"Selamat pagi, semua. Perkenalkan saya adalah dosen kalian selama dua semester untuk mata pelajaran Ilmu Islam dan bisnis. Salam kenal semoga kita bisa bekerja sama dengan baik," tutur Roma memperkenalkan dirinya.
"Namanya siapa Pak dosen ganteng?"
"Whooooo!"
Pertanyaan dari salah satu mahasiswi yang berani itu sontak mendapat sorakan dari yang lain.
"Saya Roma Al Qory," jawab Roma singkat.
"Bapak masih muda, kayak seumuran sama kita," celetuk Ocha yang bibirnya telah gatal untuk ikut berkomentar. Otomatis dia pun mendapat lirikan tajam dari Mikha.
Tak ayal, Roma yang menoleh ke Ocha juga melirik sekilas ke arah Mikha. Gadis itu segera membuang pandangannya. Entah kenapa rasanya tak kuat bertatapan mata langsung dengan Roma.
"Saya alumni mahasiswa di sini, baru di wisuda beberapa hari yang lalu dan di minta untuk mengisi kekosongan pengajar. Jadi, tentu saja saya lebih tua dari kalian semua," jelas Roma seraya menegaskan batasan antara dia dan para mahasiswanya.
"Bolehlah ya, kita panggil Kakak dosen?" kata seorang mahasiswi lagi. Entah kenapa para pencari ilmu, akhir-akhir ini nampak begitu berani dengan pendidik mereka. Bahkan untuk menggoda secara terang-terangan sekalipun.
"Panggil saya bapak, no debat!" tegas Roma penuh penekanan dengan tatapannya yang juga tajam, hingga para peserta didiknya pun menutup mulut mereka.
"Selesaikan mata kuliah saya dengan baik tanpa nego maupun main belakang. Atau kalian tidak akan saya luluskan dan mengulang lagi untuk satu tahun ke depan. Paham!" tegas Roma lagi.
Aura lelaki ini nampak begitu menakutkan dan seketika semua pun menjadi tegang. Nampaknya wajah dosen mereka yang manis dan bentuk bibirnya yang lembut itu nyatanya tak seperti dugaan mereka. Sifat Roma sangat bertolak belakang dengan raut wajahnya yang bersahabat.
Mungkin inilah maksud dari istilah, jangan memandang buku dari sampulnya saja.
"Gila, ternyata dia galak," bisik Ocha yang langsung di tertawakan oleh saudari kembarnya itu.
"Tapi tetep aja ganteng dan gemesin," kata Ichi, menimpali komentar dari Ocha.
Mikha mulai merasa tak nyaman karena dua orang yang duduk di dekatnya ini terus melemparkan pujian kepada suaminya.
"Eh, suami? Apa-apaan!" batin Mikha seraya memukul kepalanya reflek. Sontak hal ia lakukan tersebut mengundang tanya kedua kawannya ini.
"Lo kenapa Mi?"
"Tauk, Lo pake pukul-pukul kepala segala," tanya Ichi dan Ocha heran.
"Gue pusing tau gak dengerin ocehan kalian berdua. Apa gak ada pembahasan lain?" ketus Mikha menjawab dengan sorot mata malas.
"Ih, Lo mah aneh. Masa sih gak ada tertariknya sama ketampanan dosen muda kita," kata Ocha.
"Lo makin kagak normal aja tau gak Mi," celetuk Ichi.
Ocehan keduanya hanya di balas Mikha dengan dengusan. Sudah sering mereka bertingkah seperti ini dan mengatainya tidak normal karena memang Mikha selalu menganggapi para lelaki itu biasa saja.
Tapi tidak dengan tanggapan pada Roma. Mikha tak bisa menahan perasaannya untuk cuek begitu saja ketika mendengar para gadis ini memuji dan memuja lelaki yang telah mengucap namanya pada saat ijab dan qobul.
Perdebatan ketiganya rupanya dapat disadari oleh Roma karena diam-diam lelaki ini memang memperhatikan istrinya di kursi belakang sana.
"Kalian bertiga kenapa sibuk sendiri? Apa kalian ingin menggantikan saya untuk menjelaskan materi di depan kelas!" tegas Roma yang langsung mengunci mulut si kembar manis ini.
Bahkan keduanya langsung menunduk dan saling menyikut.
Mikha merasa heran karena pandangan dari Roma itu datar dan biasa saja seolah mereka berdua tidak pernah saling mengenal sebelumnya.
