"Baca dong. Kamu kan anak lulusan universitas, jangan nanya melulu!" ketus Mikha seraya melipat kedua tangannya dan menatap ke arah Roma dengan lekat.
"Aku gak mau tau isinya!" Roma melempar kertas tersebut ke atas nakas tanpa mau tau apa saja poin-poin yang telah Mikha susun.
"Heh! Lo baca deh! Setelah itu kita tanda tangan di atas materai. Nanti gue deh yang keluar buat beli tuh materainya," kata Mikha dengan logat bicaranya yang kasar.
"Untuk apa ada surat perjanjian untuk satu tahun ke depan? Apa rencanamu?" telisik Roma seraya berjalan mendekat dan hal yang ia lakukan itu membuat Mikha beringsut menjauh.
"Hey, lu stop! Jangan deket-deket gue!" pekik Mikha yang mana hal itu langsung membuka membuat kedua mata Roma membulat.
"Bisa gak sih kamu gak usah teriak-teriak ngomongnya. Kan gak enak kalo misalnya di denger sama orang tua aku!" ujar Roma yang semakin lama geram juga melihat tingkah laku Mikha. Gadis asing yang tau-tau di daulat untuk ia nikahi.
"Ya makanya lo jangan sekali-kali ya berpikir bisa nyentuh gue. Kita ini cuma nikah paksa dan gak ada cinta atau perasaan di antara kita. Gue gak mau ya ngelayanin elo! Dan Lo gak bisa maksa gue!" kecam Mikha seraya melindungi dirinya dengan menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.
"Gak mau di sentuh tapi pake kaos yang bahannya tipis gitu," batin Roma menggerutu.
Bagaimana pun dia laki-laki yang memiliki hasrat. Apalagi Mikha adalah gadis yang yang ibarat bunga tuh baru saja mekar. Kecantikannya begitu segar dan alami.
Tetapi, gadis itu belum apa-apa sudah memberi ultimatum bahkan membuat perjanjian hitam di atas putih segala.
"Kamu tenang aja. Aku gak akan menyentuh kamu. Meskipun saat ini aku adalah pemilik ragamu seutuhnya tapi aku masih punya perasaan dan hati nurani. Kamu masih remaja dan aku gak akan maksa, karena kita juga belum pernah kenal sebelumnya," ucap Roma agar gadis di hadapannya ini tidak menatapnya dengan horor begitu.
"Ya elo emang gak bisa maksa gue. Emang mao gue patahin lo punya ituan!" ancam Mikha lagi dengan sorot matanya yang tajam.
Membuat Roma bergidik ngilu membayangkan miliknya di patahkan oleh gadis galak seperti Mikha.
"Udah jangan ngancem melulu. Mendingan tidur deh, besok kita bakalan pindah," kata Roma mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.
"Apa? Pindah?" heran Mikha. Ia pikir mereka berdua akan tetap tinggal di sini.
"Iya ke apartemen mungil aku. Sederhana kok gak mewah kayak apartemen Umma ini," jelas Roma.
Mikha pun tersenyum sinis. "Bagus deh kalo gue tinggal berdua doang sama dia. Jadi kita gak perlu pura-pura harmonis. Asik gue bisa bebas lagi!" batin Mikha bersorak kegirangan dengan sekumpulan rencananya.
"Oh bagus deh kalo gitu. Gue mau kita pisah kamar ya. Malam boleh deh lo tidur satu kasur sama gue. Tapi awas! Jangan berani macem-macem!" ancam Mikha lagi.
Roma yang malas menanggapi karena hari ini fisik dan juga batinnya cukup lelah. Sehingga Roma memutuskan untuk menggulung tubuhnya dengan selimut dan berbalik membelakangi gadis yang sudah sah menjadi istrinya.
Mikha pun meletakkan dua guling sebagai pembatas, setelahnya baru ia merebahkan raganya dengan kasar ke atas tempat tidur.
Kasur pun bergoyang, dan Roma yang baru saja ingin melelapkan kedua matanya kembali terjaga. "Astagfirullah. Bisa pelan-pelan kan naik ke atas kasurnya? Gak usah banting badan kayak gitu," tegur Roma.
