Ajari Aku

Sesuatu yang diluar nalar memang susah untuk diterima, apa lagi diera moderen, lebih susah lagi bagi Almero adalah, dirinya yang saat ini tiba-tiba dipanggil Tuan oleh gadis yang entah aslinya ia itu termasuk makhluk apa, dan lebih parahnya lagi, Almero sudah mengklaim gadis misterius itu menyeramkan bagi dirinya.

Sungguh sulit untuk Almero menerima takdir yang ia ketahui saat ini, "Bagaimana bisa aku bukan manusia? Lihat lah wujud ku sempurna sebagai manusia, bahkan jari ku juga ada sepulu," batinnya dengan melihat kedua tangannya yang mengepal dan membuka.

"Tuan..." bisik Freya mendekat kearah telinga Almero, tersentak pemuda tampan itu karen kedekatan di antara keduanya.

"Jangan dekat-dekat!" ucapnya dengan beringsut menjauh.

"Tuan, dengarkan hamba!" Freya dengan paksa mencekal lengan dengan otot kekar yang terbalut kaos panjang berwarna putih.

"Kau mau bilang apa lagi? Bahkan ucapanmu barusan saja, aku masih sulit untuk menerima, juga gaya bicara mu! Bisakah kau memanggil nama ku saja!" pinta Almero yang kurang nyaman dengan sebutan kata Tuan.

"Maafkan hamba, tapi apakah anda tidak mau mencoba untuk bangkit kembali?" tanya Freya dengan sorot mata memohon.

"Aku sungguh tidak paham dengan apa yang kau katakan," terdiam Freya mendengar jawaban dari Almero.

"Baiklah kalau begitu, tapi, maukah anda ikut dengan hamba, hamba akan menuntun kembali anda kejalan yang benar," ucap Freya.

"Selagi itu tidak membahayakan nyawaku..."

"Aman Tuan, saya jamin keselamatan anda tanggung jawab saya," cetus Freya, Benjamin Almero menganggukkan kepala, ia pikir apa salahnya jika mencoba, toh jika ia mendapatkan sesuatu yang baru maka itu bisa ia jadikan bahan penelitian barunya.

"Tuan berjanjilah untuk terus sadar, jangan sampai pingsan, hamba akan mengajak anda ke suatu tempat," Freya memegang kedua tangan Almero, sedang yang bersangkutan hanya patuh dan menganggukkan kepala.

"Jangan memejamkan mata!" itu pesan terakhir dari Freya sebelum ia mengecup bibir merah Almero dan...

Slap!!

Terlihat kilatan yang sangat menyilaukan dan tak sengaja Almero memejamkan matanya.

Freya tiba di alam bawah sadar Benjamin Almero, seperti sebelumnya, disama hampa dan kosong.

Bahkan kali ini tak ada layar dimana Lord Athan Arrow menampakkan wujudnya waktu itu.

"Tuan!" teriak Freya, karena saat akan masuk ia masih menggenggam kedua tangan Almero, bahkan dia sudah berpesan kepada pemuda tampan itu agar tidak memejamkan matanya.

"Tuan? Anda dimana?" berlari kesana-kemari Freya mencari keberadaan sang Tuan, "Shial! Pasti dia memejamkan mata tadi!" umpatnya dengan mengusap wajahnya.

Disaat Freya kesal dengan kegagalannya, sepasang tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya, memeluk serta meremas pinggang bak gitar Spanyol itu.

"Tuan?" panggil Freya dengan sedikit menengok kesamping.

"Hem?" sahut suara maskulin itu, Freya melepaskan kedua tangan yang bertengger di pinggangnya, beralih gadis cantik itu menghadap kebelakang.

"Tuan, anda sendiri?" tanya Freya dengan raut wajah bingungnya.

"Hem, aku bersama mu sayang," bisiknya dengan mencubit dagu milik Freya.

"Bukan! Maksud hamba..." terlihat Benjamin Almero memutar bola mata merahnya, "Kau mencarinya?" cetus Almero.