Bukankah itu lebih bagus dan sesuai dengan yang kau inginkan Mikha?
"Jadi gini cara mainnya. Oke, Lo jual gue beli!" batin Mikha seraya tersenyum smirk.
Pelajaran pertama pun selesai dan Mikha langsung di seret oleh dua kawannya untuk segera pergi ke kantin.
Mikha tak dapat melepaskan perhatiannya dari lelaki yang berada di depan kelas karena terdapat beberapa gadis yang sedang mengajak Roma berbicara dengan gestur yang mencurigakan.
"Mikha, ayok!"
"Katanya gak tertarik tapi Lo ngeliatin Mulu!" protes si kembar manis.
"Idih siapa juga yang peduli!" tampik Mikha.
Ia pun berjalan cepat dan paling depan dari si kembar.
"Woy tungguin!" teriak Ichi dan Ocha sambil berjalan cepat mensejajarkan langkah mereka dengan Mikha.
Sepanjang jalan menuju kantin entah sudah berapa kali Mikha mendapat sapaan dan juga godaan dari mahasiswa lain.
Wajahnya yang cantik dengan bibir berwarna merah alami itu juga bentuk tubuhnya yang sintal membuat mata para laki-laki nakal tak bisa mendiamkannya begitu saja.
"Dasar otak mesum!" umpat Mikha dengan tatapannya yang ketus pada setiap mahasiswa yang mengedip nakal padanya.
"Makanya punya muka ama bodi jangan kebangetan cakep. Begini deh resikonya," kata Ocha.
Kebetulan bentuk tubuh kedua temannya ini ramping dan mungil. Tidak seperti Mikha yang tinggi dan proporsional.
Akan tetapi kalau di depan Roma maka tinggi Mikha hanya sebatas dada pria yang tingginya memang kayak tiang listrik itu.
Sesampainya di kantin Mikha dan dua kawannya ini langsung memesan makanan. Karena Mikha pun mulai merasakan cacing dalam perutnya berdisco ria karena kurang asupan.
Tak lama terdapat tiga orang pemuda yang datang menghampiri mejanya.
"Halo cantik! Boleh gabung kan?" kata pemuda yang berwajah kebulean ini dengan tatapan yang cukup mengganggu. Pasalnya pemuda ini langsung menatap Mikha dengan intens.
"Meja banyak kali. Ngapain harus gabung di sini!" jawab Mikha ketus.
"Ya, bolehlah kan mau sekalian kenalan," timpal pemuda itu tak menyerah.
"Kita di sini karena lapar, bulan mau kenalan!" sahut Mikha lagi tanpa menoleh pada lawan bicaranya karena ia kembali sibuk dengan layar ponselnya.
"Ya gapapa, sekali dayung kan dia tiga pulau bisa terlampaui. Siapa tau, dari mengisi perut lapar dapat kenalan terus jadi pacar," goda pemuda itu lagi.
Nyatanya hal yang dia lakukan membuat Mikha bertambah muak saja.
"Tapi kita gak lagi ada di danau maupun sungai. Jadi gue gak ada niat bawa dayung ataupun sampan. Gue, cuma mau makan!" tegas Mikha dengan tatapannya yang menyorot tajam.
Pemuda itu mendengus kasar.
Ia pun langsung berdiri dengan rahang yang mengeras.
"Belagu banget lu ya jadi anak baru!" marah pemuda itu dengan mengebrak meja. Tatapannya nampak tak terima dengan penolakan yang Mikha lemparkan padanya.
"Emangnya apa masalah Lo!" Mikha tak gentar dan juga ikut membalas dengan menggebrak meja dan juga berdiri. Tatapannya tak kalah tajam dari pemuda di hadapannya ini.
"Lo tau gak lagi berhadapan dengan siapa, hah!" tantang pemuda tersebut yang bernama Roy Joyden.
"Sorry, gue gak perduli!" ketus Mikha lagi dengan senyum sinis.
Ocha dan Ichi sudah beberapa kali menarik sweater Mikha agar kawannya ini mengalah.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Neulis Saja
kalau bisa yg belagu itu throw aja jgn kasih kendor Mikha
2024-12-20
1
🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
hehhehehe... kenapa tuh.... mulai ada rasa
2025-01-07
1
Uyhull01
ada bgusnya juga jd cwe tomboy dan bar bar bisa ngusir laki laki jelalatan,
2023-06-05
1