Lelaki ini yang biasa tidur sendiri kini mulai merasa risih dah terganggu.
"Ribet lo ah. Banyak banget aturan!" ketus Mikha.
Gadis itu pun turun dan memutuskan untuk tidur di sofa panjang yang kebetulan ada di pojok ruangan itu.
Roma berbalik, kemudian menggelengkan kepalanya pada saat istrinya itu justru memilih tidur di sofa ketimbang di tempat tidur yang nyaman ini.
Lelaki ini menghela napas panjang dan berpikir bahwa ia pasti akan menemukan banyak hal tak biasa yang terjadi pada pernikahannya.
Keesokan harinya.
Mikha bangun dan mendapati dirinya telah terbalut dengan selimut yang semalam ia tau dikenakan oleh Roma.
Lelaki yang telah menjabat tangan ayahnya dan itu artinya Roma telah resmi menjadi suaminya.
"Cih, suami. Enak aja, cita-cita gue masih panjang!" gerutu Mikha seraya masuk ke kamar mandi karena ia sadar jika waktu sudah sangat siang.
Sementara itu di lantai bawah. Telah terdapat beberapa koper berderet.
"Kenapa Mikha belum turun juga, Rom? Ini udah jam berapa, kalau dia kelaparan gimana?" cecar Annisa yang khawatir terhadap menantunya itu.
"Nanti kalo lapar juga dia bakalan turun, Um. Tenang aja gak perlu bingung dan terlalu memusingkan dia," kata Roma yang mana hal itu langsung membuat Annisa menatap sinis kepada sang putra.
"Kamu gak pantes ngomong gitu ke istri kamu, Nak. Cepat naik dan tengok keadaannya!" titah Annisa yang mana langsung di angguki patuh oleh Roma.
Roma sampai di depan kamarnya dan ia pun langsung membuka pintunya.
"Aaaa ...!"
Terdengar teriakan kencang dan Roma pun langsung berbalik badan.
"Maaf, aku gak tau!" kata Roma seraya mengibaskan telapak tangannya.
"Makanya kalo masuk kamar tuh ketik dulu. Gak sopan!" omel Mikha seraya mempercepat gerakannya mengenakan pakaian. Karena tadi pas Roma masuk Mikha sedang mengenakan penutup dadanya.
"Sialan nih lakik! Semoga aja dia gak liat tadi!" batin Mikha kesal.
"Udah belum?" tanya Roma.
"Udah nih!" jawab Mikha.
Roma pun berbalik dan memasang wajah cemberut.
"Itu akan ada ruangan khusus untuk berganti pakaian. Kenapa kamu pake bajunya di sini?" tegur Roma.
Secara tidak langsung dan sekilas tadi ia sempat sedikit melihat salah satu onderdil milik Mikha. Dan tentu saja hal itu membuatnya pikirannya traveling.
"Padahal dia baru lulus SMA. Tapi perhiasannya kenapa sebesar itu?" batin Roma.
Lelaki itu pun menggelengkan kepalanya pada saat ia sadar apa yang tengah lewat dipikirannya. Dan dia harus membuangnya jauh-jauh.
"Terserah gue lah mau make baju dimana? Lagian baju gue kan masih ada didalam tas jadi ngapain segala masuk ke sana!" dalih Mikha membela dirinya.
"Ya aku juga gak salah dong. Lagian ini kamar aku sendiri jadi ngapain pake ketuk pintu segala!" balas Roma membela dirinya. Karena ia tak terima jika di salahkan dan juga mendapatkan kembali tatapan sinis dari Mikha karena kejadian ini.
"Lagian ya Mikha, asal kamu tau. Aku tuh sah meskipun liat tubuh kamu secara keseluruhan! Jangankan cuma ngeliat, ngerasain aja boleh," kata Roma seraya berjalan mendekat dengan tatapan tak kalah tajam dengan gadis di hadapannya ini.
"Sial! Dia mau apa coba!" batin Mikha takut.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Neulis Saja
next
2024-12-19
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
Mikha benar" gadis bar"
2023-06-14
2
Uyhull01
haihhh klian kya kucing sma tikus aja deh,
2023-06-04
3