Kepergok!

"Aku..." terdiam sejenak Freya ia mengingat pesan yang Almero sampaikan kala keduanya melakukan pergulatan panas di alam bawah sadar.

"Hanya kau yang mengetahui semua ini, dan berjanjilah, untuk tidak memberitahukan semua ini kepada siapapun," terngiang pesan itu Freya berusaha memutar otak kecil didalam kepalanya.

"Aku hanya berpikir, apa salahnya berubah jadi lebih baik, toh Daddy berpesan agar kita tidak mengganggu anak-anak manusia, jadi apa salah jika aku mengkhawatirkan keselamatan mereka," sahut Freya, ia beralasan dengan mengatasnamakan pesan sang ayah.

"Lalu bagaimana dengan pemuda yang kamu masuki kamarnya itu?" tanya Alvin penuh dengan kecurigaan.

"Dia... dia, bukannya kemarin dia yang paling rapuh dari teman-temannya? Ya, aku hanya memastikan keadaannya saja, apa lagi tadi mereka baru saja bertemu dengan manusia serigala, kan?" lagi-lagi alasan itu sangat berguna untuk Freya mendapatkan kepercayaan dari kedua kakaknya.

"Maaf, tapi dia sudah menjadi tanggung jawab ku, bahkan aku sudah menjadi separuh jiwanya," batin Freya dengan berjalan menuju salah satu ranjang yang kosong.

Makan malam kelima mahasiswa itu riuh dengan perbincangan seputar penetilian siang tadi, mulai dari cuaca yang tiba-tiba berubah hingga mereka yang bertemu serigala yang menghadang mobil mereka.

"Nah anehnya lagi nih ya, Almer kek bengong liat keluar, tapi bukan liat kearah binatang buas yang tiba-tiba melayang dan jatuh menabrak pohon hingga tumbang," celetuk Levin setelah ia meneguk habis satu gelas air mineral.

"Lo takut banget ya Mer? Sampe nggak berani liat serigala yang jatuh itu?" tanya Fani dengan menepuk pelan punggung Almero.

Benjamin Almero tak dapat memberikan jawaban, ia masih kepikiran tentang sosok gadis yang menurutnya selalu mengikuti dirinya.

"Takut? Lo takut Mer?" tanya Alex, dan lagi-lagi Almero hanya menatap bingung, sulit sekali ia akan mengatakan apa yang dilihatnya.

Dirinya yang berpaling pandang dari serigala buas saja di anggap penakut, bagaimana jadinya jika ia mengutarakan bahwa ia melihat gadis cantik yang ada di sisi kiri mobil tadi?

Bukankah ia akan semakin di anggap gila oleg teman-temannya?

"Udahlah Lex, Almer kan lagi nggak enak badan," Rosalie memberikan dukungan.

"Berati bener cuma gue yang bisa liat tu cewek," batin Almero dengan memperhatikan raut wajah teman-temannya.

"Lalu siapa dia sebenarnya? Apa jangan-jangan dia arwah gentayangan penunggu rumah tua ini?" kali ini bulu kuduk Almero berdiri, merinding dengan pikirannya tentang sosok Freya yang membuatnya takut juga penasaran.

"Oh iya, tadi kita udah dapet hasil kan ya? Udah cukup belum sih? Kayaknya tadi di catatan udah banyak deh, kalo besok kita balik ke kota gimana?" cetus Almero yang merasakan tidak nyaman.

"Hah? Balik? Kita baru sehari bro di sini, lo nggak pengen main dulu kemana gitu, sehari lagi aja," cetus Levin.

"Em... bukan itu, apa kalian nggak ngerasa aneh di tempat ini? Juga mau kemana kita jalan-jalan? Apa kalian nggak takut kalo kita dihadang binatang buas lagi?" berusaha Benjamin Almero membuat teman-temannya agar mau segera meninggalkan hutan dan juga kastil tua itu.

"Bener juga sih, kali aja tadi keberuntungan masih memihak pada kita makanya kita bisa lolos, kalo besok kita nggak tau loh," Rosalie satu pendapat dengan Almero.

"Ok, ok besok kita balik ke kota! Dah PUAS!" cetus Alex yang segera berdiri dan meninggalkan meja makan itu.

Hening semua terdiam, mungkin ada gurat kekecewaan di raut wajah teman-temannya, tapi lagi-lagi Almero bersikeras untuk segera mereka meninggalkan tempat itu, karena banyak hal yang menurutnya tidak masuk akal.

Di dalam hutan...

