Kereta kuda Xiao Wangfu yang dinaiki oleh Xiao Mingyui dengan tenang meluncur menuju Istana. Xiao Mingyui hendak menemui Wu Guifei, dia ingin membujuk Wu Guifei agar mau membantunya membujuk Kaisar. Xiao Mingyui sudah mendengar kabar mengenai kakeknya yang mengusulkan perjodohan antara dirinya dan Putra Mahkota, namun Kaisar tidak langsung setuju dan terlihat ragu. Oleh karena itu, dia akan menggunakan Wu Guifei agar membantunya.
Sesampainya di Istana, Xiao Mingyui segera disambut hangat oleh Wu Guifei. Mereka jarang sekali bertemu, namun kedekatan mereka tak perlu diragukan lagi. Sifat Wu Zeyuan yang hangat dan keibuan sangat mengimbangi karakter kaku serta dingin Xiao Mingyui. Wanita itu selalu memperlakukan Xiao Mingyui seperti putri kandungnya sendiri.
"Aiya, nak. Mengapa kamu tidak mengirim kabar terlebih dahulu sebelum kemari? Bibi sama sekali belum menyiapkan persiapan apa pun untuk menyambutmu." Bibir Wu Zeyuan tersenyum hangat, kedua tangannya menggenggam hangat kedua tangan Xiao Mingyui. Mereka berdua kini duduk di ruang tengah Istana kediaman Wu Zeyuan.
Xiao Mingyui terkekeh, kepalanya menggeleng pelan. "Aiya, mengapa bibi harus repot-repot sampai menyiapkan persiapan segala? Mingyui bukan tamu penting seperti perwakilan Kekaisaran luar."
Wu Zeyuan mengangguk dua kali. "Benar, namun kamu sangat penting di hatiku. Aish ... wajah pembawaanmu semakin mirip dengan mendiang Xiao Wangfei. Melihatmu sangat mengobati kerinduanku dengan beliau."
Xiao Mingyui tersenyum tipis. "Benarkah? Tetapi Mingyui pikir Mu qin masih segalanya di atas Mingyui. Mingyui belum ada apa-apanya dibanding prestasi dan kisah hebat beliau."
Wu Zeyuan mencolek lembut hidung Xiao Mingyui. "Waktu dan umurmu masih panjang, mengapa merendah begitu dalam? Di usiamu yang sangat muda Kaisar bahkan telah mengakui kehebatanmu, kamu pasti akan menemukan pasangan hidup yang setara."
Senyum Xiao Mingyui menghilang saat Wu Zeyuan menyebut pasangan hidup. Wu Zeyuan yang menyadari perubahan ekspresi dari Xiao Mingyui segera bertanya,"Ada apa denganmu, nak? Apa ... apa bibi menyinggung perasaanmu?" Raut wajah Wu Zeyuan terlihat sangat khawatir.
Xiao Mingyui menggeleng pelan, senyum tipis lembutnya kembali muncul. "Tidak, bibi. Mingyui baik-baik saja, hanya ...."
"Hanya apa?" tanya Wu Zeyuan penasaran.
"Jika membahas pasangan hidup, hati Mingyui terasa sangat hampa tiba-tiba. Mingyui belakangan ini sedang jatuh cinta, namun tidak tahu apakah kami berdua akan bersatu," jawab Xiao Mingyui, raut wajahnya terlihat sangat sedih. Seperti gadis muda yang patah hati.
Wu Zeyuan mengerutkan keningnya. "Kamu sedang jatuh cinta? Dengan siapa? Bagaimana mungkin pria itu menolak wanita sempurna seperti dirimu, nak? Kamu masih muda, pintar, dan cantik. Tidak mungkin ada pria yang berani menolakmu. Katakan siapa pria itu? Bibi akan membantumu." Setelah mengatakan ini, raut wajah Wu Zeyuan berubah. Dia teringat akan diskusinya dengan Kaisar sebelumnya mengenai perjodohan Xiao Mingyui dengan putranya Xiao Jiwang. Hasil dari diskusi mereka masih abu-abu, mereka juga bingung untuk menentukan keputusan. Mereka berdua sebenarnya setuju saja jika Xiao Mingyui dan Xiao Jiwang menikah, namun ... apakah keduanya akan hidup berumah tangga dengan bahagia? Bagaimana jika Xiao Mingyui tertekan dengan sikap putra mereka?
Xiao Mingyui menghela napas, kemudian wajahnya terlihat memerah. "Mingyui tidak berani menyebut namanya, Niangniang. Sepertinya perasaan ini memang sebaiknya tidak ditunjukkan ke permukaan."
Wu Zeyuan menggeleng. "Tidak, katakan saja, nak. Jika ada pria yang kamu inginkan, bibi akan membantumu. Bibi akan membujuk Kaisar untuk menurunkan dekrit pernikahan kalian."
