"Tuan?" antara bingung dan bahagia Freya mendapati dua sosok Almero di alam yang nyata.
"Anda bisa keluar?" tanya Freya sembari menyingkirkan Almero yang ada didepannya, namun nihil, Benjamin Almero masih nyaman disela ceruk lehernya.
"Ya, aku bisa keluar, bodohnya aku, kenapa harus menuruti keinginan makhluk aneh seperti mu!" gerutu Almero yang berjalan mendekati Freya.
"Siapa laki-laki ini?!" sedikit emosi Almero kala ia melihat Freya bersama laki-laki lain, entah mengapa perasaan hatinya begitu terganggu dengan kehadiran laki-laki lain di antara mereka.
"Tunggu! Apa masalah ku? Siapapun dia, bukan urusan ku, dan bawalah dia pergi dari kamar ku!" terdiam Freya melihat reaksi dari Benjamin Almero.
Seperti ABG yang sedang cemburu, tapi mungkin kah Almero mempunyai perasaan seperti itu kepada dirinya yang sering kali di kata makhluk tidak jelas?
Bentrok pikiran bahagia dan bingung di dalam otak Freya, di sisi lain ia merasa bahagia karena berhasil mempertemukan keduanya yang memang harus segera menyatu, tapi di sisi lainnya lagi gadis itu bingung dengan sikap aneh Tuannya yang terlihat seperti cemburu.
"Tuan? Anda cemburu?" tanya Freya dengan senyum yang tak dapat ia tahan lagi, sementara itu wajah Almero terlihat memerah, entah marah atau malu, hanya dia yang tau.
"Apa kau bilang? Cemburu? Tidak-tidak! Aku tidak mungkin mempunyai rasa terhadap makhluk yang rasnya saja tidak jelas seperti mu!" cibirnya dengan melipat kedua tangannya didada.
"Lagi pula buat apa aku menyimpan rasa kepada gadis yang suka berdekatan dengan sembarangan laki-laki," cetusnya tanpa sadar, dari situ Freya dapat menyimpulkan bahwa ada rasa yang tumbuh di dalam hati pemuda polos itu.
"Tuan! Sampai kapan kau akan memelukku seperti ini, lihat lah dirimu yang lain saja cemburu melihat dirimu yang ini!" cetus Freya kepada Benjamin Almero yang masih asik membenamkan wajahnya di sela ceruk leher Freya.
Melotot terkejut Almero kala ia mendengar Freya memanggil laki-laki lain itu sebagai Tuan juga, "Lihatlah! Bahkan aku dengan bodohnya merasa bangga di panggil Tuan olehnya, sementara di depan laki-laki lain dia juga memanggil laki-laki itu sebagai Tuannya," batin Almero dengan tatapan tak sukanya.
"Astaga, dia lucu sekali, bahkan kau cemburu dengan dirimu sendiri Tuan!" Freya memaksa Almero untuk menghadap kearah di mana Almero polos berdiri.
Terkejut bukan main, Almero melihat sosok yang sama dengan dirinya, hanya saja yang duduk di depan Freya ini lebih berkarisma dan lebih tajam tatapannya, juga...
"Tunggu! Siapa dia?" tanya Almero kepada Freya.
"Dia jiwa asli mu yang telah lama tertidur Tuan," cetus Freya.
"Apa?!" seperti tak percaya Almero, mendapati dirinya menjadi dua.
"Jika kau tak percaya maka akan sulit untuk kalian menyatu," ucap Freya.
Almero dengan kilatan mata merah darah menatap kearah Almero yang bingung dengan keadaannya saat ini.
"Perkuatlah fisiknya dulu, takut nya dia akan hancur saat raga lemahnya itu menyatu dengan jiwa ku yang terlalu kuat ini," nada sombongnya membuat Almero mendelik kesal.
"Apa dia bilang? Aku lemah? Kurang ajar!" batin Almero dengan tatapan tidak terimanya.
"Dia belum siap lebih baik kau latih dulu, aku akan kembali nanti!" pamit Benjamin Almero dengan mata merah darah yang menatap kearah Freya.
"Tapi Tuan..."
Cup!!
Kecupan singkat di bibir Freya itu tanda pamit Benjamin Almero sebelum ia benar-benar lenyap dari pandangan mata Freya.
