Mikha melewati pelajaran hari ini dengan lancar. Meskipun telinganya hampir tuli karena terus saja mendengar pujian kagum dari para mahasiswi sekelasnya mengenai dosen mereka yang tak lain adalah suaminya sendiri.
Meksipun Mikha sampai saat ini tidak mengakui bahwa Roma adalah suaminya. Tetapi hatinya kesal juga ketika beberapa mahasiswi terang-terangan menggoda Roma di depan matanya.
"Dimana otak mereka. Roma sudah berkali-kali menegaskan bahwa ia tidak suka di perlakukan seperti itu. Kenapa mereka semua kepala batu?" batin Mikha menggerutu.
Hingga pelajaran berakhir dan Mikha keluar kelas paling terakhir. Gadis yang mengenakan outfit seperti biasa, yaitu Hoodie dan celana Jogger ini melenggang begitu saja tanpa menyapa Roma yang masih ada di depan kelas.
Roma hanya sekilas melirik Mikha yang melewatinya tanpa menyapa. Haih, memang apa yang di harapkannya dari gadis pembangkang itu.
Tapi ...
Roma mengepalkan tangannya.
Mikha hampir saja sampai ke kantin seperti janjinya pada si kembar yang sudah jalan lebih dulu ketempat itu. Tetapi, ada seorang yang terdengar memanggil namanya dari belakang.
"Mikha!"
Gadis yang selalu mengenakan pasmina asal-asalan ini pun menoleh.
"Ada apa?" tanya Mikha datar.
"Kamu di panggil pak dosen ke ruangannya," kata gadis yang mengenakan kacamata tebal tersebut. Kebetulan tadi dirinya keluar paling belakang setelah Mikha.
"Emang dimana ruangannya?" gumam Mikha seraya mendengus kesal.
"Di sebelah kantor para rektor," jawab gadis berkacamata itu lagi.
"Ya udah makasih," kata Mikha. Dia pun harus menunda waktu untuk mengisi perutnya yang sudah kembali merasa lapar.
Mikha pun memutar balik tubuhnya tak jadi melangkah masuk ke dalam kantin. Bagaimana pun Roma adalah dosennya dan mungkin pemanggilan pria itu ada hubungannya dengan tugas serta nilai mata kuliahnya.
Di tengah perjalanan menuju kantor, Mikha dihadang seorang mahasiswa. Mikha terlihat menghindar dari godaan serta rayuan pemuda tersebut secara sopan. Mikha memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanannya yang hampir sampai ke gedung sebelah.
Tetapi, lagi-lagi langkahnya kembali di hadang bahkan mahasiswa tersebut berani meraih tangannya. Mikha tentu saja langsung menepisnya. Dan pemuda itu terlihat tak suka terhadap penolakan Mikha kepadanya.
"Gue cuma mau kenalan, karena kita sekelas. Kenapa Lo belagu banget sih!" kata pemuda itu sambil menahan kesalnya.
"Hah, apa kata Lo? Gue belagu?" ulang Mikha dengan ekspresi datarnya.
"Iya, gue gak percaya pas anak-anak cowok bilang kalo Lo itu sombong. Tapi ternyata semuanya itu kenyataan!" sarkas pemuda tersebut.
Mikha tertawa getir. "Emangnya wajib ya meladeni kalian para laki-laki yang minim attitude. Emang wajib juga ya para perempuan itu menanggapi kalian? Emang ada peraturan tertulisnya, gitu hah!" hardik Mikha yang sudah tak mampu lagi menahan kesal dan emosinya.
Bagaimana tidak kesal jika hampir setiap saat ia harus kembali menemukan tipikal pria yang sama. Memaksa untuk berkenalan dan berjabat tangan dengan mereka, padahal Mikha anti bersentuhan dengan lawan jenisnya.
Sekalipun, pakaian Mikha masih asal sehingga tidak menutup aurat dengan sempurna tetapi, dirinya memang tidak suka berdekatan dengan yang namanya laki-laki.
