dia cintai. Belasan tahun dia pergi untuk melupakan cinta lamanya, berusaha menemukan pengganti Huang Mingxiang di hatinya. Tetapi, usahanya tak pernah berhasil. Dia selalu gagal melupakan Huang Mingxiang, hatinya selalu memanggil nama Huang Mingxiang. Tidak peduli berapa ratus dan juta kilo meter jaraknya dari Huang Mingxiang, hatinya selalu menyebut nama Huang Mingxiang dan kepalanya masih mengingat jelas seperti apa suara jernih penuh keberanian wanita itu.
Dia pergi bukan hanya ingin melupakan cintanya, namun dia pergi agar cintanya juga bahagia bersama cinta lainnya. Mendengar kabar bahwa Huang Mingxiang melahirkan anak kembar lalu memiliki keluarga kecil yang sempurna, dia ikut berbahagia meskipun jauh di dalam sana hatinya meronta kesepian.
Kini, mengetahui bahwa wanita yang dia cintai meninggal, Rong Wangxia tak mampu menahan air matanya. Pria itu mampu menahan air mata selama belasan tahun selagi dia merindukan Huang Mingxiang, pria itu mampu menahan air matanya, selagi Huang Mingxiang mencintai pria lain. Dia bisa bertahan karena tatapan hangat dan ceria dari Huang Mingxiang yang terus menyala, namun ... kini wanita itu sudah meninggal dan tak pernah membuka matanya lagi. Kini, dari mana lagi dia harus mendapatkan kekuatan untuk tidak menangis?
Rong Wangxia tersenyum tipis di tengah air matanya yang masih mengalir, matanya menatap kedua kuburan sepasang kekasih itu dengan nanar.
"Bahkan setelah belasan tahun aku masih memiliki perasaan yang sama. Meskipun sosokmu tak akan pernah lagi aku lihat secara nyata, namun setidaknya aku masih bisa melihatmu di dalam ingatanku. Jika dulu aku cemburu karena kalian selalu berjalan berdampingan, tetapi kini setelah kematianmu pun aku masih sama cemburunya ketika melihat makam kalian berdua berdampingan." Mata Rong Wangxia menatap makan Huang Mingxiang.
Menggeser tatapannya ke samping untuk melihat makam Xiao Muqing, bibir pria itu tersenyum tipis. "Di kehidupan selanjutnya, tolong berikan aku kesempatan untuk menjadi cintanya. Jika kalian memang cinta sejati tidak peduli berapa ratus kehidupan berlalu, maka berikan aku sedikit saja kesempatan, setidaknya sebulan. Agar aku dapat merasakan bagaimana rasanya cinta ini menjadi nyata, lalu ... aku tidak akan menyesal jika harus mati dan tidak bereinkarnasi."
Xiao Mingyui mendengar tipis-tipis apa yang diucapkan Rong Wangxia, dia terkejut kala mengetahui fakta bahwa pria itu memendam perasaan kepada ibunya.
Xiao Mingyui tidak akan mempermasalahkan hal tersebut, karena itu adalah masa lalu. Justru, kini pikirannya sibuk memikirkan hal lain. Ketika melihat sosok Rong Wangxia yang terlihat sangat hancur karena mengetahui wanita yang dia cintai meninggal, apakah semengerikan itu pengaruh cinta?
Sebelumnya Rong Wangxia terlihat baik-baik saja, namun setelah mengetahui ibunya meninggal dia langsung terlihat sangat kacau. Dia masih tidak mengerti, mengapa cinta memiliki dampak yang sangat besar untuk menghancurkan sesuatu. Dalam sekejap, cinta merubah segalanya. Seperti kondisi Rong Wangxia saat ini.
Mendongak ke atas langit, Xiao Mingyui mengerutkan keningnya. Dia berpikir, kira-kira ... apa yang akan dia lakukan jika terpengaruh oleh cinta?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Cinta memang banyak menghancurkan
2023-09-29
0
Az-Ra
eh..anak Mingxiang gak kembar lho
2023-06-13
1
M_June
double up thor plisss🙏
2023-06-12
0