Seperti dua orang yang berbeda

Setelah semalaman mencekam dengan sinar bulan sabit juga pasukan bintang yang berhiaskan awan mendung, kini hari telah berganti bahkan kicauan burung hutan sudah mengusik telinga, walau sinar sang surya tak mampu menembus kegelapan awan hitam juga rerimbunan pohon di hutan ini.

Terlihat pemuda yang semalaman terlelap di atas ranjang berukuran King Size itu mulai mengerjapkan kelopak matanya, bulu mata lentik nan tebalnya ia usak, berusaha memperjelas pandangan yang masih buram, juga alis tegasnya yang sesekali mengernyit membuat gadis yang sedari tadi memandanginya semakin terkagum juga terpesona akan keindahan yang haqiqi itu.

Mengedar pandang bola mata hitam yang baru saja beradaptasi dengan sinar lampu kamar.

Melihat langit-langit kamar Almero sebelum akhirnya ia melihat kearah samping kanannya dan...

"Hah!!" terkejut Almero sampai bangun dari posisi tidurnya.

Tersenyum Freya yang berbaring di samping kanan Almero, "Pagi?"

"Siapa kamu?!" tanya Almero dengan menarik selimut tebal demi menutupi raga bidang yang hanya tertutup T-Shirt putih tipis.

Freya mengerut keningnya, "Semalam dia menghisapku sampai aku tak lagi berdaya, dan kini dia bertanya siapa aku?! Oh astaga, kenapa kesannya di sini malah seperti aku yang menikmatinya!" batin Freya masih dengan menatap wajah tampan itu.

"Aku? Bukankah seharusnya yang bertanya itu aku? Ah lupakan!" terdiam sejenak, Freya beringsut dari rebahannya, ia duduk mendekat pada tubuh bidang Almero yang masih setia ditutupi selimut tebal.

"Aku dengar kau sedang melakukan penelitian di daerah sini, dan kebetulan rumah yang kau tempati ini adalah rumah ku," cetus Freya dengan menatap mata Almero.

Kedua pasang netra berbeda warna itu saling bersitatap satu sama lain, ada kilatan merah yang lebih menyala didalam netra Freya.

"Astaga, kornea nya merah, apa dia memakai softlens? Apa dia seorang artis? Lihat saja kulitnya yang halus juga tubuhnya yang bagus terawat," batin Almero dengan mata yang menelusuri lekuk indah gadis yang ada dihadapannya.

Pick!!

"Kau lihat apa?!" cetus Freya dengan menjentikkan jari di depan wajah Almero, tersentak si tampan itu, "Maaf," lirihnya, segera Almero mengalihkan pandangannya dengan pipi yang memerah tentunya.

"Ya Tuhan, Ya Tuhan, Ya Tuhan!! Apa ini?! Kenapa otak ku tiba-tiba berpikiran kesana?! Bahkan digoda Fani saja aku tidak tertarik, tapi dengan dia, kenapa?!" batin Almero bergejolak.

"Yang kau tempati ini kamar ku," lagi gadis cantik nan seksi itu berucap.

"Hah? Benarkah? Maafkan aku, maafkan aku?" berulang kali Almero membungkukkan tubuhnya demi meminta maaf.

"Tak apa, aku akan memaafkan mu," bisik Freya tepat di samping telinga Benjamin Almero.

Pemuda tampan itu merasakan gelanyar aneh tengah merayapi tubuhnya, bahkan bagian sensitifnya kali ini merespon.

"Maaf nona, tapi ini tidak benar," lirih Almero.

"Hem? Memangnya apa yang ku lakukan?" Freya segera berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

Almero dibuat bingung oleh pikirannya sendiri, Ceklek!!. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan terlihat Rosalie membawa semangkuk sup panas lengkap dengan teh hangatnya.

"Ros?" panggil Almero, sedang gadis itu hanya tersenyum sambil berjalan mendekati dirinya.

