"Pamer apa?" tanya Roma heran, kedua alis tebal nan pekat lelaki ini saling bertautan.
"Ya, pamer kalo ada mantan kamu yang cantik itu datang cuma buat melepas rindu. Berjilbab syar'i tapi nyamperin laki-laki," sarkas Mikha dengan wajah juteknya.
"Aku gak pamer ya. Aku manggil kamu kesini karena mau ngajak makan siang bareng. Aku tau kalo di kantin tuh kamu suka di gangguin mahasiswa yang pada naksir sama kamu," jelas Roma dengan tatapannya yang intens pada Mikha hingga tak bergeser sedikitpun dari wajah cantik natural di hadapannya ini .
Mikha terkesiap kaget, namun gadis ini mampu merubah ekspresinya seketika agar kembali seperti semula. "Jadi, siapa dia dan mau apa kesini?" cecar Mikha.
"Kamu mau tau aja, apa mau tau banget?" goda Roma seraya menyembunyikan senyumnya. Ia tak menyangka jika Mikha peduli padanya di saat ada wanita lain yang datang menemuinya.
"Hei, aku serius ya!" tukas Mikha ketus.
"Dia Hanum. Teman sekelas selama empat tahun si kampus ini. Kami cukup dekat, hingga aku sempat berpikir jika kami akan berjodoh nantinya. Tapi ternyata, jodohku adalah kamu. Si cewek barbar," jelas Roma sambil menyiapkan makanan yang tadi dia pesan lalu menyodorkannya kehadapan Mikha.
"Jadi, kalian enggak pacaran sebelumnya? Bukan mantan gitu?" cecar Mikha lagi, dan hal itu cukup menciptakan lengkungan sabit tersembunyi di wajah Roma.
"Tidak Mikha. Kami berdua sama-sama tau hukumnya. Bahwa dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran. Serta tidak di benarkan hubungan selain pernikahan. Karenanya, kami berdua tentu tidak mungkin melakukan hal itu," jelas Roma.
"Jadi, dia wanita yang menjaga dirinya ya? Kalau begitu kenapa di datang kesini sendirian untuk menemui kamu. Sudah gitu kalian janjian ketemu di taman pula." Sontak pertanyaan Mikha barusan membuat Roma seketika tersedak suapan pertamanya.
"Hei, perlahan saja. Apa kamu gak baca doa makan?" tukas Mikha sambil menyodorkan air minum untuk Roma. Pandangan matanya terus menatap pria dihadapannya ini penuh khawatir.
Karena, Mikha pernah menyaksikan langsung di depan matanya seorang pria mati seketika karena tersedak.
Uhukk! Uhukk!
Roma terus terbatuk-batuk tak henti, hingga Mikha memutuskan untuk mendekati lelaki itu.
"Apa aku harus melakukannya?" Mikha lebih dahulu bertanya dalam hatinya karena ia sedikit ragu jika harus bersentuhan secara tak langsung dengan Roma. Meskipun hubungan mereka nyatanya sudah sah menurut agama dan juga negara.
Dirinya berpikir cepat, ia tak mungkin diam saja melihat Roma menderita seperti ini. Sekalipun, ia tak suka namun pria ini belum pernah melakukan kesalahan padanya. Justru Roma sangat perhatian dan mencukupi semua kebutuhannya.
Melihat Roma semakin tersiksa maka Mikha pun berpikir untuk segera bertindak karena saat ini sudah gak ada cara lain lagi. Mikha membuat Roma membelakanginya, lalu gadis itu melingkarkan kedua tangannya di dada lelaki tersebut.
Setelahnya, Mikha menaik-turunkan tubuh atletis Roma beberapa kali.
Nyatanya, Mikha mengeluarkan seluruh tenaga dalamnya untuk dapat melakukan pertolongan pertama itu pada orang yang lebih tinggi darinya.
Tak lama kemudian, Roma mengeluarkan sesuatu dari dalam mulutnya. Hingga lelaki itu pada akhirnya bisa bernapas lega.
Mikha dengan cepat meraih air mineral di atas meja, kemudian membukanya untuk meminumkan kepada Roma.
Roma terlihat menenggak minuman itu hingga habis setengah botol.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Mikha serius.
Roma lebih dulu menghela napasnya perlahan sebelum menjawab pertanyaan Mikha.
"Ambil napas dulu deh, exhale end inhale," kata Mikha lagi.
"Alhamdulillah, aku sangat baik saat ini. Terima kasih Mikha. Kamu menyelamatkan aku dari salah satu cara kematian yang menyakitkan," ucap Roma sepenuh hati.
"Iya, itu tak apa. Aku hanya gak bisa liat ada orang menderita di depanku," jelas Mikha sebelum lelaki di hadapannya ini salah persepsi.
"Darimana kamu bisa belajar cara pertolongan pertama gitu? Apa kamu pernah ikut eskul PMR?" tanya Roma bermaksud menelisik kedalam kehidupan Mikha.
"Bukan hanya PMR. Aku bahkan pernah dilantik sebagai tim SAR termuda," jawab Mikha dengan bangga.
"Masyaallah. Ternyata kamu ini memang bukan wanita biasa," puji Roma dengan senyum lembut nan menawannya.
Mikha kembali terkesiap, namun kali ini terselip rasa kagum kala melihat ketampanan Roma bertambah tiga kali lipat pada saat lelaki itu tersenyum.
"Aku ini emang bukan wanita biasa. Aku ini tidak pantas di nikahi. Karena kau tidak akan mendapatkan apa yang kau harapkan pada pernikahan dariku," kata Mikha yang memilih untuk kembali melanjutkan makannya.
Dia harus buru-buru menyelesaikan urusannya dengan Roma. Lelaki yang notabene adalah suami sekaligus dosennya di kampus ini.
"Siapa bilang tidak pantas. Aku tidak akan pernah melepaskanmu Mikha," ucap Roma tegas hingga Mikha kesulitan untuk menelan makanannya.
"Sekuat apapun kamu ingin lepas dari pernikahan ini, maka sekuat itu aku akan mempertahankan kamu," kata Roma lagi.
Glek.
Mikha semakin kesulitan mengunyah pada saat mendengar pernyataan Roma setelahnya. Apa maksud ucapan lelaki itu sebenarnya.
Lelaki ini kembali meneruskan makannya tanpa peduli dengan ekspresi Mikha. Karena ia teringat dengan janjinya pada Hanum tadi.
Karenanya Roma harus menyelesaikan sesi makan siangnya dengan cepat. Kejadian barusan nyatanya telah membuat Hanum menunggu dirinya terlalu lama.
Benar saja.
Ternyata di taman, Hanum sudah mulai duduk dengan gelisah. Ia nampak menunggu lelaki yang akhir-akhir ini datang kedalam mimpinya. Sehingga Hanum yakin akan keputusannya saat ini.
"Kenapa Kak Roma lama sekali? Dia tidak mungkin mengerjai Hanum kan? Lalu, siapa kira-kira perempuan muda itu?" batin Hanum dengan berbagai pertanyaan yang bersarang di dalam hatinya.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Neulis Saja
hanum menurutmu sesuai dan baik belum tentu menjadi jodohmu dan yang menurutmu tdk baik boleh jadi jodohmu that is Allah's secret
2024-12-21
1
Uyhull01
akhhh ska malu malu gtu Mi 😁
itu istrinya Num,
2023-06-11
1