"Tunggu Tuan!" terhenti ucapan Freya karena sang Tuan memang sudah benar-benar lenyap dari pandangannya.
"Shial! Harusnya kau jelaskan kepada dirimu yang belum tau apa-apa itu!" lirihnya dengan umpatan-umpatan kemarahan yang tidak bisa terlampiaskan.
"Kejar saja dia! Kau menyukainya, kan?! Dia kekasih mu? Tuan mu?! Kejar saja!" ucap Almero yang berjalan menuju ranjang yang berukuran King Size.
Mengerut kening Freya mendapati ucapan demi ucapan yang keluar dari bibir merah sang Tuan.
"Anda marah Tuan?" cetus Freya yang masih dilanda bingung juga masih berusaha mengontrol amarahnya.
"Marah? Buat apa?" sekilat Freya melihat jika Tuannya melirik kearahnya, namun saat gadis itu menatap balik...
"Nggak penting!" cetusnya dengan nada ketus bahkan segera Almero masuk kedalam selimut tebal yang mampu menenggelamkan tubuh berototnya.
"Ayolah Tuan! Jangan seperti anak kecil yang sedikit-sedikit marah!" Freya merangkak dan berusaha menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Almero, namun belum sampai jemari lentik itu menarik selimut tebalnya, tiba-tiba...
Terdiam Freya dengan memejamkan kedua matanya, "Fe! Kau dimana? Ada penyusup di luar! Baunya seperti bangsa serigala!" suara Alvin merasuk kedalam otak Freya.
Segera Freya ber teleportasi, Slap!!
Gadis itu kini sudah berpindah di kamar dimana kedua kakaknya berada, "Mereka mengantarkan nyawa ternyata!" cetus Freya dengan memandang kawanan serigala dari jendela kamar yang ia tempati.
"Apa yang akan kau lakukan? Anak-anak manusia ini jangan sampai terluka!" cetus Alan yang memang memegang teguh pesan dari ayahnya.
"Aman! Dia tanggung jawab ku!" sahut Freya yang segera melesat pergi dari kamar kedua kakaknya.
Slap!!!
Hanya dalam hitungan detik saja Freya sudah lenyap dari hadapan kedua kakaknya, Alvin dan Alan segera menyusul adik perempuannya itu.
Di antara pepohonan yang lebat dengan dedaunan, tak jauh dari kastil yang tengah digunakan oleh anak-anak manusia itu beristirahat.
Sekitar lima serigala dengan tubuh yang sangat besar tengah berbaris memandangi kastil tua yang masih berdiri dengan megahnya.
"Kau yakin ini tempatnya?" seekor serigala bernama Jack bertanya kepada Aldo yang tak lain adalah kakak dari serigala bernama Lovie, ya pangeran serigala itu yang memimpin perjalanan keempat kawanannya.
"Yakin! Apa kau meragukan kemampuanku dalam membaca pikiran? Bahkan aroma yang Lovie simpan di dalam otaknya saja tercium jelas di sini," ucap Aldo dengan menghirup dalam-dalam udara yang ada di sekitarnya.
"Lalu apa rencana selanjutnya?" tanya Jack.
"Seperti rencana awal," santai Aldo berucap dan kemudian merubah wujudnya menjadi manusia, begitu juga dengan ke empat kawannya.
"Tapi sepertinya akan sulit jika makhluk penghisap darah itu masih bernaung di sini," cetus Albert si serigala putih yang berdiri di samping Jack.
"Kau melihatnya?" tanya Aldo.
"Ya... bahkan kita sedang diawasi dari jendela yang terlihat gelap itu," ucap Albert dengan menatap salah satu jendela yang terdapat pada dinding kastil.
Sejenak semua mata memandang kearah yang ditunjuk oleh Albert, "Jika sudah ketahuan, ya sudah kita kecoh saja mereka! Pura-pura saja salah satu dari kita tertangkap oleh mereka, pasti akan dengan mudah kita melacak keberadaan suku ras kita, kan?" cetus Maxentius, salah satu serigala bertubuh paling besar, dan saat berubah menjadi manusia, otot-ototnya sangat kekar.
"Bau, Anjing! Berani sekali kalian mengantarkan nyawa kesini?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments