Memikat dan Terpikat

Semakin membaik kondisi Benjamin Almero, mereka memutuskan untuk berkeliling kastil tua yang sangat luas ini.

"Sementara barang-barang kita tinggalkan disini saja dulu!" ucap Alex.

"Siap!" sahut semuanya, mereka mulai berjalan menyusuri setiap lorong.

"Apakah sebelumnya ada yang pernah tinggal di sini?" tanya Fani.

"Sepertinya begitu," sahut Rosalie yang melihat satu gelas heels yang masih berisi penuh dengan cairan merah.

"Jangan-jangan mereka masih di sini?" sedikit merasa takut Fani menerka-nerka, takut jika yang menginap di sini ternyata orang jahat, penculik, pencuri, atau perampok, pikiran-pikiran buruk terus menggelayuti otak Fani.

Berbeda dengan Almero, jika mereka fokus dengan kondisi dalam rumah yang sepertinya ada penghuni lain, otak Almero masih terpaku dengan sosok cantik yang belum lama ini muncul di kejauhan.

Namun saat matanya menyapukan pandangan ke seluruh sudut ruangan, ia malah menemukan dinding yang berisikan lukisan.

Terlihat seorang laki-laki yang dengan gagahnya berdiri, dan di sampingnya ada seorang wanita cantik yang duduk.

Kehilangan satu temannya, keempat remaja itu kembali dan mendekati Almero, "Lo ngapain sih?!" Alex yang menyeletuk segera di tepuk pundaknya oleh Rosalie.

"Shut! Liat, ada lukisan!" bisik Rosalie.

Semua mata memandang kearah lukisan yang sedari tadi mengalihkan atensi Almero.

"Barang lukisan doang!" celetuk Levin.

"Eh tapi ngomong-ngomong, kok wajahnya mirip kayak lo ya Al, jangan-jangan ini bapak nya Almero," celetuk Levin dengan nada banyolan nya.

"Hish! Kalo ngomong! Ya mana ada dia bapaknya Almero! Dari model pakaiannya saja kaya jaman kerajaan gitu," sahut Fani.

Ditengah perdebatan Fani dan Levin, Almero malah tertarik untuk menyentuh lukisan sepasang kekasih itu.

Tersentuh permukaan kanvas yang dilapisi kaca, seketika Almero merasakan ada yang aneh di dalam otak dan juga hatinya.

Seperti ia mempunyai serpihan dan juga kepingan ingatan yang entah mengapa sulit sekali untuk ia ingat, sampai...

Brugh!!

"Almer!" teriak keempat remaja yang berdiri di samping Almero.

Benjamin Almero, terkapar tak berdaya, ingatan yang seolah minta di ingat membuatnya sakit kepala hingga pingsan lah hasil akhir dirinya.

Beruntung Almero mempunyai teman-teman yang sangat peduli padanya, mereka membuka salah satu kamar yang ada di lantai atas, diletakkannya tubuh lunglai Benjamin Almero di atas bad yang berwarna putih bersih.

"Fiks, gue yakin kastil ini nggak kosong!" cetus Rosalie secara tiba-tiba.

"Maksud lo?!" tanya Levin.

"Lo lihat ada debu nggak di sekitar sini? Nggak! Bukan hanya di sini, sedari kita masuk, cuma minim penerangan, kan? Semua tertata rapi bahkan ada minuman di meja tadi, kalian nggak punya firasat aneh gitu?"

Brak!!

Baru saja Rosalie mengungkapkan rasa tidak nyamannya, terdengar pintu dibanting dengan keras dari arah luar.

Tersentak mereka berempat, saling pandang satu sama lain, setelah mereka sepakat untuk melihatnya bersama-sama, mereka meninggalkan Almero yang masih belum sadarkan diri.

Sementara keempat remaja itu beriringan menuju lantai satu, sosok cantik bertaring runcing itu muncul berbaring di samping Almero.

"Heeemmm... Hhhhaaaaahhhh..." menghirup dalam-dalam aroma yang sedari tadi diincarnya.

"Tampan sekali, tapi sayang kau hanya makanan bagiku," bisik gadis bertaring yang tak lain adalah Freya, dengan kuku runcing nya yang menari-nari di atas pahatan wajah maha sempurna yang mendeskripsikan kata Tampan nan Rupawan.

Lihat dahi halusnya, lihat bulu mata lentik dan lebatnya, bahkan alis yang lebat menyempurnakan tatapan tajam ada di sana, lihat hidung bangirnya, lihat juga bibir merah segar yang mungkin belum terkontaminasi oleh nikotin-nikotin jahat.

Freya merayap perlahan di atas tubuh Almero, tepat di atas wajah tampan itu, Freya mengamati juga mengagumi calon makan malamnya, "Bisakah aku menyesap mu setiap hari? Oh ya ampun jika ada keinginan yang akan di kabulkan, maka aku ingin memakan mu tapi, kau jangan mati supaya aku dapat menikmati mu setiap hari," gumamnya.

"Sungguh ciptaan yang maha sempurna, jika kau termasuk kaum kami, maka kau pantas untuk di sebut The Majesty..." terhenti ucapan itu kala netra merah dengan bulu mata lentiknya bersitatap dengan mata hitam legam yang baru saja terbuka dari pejamnya.

"Ah ternyata lebih tampan saat terbuka matanya," sedikit terkejut tapi Freya pandai menguasai dirinya.

SET!!

...BRUGH!!...

"Ah..." dengan cepat Almero membalikkan posisi, kini ia yang berada di posisi atas, lengkingan manja keluar dari bibir merah Freya kala ia terkejut.

"Owh... ternyata suka yang sedikit kasar ya? Aku kira kau, lembut dan halus," bisik Freya dengan membelai rahang tegas milik Almero.

Terlihat mata Benjamin Almero mendelik sampai terlihat putihnya saja saat indera penciumannya menghirup aroma asam manis yang ingin sekali ia cicipi.

"Bisa kita mulai?" deep voice keluar dari bibir merah segar milik si tampan Benjamin Almero.

SET!!

...BRUGH!!...

"Ternyata kau sungguh tidak sabaran ya?" Freya kembali membalikkan posisi, dari atas tubuh kekar itu, perlahan Freya melepas kancing kemeja Benjamin Almero.

Mulai terekspos otot-otot kekar di sana, sementara satu tangan meraba otot kekar di dada, tangan yang lain membelai rahang tegas Almero dan sedikit Freya memiringkan kepalanya kemudian...

Perlahan Freya menghirup aroma ceruk leher Almero, dikecup nya dan JLEB!!!

Perlahan tapi pasti Freya menghisap darah lelaki tampan yang sudah sejak satu jam yang lalu di tunggu-tunggunya.

"Ahh..." Benjamin Almero seolah menikmati sentuhan itu, bahkan ia membelai surai ikal yang tergerai, sebelah tangannya memeluk pinggang ramping yang menggoda.

"Pandai juga kau melakukannya," bisiknya hingga membuat Freya menghentikan aktivitasnya.

Cukup kenyang ia menghisap darah manis seorang Benjamin, tapi kenapa laki-laki tampan itu sedikitpun tak tumbang.

Menatap bingung Freya masih terpaku diatas tubuh Benjamin Almero.

"Sudah?" tanya Almero dengan membelai wajah cantik Freya, bahkan ibu jari Almero mengusap noda darah yang tersisa di sudut bibir Freya.

Membuang jauh-jauh rasa bingungnya, Freya menganggap ini hanya keberuntungan nya atas do'anya tadi, kembali ia tersenyum miring, "Kau sangat manis," bisiknya, yang membuat Benjamin Almero menariknya kedalam pelukan.

Didekapnya erat tubuh seksi itu, perlahan Benjamin Almero menyibak rambut ikal yang menghalangi ceruk leher Freya.

"Jika kau sudah selesai, kini giliran ku!" bisik Almero dengan nafas panasnya yang menerpa permukaan kulit Freya.

"Mungkin awalnya akan sakit, tapi lama-lama akan terasa nikmat, apa kau siap?" si tampan Benjamin Almero masih berbisik di sekitar telinga dan ceruk leher.

Tak dapat menolak rasa gelanyar yang dia rasakan, Freya memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan, bahkan peluk erat lengan Almero, membuatnya terasa hangat dan terbakar gairah.

"Ini baru pertama kalinya bagi ku, apa kau akan melakukanya? Apakah kau tidak akan menyesal?" tanya Freya masih dengan bisik manjanya.

"Tidak, aroma mu begitu menggugah selera ku yang sudah lama tertidur," kembali hembusan napas Almero membuat Freya semakin hanyut di dalamnya hingga...

"Akh!!! Apa yang kau lakukan?!"

"Ini sakit! Hentikan! Kenapa kau...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!