"Baguslah kalo lo udah bangun, sarapan dulu gih! Kita semua khawatir dengan keadaan lo yang tiba-tiba pingsan kemarin," ucap Rosalie, kedua tangan gadis itu sibuk menata hidangan untuk sarapan Almero diatas nakas.

"Sorry, gue sendiri juga bingung," cetus Almero dengan menggaruk kepalanya.

"Makanlah dulu, aku tunggu di luar ya!" pamit Rosalie dengan senyum manisnya.

Brak!! tertutup pelan pintu kamar itu, Almero masih saja memandangi tubuh yang sudah sudah menghilang terhalang pintu kamar.

"Siapa dia? Kekasihmu?"

"Hah!" tersentak kaget Almero saat tiba-tiba gadis cantik nan seksi itu duduk di sampingnya, siapa lagi kalau bukan Freya Victoria?

"Astaga! Kau membuatku terkejut!" cetus Almero.

"Jawab pertanyaan ku! Siapa dia?" sekali lagi Freya menginterogasi Almero.

"Oh, dia teman ku," sahutnya enteng, namun sejenak ia terdiam kemudian...

"Tunggu! Memangnya apa urusannya dengan mu? Siapa dia, tidak jadi masalah, kan?" cetus Almero dengan meraih sup kiriman dari Rosalie.

Sejenak Freya terdiam, "Kau juga melakukan itu dengannya?" tanya Freya dengan menunduk.

"Uhuk!!" tersedak Almero mendengar pertanyaan dari Freya.

"Apa maksud mu?" tanya Almero yang entah mengapa otaknya selalu traveling ke adegan yang iya-iya saja.

"Kau memang sama dengan laki-laki lain! Habis manis sepah dibuang!" cetus Freya dengan mengalihkan pandangannya.

Almero meraih kedua pundak Freya, agar mereka berhadapan saat berbicara, "Tunggu-tunggu! Kau... em... tidak mungkin semalam kita..." terdiam Almero kala ia melihat banyaknya tanda merah di leher dan belahan dada gadis cantik yang ada di hadapannya.

"Astaga! Apa... Ini perbuatan ku?" tanya Almero dengan melihat baik-baik tanda merah dipermukaan kulit putih nan mulus itu.

Tersenyum tipis Freya, ia meraih dagu Almero agar berhenti menatap dadanya, "Kau lupa? Kemari biar aku ingatkan!"

Tercengang Almero kala bibir basah keduanya menyatu, begitu lembut, manis-manis asam seperi buah tomat, tapi ini lebih lembut.

"Tunggu! Ini sangat nikmat dan lembut, aku tidak bisa berhenti," batin Almero yang perlahan memejamkan matanya.

Niat hati ingin menolak, namun kini malah ia yang lebih ganas dari gadis yang kini sudah berada dibawah kungkungannya.

"Ah, terasa sesak dibawah sana!" batinnya lagi dengan terus mengobrak-abrik isi dalam bibir manis gadis itu. Setelahnya Almero sedikit merasakan pusing ditengah-tengah memanasnya adegan ciuman keduanya.

Freya menghindar dari ciuman ganas Almero, ia merasa Almero sudah tak selembut dan selugu tadi, mungkinkah jiwa aslinya kembali bangkit seperti malam tadi?

"Tuan? Anda kembali?" tanya Freya.

"Ya sayangku, aku bangkit kembali berkatmu," sahut Almero dengan kilatan mata merah darahnya.

"Baik, mari sekarang kita mulai mempertahankan jiwa asli anda!" ajak Freya.

Namun tidak sesuai rencana baik Freya, "Lalu siapa yang akan menidurkannya?"

Terdiam sejenak keduanya, bahkan untuk menelan saliva saja susah bagi Freya saat ia merasa ada sesuatu yang mengganjal dibawah sana."

"Tunggu Tuan, tapi ini siang hari dan teman-teman anda pasti akan masuk kekamar ini," cetus Freya.

Ceklek!!

Dengan kekuatannya, Almero menggerakkan kunci pintu dan mengunci pintu kamar itu. Terkagum Freya melihatnya, "Sungguh kemampuannya sudah sangat hebat bahkan dia baru bangun semalam," batinnya dengan menatap kagum laki-laki yang kini duduk di atasnya.