Perdebatan antara Mikha dan salah satu mahasiswa rupanya tak lepas dari pengawasan seorang pria di dalam gedung melalui jendela kantornya yang menghadap langsung ke jalan.
Dimana saat ini ia melihat Mikha yang terus berusaha menghindar dari paksaan pemuda yang ingin sekali berkenalan dengannya.
"Gue, sebagai warga negara dan juga manusia punya hak buat nolak setiap orang. Dan, Lo gak punya hak buat maksa gue!" tegas Mikha lagi dengan tatapan yang mengintimidasi.
Pemuda di hadapannya ini mendengus dan balik menatapnya tajam. Sekalipun dalam hatinya ia merasa cukup gentar dengan sorot mata tak biasa dari Mikha.
"Oke, oke gue pergi!" pria itu mengangkat kedua tangannya sambil berjalan mundur perlahan. Pandangan tetap tak berpindah dari sosok cantik di hadapannya ini.
"Tapi, suatu saat gue bakalan hadir lagi di hadapan Lo dan pada saat itu Lo gakkan bisa nolak gue," katanya penuh percaya diri.
Mikha menatap pemuda itu dengan malas dan raut wajah menahan muntah.
"Gue gakkan nyerah, Mi. Suatu saat Lo bakalan gak bisa lagi nolak gue," batin pemuda tersebut dengan seringai penuh arti.
"Pengganggu!" umpat Mikha setelah pemuda itu tak terlihat lagi di depan matanya.
Roma kembali ke kursinya. Setalah ia melihat bagaimana Mikha bisa menjaga diri dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tak lama kemudian terdengarlah pintu diketuk dari luar.
"Mana mungkin Mikha sampai secepat ini? Kantorku kan di lantai dua. Setidaknya gadis itu harus naik tangga dulu," batin Roma.
"Masuklah!"
Pintu ruangan dibuka dan tampaklah satu sosok wanita muda yang cantik lagi modis.
"Selamat siang Kak Roma," sapanya hangat.
"Kok kamu?" kaget Roma yang mana ia tengah menunggu kedatangan Mikha namun yang nampak di hadapannya ini adalah, sosok perempuan yang ingin sekali dan sedang berusaha ia lupakan.
"Kok kaget banget gitu? Emang gak boleh ya Hanum main ke kampus ini untuk ketemu sama dosen baru? Ciiee ... jadi dosen," goda gadis itu dan hal tersebut pun memancing tawa renyah dari keduanya.
"Kamu ini, dateng cuma buat ngeledek aku, hem?" tanya Roma.
Hanum pun duduk dengan anggun dan masih terus memandangi wajah pria tampan di hadapannya ini.
"Hanum dateng kesini ya karena kangen sama kampus kita ini, Kak. Juga kangen sama ..." Hanum tak meneruskan kata-katanya karena gadis itu lebih memilih untuk memalingkan wajahnya yang kesemutan dan tiba-tiba bersemu merah.
"Kangen sama siapa? Jangan bilang kangen sama aku ya," goda Roma yang berniat bercanda namun sedetik kemudian hal itu membuatnya menyesal tatkala Hanum menjawab, "Iya."
"Eh?"
"Selain sama lingkungan kampus, ya juga kangen sama temen-temen yang ada di sini, terutama Kakak," ucap Hanum dengan raut wajah malu-malu hingga warna kemerahan di pipinya itu semakin membuat wajahnya yang ayu nampak menggemaskan.
Deg!
Roma berusaha sekuat tenaga untuk menetralkan debar jantungnya.
"Apa-apaan ini? Dia manggil aku kesini mau pamer kah?" geram Mikha yang nampak berdiri di depan pintu yang tidak tertutup sempurna.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Neulis Saja
ya jgn dulu marah masuk dulu ke biar tahu seperti apa faktanya
2024-12-21
1
Uyhull01
ahemmm yng mulai ada rasa merasa jgn salah paham Mi,
2023-06-10
1