Seorang gadis dengan telinga runcingnya yang berbulu tengah di obati punggung dan juga tulang rusuknya yang terlihat memar.

Raut kekhawatiran terlihat jelas pada raut wajah setiap keluarga yang memandanginya, namun tidak takut juga tidak terlihat sakit gadis yang tengah di obati itu.

"Siapa yang membuatmu sampai seperti ini Lovie?" tanya seorang laki-laki berbadan tegap dan berwibawa, yang tak lain adalah raja dari kaum serigala atau Raja Adolf, ya dia adalah ayah dari Lovie.

"Dia makhluk penghisap darah Ayah, dia lancang memasuki kawasan kita, tapi tak apa, Lovie memaafkannya, karena..." bersemu merah wajah gadis itu kala mengingat wajah tampan yang terbesit di dalam pikirannya.

"Ada apa dengan ekspresi itu?" tanya Aldo sang kakak, atau putra sulung dari Adolf.

"Mungkinkah bangsa penghisap darah itu laki-laki?" Adolf menerka.

"Jangan sampai kau jatuh cinta dengan bangsa kejam itu Lovie!" Aldo mengingatkan sang adik dengan sedikit menekan luka memar yang ada di pinggang Lovie.

"Aduuhh!! Sakit Abang!" menjerit Lovie karena luka memar itu terasa ngilu.

"Maaf, aku tak sengaja," ucap Aldo dengan mengompres luka memar itu.

"Dari mana Abang menyimpulkan kalau Vampir itu laki-laki?" tanya Lovie dengan menatap sinis si Kakak yang sangat menyayanginya.

"Maksudmu? Kau... tidak mungkin kan, adik cantikku ini penyuka sesama jenis?" tanya Aldo dengan suara berisik.

Melotot Lovie kala si kakak menganggapnya seperti itu, "Memangnya siapa yang mengatakan kalau Lovie menyukai makhluk kejam itu?!" bersedekap gadis itu.

"Lovie menyukai pemuda yang Lovie hadang, tapi tiba-tiba Vampir itu menyerang Lovie, padahal Lovie cuma ingin berkenalan dengan pemuda tampan itu," jelasnya dengan mata yang berbinar-binar.

"Bisa kau hafal baunya? Besok jika luka mu sudah sembuh, kakak akan membantumu untuk mencarinya," ucap Aldo yang segera mendapat respon peluk hangat dari sang adik.

"Oh terimakasih kakak!" ucapnya dengan pelukan, seolah ia lupa jika punya luka lebam di sekujur tubuhnya.

Malam hari di dalam Kastil...

Setelah perseteruan disaat makan malam beberapa jam yang lalu, kelima mahasiswa itu kembali menuju kamar masing-masing.

Kini Almero tengah duduk di tepi ranjang, ia masih terus kepikiran tentang sosok cantik yang sejak kemarin malam mengikutinya.

"Kau bilang jika aku memikirkan mu, kau akan datang," gumamnya dalam hati, "Bisa begitukah? Bahkan untuk para normal saja harus di sebutkan namanya untuk tersangkut dalam ilmu telepati nya," imbuhnya.

Tak lama dari gumaman itu terdiam, Almero merasa ada sepasang tangan lembut yang membelai punggungnya.

"Kau datang?" tanyanya tanpa menoleh sedikitpun, "Iya, bahkan kau tidak menutup pintu kamarmu dengan benar Mer," sahut gadis itu.

Tunggu! Suara ini?

Ini bukan suara yang biasanya?

Ini terlalu familiar.

Almero perlahan menoleh kebelakang, dan...

"Feli? Kau..." terdiam sejenak Almero, ia melihat gadis di depannya saat ini bukanlah gadis yang ia harapkan, dan juga pakaian mini yang Feli kenakan saat ini, bukan kah ini mirip seperti lingerie?

"Apa yang lo lakuin di sini?" Almero sedikit beringsut menjauh dari gadis berpakaian seksi itu.

"Kenapa memangnya? Bukannya lo ngerasa ketakutan?" tanya Feli dengan beringsut maju mendekati Almero yang terus menggeser duduknya mundur.

"Stop Fel! Ini nggak bener!" Almero menghentikan Feli yang terus saja mendekatinya hingga...

Brugh!!

Karena kehabisan tempat Almero jatuh ke lantai dan bersamaan dengan Feli yang berusaha membelai dada Almero, keduanya kini berada di atas lantai.

Dengan posisi Feli yang menindih Almero...

"Lancang kau!" terkejut Almero dan Feli yang mendengar teriakan suara melengking yang sangat memekakan telinga...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!