Xiao Mingyui menatap Wu Zeyuan. "Bibi berjanji? Tetapi ... Mingyui, merasa tidak pantas untuknya. Dia memiliki posisi dan gelar yang tinggi, takut Mingyui hanya menjadi beban untuk dia. Mingyui juga takut pandangan baik bibi terhadap Mingyui akan berubah."
Wu Zeyuan mengerutkan keningnya. "Aku? Kenapa aku harus memandangmu berbeda? Mingyui, jatuh cinta adalah hal yang wajar. Kamu masih muda dan baru saja jatuh cinta, kamu tidak akan tahu hasilnya akan seperti apa jika kamu tidak nekat mencoba."
Xiao Mingyui menghela napas lagi, kepalanya menunduk dalam. Sebelum benar-benar mengangkat kepalanya dan menatap mantap Wu Zeyuan, wanita itu meremas kain hanfunya.
"Pria yang Mingyui ... Mingyui sukai adalah ...." Xiao Mingyui menunduk lagi. "Putra Mahkota ...."
Wu Zeyuan membelalakkan kedua matanya, pandangannya menatap lekat ke arah Xiao Mingyui. Astaga, sungguh? Xiao Mingyui menyukai putranya? Putranya yang terkenal bengis itu? Dia memang banyak mendengar pujian mengenai para wanita muda yang memuji anaknya tampan, namun ... tidak ada yang sampai memiliki perasaan jatuh cinta seperti yang dia lihat di Xiao Mingyui saat ini.
Wu Zeyuan menarik tangan kanan Xiao Mingyui, menggenggamnya erat. Kedua mata indah yang telah memiliki kerutan itu menatap lekat Xiao Mingyui. "Kamu ... sungguh-sungguh?"
Xiao Mingyui mengangguk mantap. "Ya, Niangniang."
"Tetapi ... kamu tentu mengetahui rumor bahwa--"
"Mingyui tidak keberatan. Mingyui mencintai Putra Mahkota dengan hati tulus Mingyui sendiri, Niangniang." Xiao Mingyui memotong cepat, matanya balas menatap dengan keseriusan yang sangat tinggi.
Hening, Wu Zeyuan masih dalam rasa keterkejutannya. Tiba-tiba, pelayan masuk dan membisikkannya sesuatu. Setelah pelayanan itu pergi, Wu Zeyuan kembali menatap Xiao Mingyui dan berkata,"Mingyui, apa kamu mau membantu bibi untuk mengantar makan siang Putra Mahkota di bukit belakang Istana?"
Xiao Mingyui sedikit bingung, namun dia dengan tenang mengangguk. "Tentu, bibi."
Wu Zeyuan kembali terkejut, dia tidak menyangka Xiao Mingyui benar-benar berani menghadapi putranya. "Sungguh? Tetapi saat ini kondisi Putra Mahkota sedang tidak baik karena kemungkinan baru saja menerima kritikan dari para bangsawan. Pelayan tidak ada yang berani mengantar makanan untuk Putra Mahkota dan--"
"Mingyui bersedia, bibi." Xiao Mingyui tersenyum menatap Wu Zeyuan, lalu melirik ke pelayan pribadi Wu Zeyuan. "Mama, bisa tolong anda beritahu saya di mana kotak pengantar makanan untuk Putra Mahkota?"
Pelayan pribadi Wu Zeyuan terlihat terkejut, namun kemudian dia mengangguk. "Tentu, yang mulia."
Xiao Mingyui kembali menatap Wu Zeyuan, lalu berkata,"Kalau begitu, Mingyui izin pamit undur diri untuk mengantar makan siang Putra Mahkota."
Wu Zeyuan mengangguk pelan, matanya masih menatap lekat dengan penuh rasa ketidak percayaan. "Tentu, nak. Hati-hati."
Wu Zeyuan menatap sosok Xiao Mingyui yang keluar dari ruangannya dengan senyum tipis, kemudian menyandarkan punggungnya dan memejamkan kedua matanya.
"Benar-benar mirip seperti ibunya," gumam Wu Zeyuan.
Xiao Mingyui benar-benar naik ke atas bukit dengan bantuan kereta kuda. Jalan menuju bukit itu tidak terlalu sulit untuk dilewati, namun gejolak kasar tetap tidak bisa dihindari.
Xiao Mingyui memeluk kotak pengantar makanan dengan erat, dia khawatir isi di dalamnya akan terbalik dan berantakan ke mana-mana.
Tak lama, kereta kuda itu berhenti. Xiao Mingyui menyingkap tirai jendela kereta, hanya ada hitam dan tanaman liar yang dia lihat.
Xiao Mingyui perlahan turun, Bingbing tetap setia menemaninya. Xiao Mingyui menoleh ke arah sang kusir dan Bingbing. "Kalian berdua tetap di sini, tidak perlu mengikutiku. Mengerti?"
"Tetapi, yang mulia--" Saat Bingbing ingin melempar penolakan, Xiao Mingyui segera memotong cepat.