"Masalah sudah teratasi, sekarang..."

"Tunggu, tapi hamba belum mandi," sela Freya dengan beralasan.

"Oh bagus kalau begitu, kita mandi bersama saja! Ide mu tidak kalah menarik, mungkin itu akan menyenangkan," cetus Almero dan dengan segera ia menggendong Freya, keduanya menuju kamar mandi.

^^^Di ruang tengah...^^^

Alex dan Levin baru saja selesai membersihkan mobil, sedangkan Fani dan Rosalie menyiapkan bekal dan beberapa alat untuk mereka bawa, rencana mereka akan melakukan penelitian siang nanti, mumpung diluar cuaca tak semendung kemarin.

"Bagaimana keadaan Almer?" tanya Alex yang duduk di samping adiknya atau Rosalie.

"Almer masih terlihat linglung, tapi tampangnya terlihat lebih segar dari pada kemarin," cetus Rosalie yang menjelaskan.

"Ah yang bener? Kemarin aja dia pucat pasi, udah kaya mayat hidup," cetus Levin yang tidak percaya dengan penjelasan Rosalie.

"Lo nggak percaya? Lihat saja sendiri!" jengkel Rosalie karena penjelasannya tidak dipercaya oleh Levin.

"Ok! Gue keatas dulu bentar!" Levin segera berjalan menuju lantai dua, ya kamar Benjamin Almero lah tujuannya.

Ceklek-ceklek!!

"Terkunci?" gumamnya, seketika kekhawatiran menyelimuti hati Levin, "Mer! Almer! Lo di dalam?!"

Brak-Brak-Brak!! Tak sabaran Levin menggedor-gedor pintu kamar itu.

Ceklek!!

Pintu terbuka, dan bukan wajah santai, lugu, polos milik Almero yang muncul di sana, melainkan wajah bengis, tatapan sadis, juga mata tajam milik Almero yang Levin dapati.

Bertelanjang dada dengan hiasan bulir-bulir air yang menghiasi tubuh kekar Almero, juga handuk yang melingkar di pinggang pemuda tampan yang terlihat bengis, semua perbedaan itu masuk kedalam mata Levin dan merasuk kedalam otaknya.

"Oh, lo mandi ya? Sorry, gue pikir lo kenapa-kenapa," ucap Levin dengan perasaan tak menentu, "Ok, lanjutkan! Gue tunggu dibawah sama yang lain," imbuh Levin sebelum ia ngacir menuruni anak tangga dan kembali ke ruang tengah.

Detak jantung Levin tak menentu, bahkan tremor menguasai tubuh atletisnya.

"Lo kenapa Vin?" tany Fani yang melihat keanehan temannya.

"Almer... Almer..." Tak kunjung selesai kata-kata yang Levin ucapkan.

"Almer kenapa?" bersamaan, Rosalie dan Alex berteriak khawatir.

"Almer, dia..."

"Sudah lama kalian menungguku? Maaf aku baru selesai," terhenti ucapan Levin kala ia melihat Almero sudah berjalan mendekat kearah kerumunan teman-temannya.

"Rosalie, terimakasih untuk sup nya, ini sangat enak," cetus Almero yang memberikan mangkuk kosong kepada Rosalie.

Terdiam mereka semua, terutama Levin, "Bukankah tadi dia baru saja selesai? Lalu ekspresi nya tadi? Gue harus hati-hati, jangan-jangan dia kerasukan hantu penunggu rumah tua ini, sungguh seperti dua sosok yang berbeda," batin Levin dengan menunduk, sesekali ia mencuri pandang kearah Almero.

"Kalian kenapa?" tanya Almero dengan melihat satu persatu teman-temannya.

"Tidak apa-apa, kita cuma khawatir dengan keadaan lo," jelas Alex, dia tidak mengatakan Levin yang tiba-tiba tremor setelah kembali dari kamar Almero...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!