"Turuti kata-kataku, Bingbing." Setelah itu Xiao Mingyui beranjak pergi dan mulai mencari keberadaan Putra Mahkota yang sudah dijelaskan oleh pelayan pribadi Wu Zeyuan tadi.
Sesampainya di sana, Xiao Mingyui melihat sosok laki-laki yang duduk memunggunginya. Pria itu terlihat sangat kesepian jika dilihat dari belakang.
Xiao Mingyui terus berjalan mendekatinya sampai akhirnya tiba tepat di belakang Xiao Jiwang. Kedua matanya takjub saat melihat pemandangan air terjun, dia tidak menyangka ada air terjun di tempat seperti ini.
"Salam, yang mulia." Xiao Mingyui membungkuk singkat, lalu kembali berdiri tegak.
"Yang mulia, saya membawakan makan siang untuk anda atas perintah Wu Guifei Niangniang," lanjut Xiao Mingyui.
Xiao Jiwang menoleh, kedua alisnya terlihat menyatu dan matanya menatap kesal Xiao Mingyui. "Mengapa harus kamu?"
Xiao Mingyui menghela napas, lalu duduk tepat di samping Xiao Jiwang tanpa takut sambil mengeluarkan satu persatu makanan yang disiapkan oleh para pelayan tadi.
"Para pelayan mengetahui bahwa kondisi hati anda sedang sangat buruk, oleh karena itu mereka tidak berani menemui anda. Mereka takut kehadiran mereka malah membuat suasana hati anda semakin buruk," jawab Xiao Mingyui.
Xiao Jiwang masih memasang ekspresi kesal. "Mengapa Mufei harus repot-repot meminta bantuan anda? Takut atau tidak itu sudah menjadi pekerjaan mereka, jika tidak ingin bekerja maka lebih baik mati."
Xiao Mingyui mengangguk tipis. "Benar, apa yang anda katakan tidak salah. Tetapi, itu tidak masalah. Saya baik-baik saja jika harus menggantikan pekerjaan pelayan seperti ini, justru saya merasa ini adalah sebuah penghormatan."
Xiao Jiwang menoleh lagi, tatapan matanya semakin tajam. Dia sepertinya benar-benar kesal dengan kehadiran Xiao Mingyui. "Apa ini masih ada hubungannya dengan kejadian tiga hari lalu? Apa anda kini berusaha membujuk Mufei?"
Xiao Mingyui menaikkan alis kirinya, gerakannya menyusun piring-piring makanan itu segera terhenti. Kedua matanya menatap Xiao Jiwang datar. "Tidak. Saya tidak meminta Wu Guifei untuk melakukan apa pun, saya hanya bercerita mengenai perasaan saya. Sesama wanita bercerita mengenai persoalan asmara adalah topik yang sudah biasa, saya hanya bercerita sedikit mengenai perasaan saya untuk anda."
Xiao Jiwang terlihat semakin kesal, lalu dia kembali menatap ke arah air terjun. "Menjijikkan. Jika seluruh pelayan takut padaku, bagaimana denganmu? Kamu tidak takut denganku? Aku bisa membunuhmu begitu saja di sini sekarang."
Xiao Mingyui tersenyum tipis. "Mengapa saya harus takut dengan anda? Satu-satunya ketakutan saya mengenai anda adalah khawatir bahwa anda akan terluka. Mengenai rasa takut, perasaan suka saya lebih besar dari pada rasa takut."
Xiao Jiwang menggelengkan kepalanya pelan. "Kamu tidak tahu apa pun mengenai rasa suka. Kamu mengatakan kata-kata penuh bunga, namun tatapanmu terlihat mati. Sepertinya Xiao Wangfu benar-benar tempat yang membentuk karakter memanipulasi orang, ya?"
Xiao Mingyui mengerutkan keningnya. "Saya tidak asal bicara. Apa yang anda katakan benar, hati saya belum mengerti apa itu suka dan cinta. Saya melakukan ini semua untuk keluarga saya, namun ... saya juga memikirkan hubungan kita berdua untuk kedepannya. Jika saya resmi menjadi pasangan anda, maka saya harus hidup selamanya dengan anda dalam kondisi apa pun. Dari pengetahuan saya, cinta dan suka akan dapat tumbuh seiring waktu. Lagi pula, bukankah Putra Mahkota sama seperti saya? Anda juga belum pernah mengenal apa itu cinta dan suka, mengapa harus melempar gunjingan seperti itu? Dari pada saling menggunjing, mengapa kita tidak belajar untuk mengenal rasa suka dan cinta bersama?"
Xiao Jiwang diam, pria itu tidak lagi menjawab atau menoleh. Tatapan penuh kekesalannya masih menatap lekat pemandangan air terjun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sama dingin dan ketua dlm berbicara
2023-09-28
0
Arix Zhufa
mingyui kerahkan acting mu
2023-06-07
0
Az-Ra
Nau nanya Thor, selirnya Jihuang yg hamil dulu waktu Si Rongrong msh hidup gimana kbrnya. Dia jg temenan sama Mingxiang
2023-06-07
0