"Em... tadi hamba mengajak anda kesini," jelas Freya dengan menatap wajah tampan tapi terlihat bengis dan sinis, tapi tetap pada damage nya yang selalu membuat klepak-klepek Freya Victoria.

"Dia terlalu lemah, bisa kau ajarkan dia untuk merangsang kekuatanku agar bisa tersalurkan, juga coba ajak dia meditasi agar aku mudah menyatu kembali kedalam dirinya," ucap Almero dengan membelai punggung Freya ya g tertutup rambut panjang nan ikalnya.

"Baik Tuan, kalau begitu, hamba ijin keluar dulu..." semakin erat pelukan Almero kala Freya berpamitan untuk keluar.

"Kau yakin akan keluar begitu saja? Kau tidak merindukan aku?" tanya Almero dengan memangkas jarak kedua wajah mereka.

"Maaf Tuan, tapi bukankah yang terpenting membangkitkan anda lebih dulu, jadi kita bisa bersama tanpa harus seperti ini, juga anda harus segera bertemu dengan ayah saya," alasan yang pas, karena Almero terdiam sejenak, seolah berpikir melepaskan Freya tak ada salahnya.

"Baiklah, jika kau merindukan ku, panggil aku sayang!" ucapnya seraya melepaskan peluk eratnya.

"Iya Tuan, pasti," ucapnya sembari melangkahkan kakinya menjauh dari Almero, "Tunggu!" Almero menahan lengan dengan jemari lentik dan kuku-kuku jari yang panjang nan cantik milik Freya.

Berhenti gadis itu, ia menata sang Tuan dengan pandangan penuh tanda tanya, Cup!!

Kecup singkat Almero labuhkan pada bibir seksi milik Freya, "Pergilah sebelum aku menginginkan yang lebih!" titahnya.

Freya menunduk, kemudian ia menghilang dari hadapan sang Tuan dalam sekali kedipan mata.

Slap!!

Dalam hitungan detik gadis itu sudah tiba di atas permukaan sofa, ya... kamar Benjamin Almero, dan...

"Astgaa!!" terkejut Freya mendapati Banjamin tengah terkapar tak berdaya di atas permukaan sofa lembut itu.

"Pantas saja dia tidak sampai ke ruang alam bawah sadar, ternyata dia pingsan," dengan sekuat tenaga Freya memindahkan Benjamin Almero ke atas ranjang dengan menggunakan kekuatannya.

Rasa kesal masih sedikit menyelimuti hati Freya, entah mengapa ia tidak suka jika Benjamin Almero dekat dengan gadis lain, senyum miring terulas di ujung bibir merah itu.

"Masih kurang afdol kalo dibiarin tidur gitu aja!" terbesit rencana jahil didalam pikiran Freya.

"Mumpung dia belum sadar, aku tinggal sebentar ya Tuan," bisiknya kemudian ia memberikan kecupan pada pipi Almero sebelum raganya berpindah tempat.

Baru saja tubuh Freya tiba di kamar seorang gadis, siapa memangnya yang baru saja mengusik Freya kalau bukan Feli?

Di Sana ia melihat Feli dengan lelapnya tertidur, "Enak saja kau tidur dengan nyaman, sedangkan aku harus merasakan sesak didalam dadaku!" gumamnya dengan gigi bergelutuk.

Baru saja Freya mengangkat tangan tiba-tiba sebuah tangan menahannya, terkejut Freya kala ia melihat kebelakang.

"Tuan?" lirihnya.

Tak ada respon dari raut wajah Benjamin Almero, itu yang membuat Freya sedikit meragu, ini yang mengikuti dirinya Almero yang mana?

Yang mode Vampir?

Atau yang pemuda polos yang bahkan tidak hanya tau membaca buku?

"Tu... Tuan, anda sedang apa di sini?" tanya Freya berusaha sabar.

"Aku melihatmu keluar dari kamar dan aku mengikuti mu, ternyata kau di sini, mau kau apakan dia? Bukankah sudah ku bilang, dia teman ku!" cetus Almero.

"Ternyata sudah sadar dari pingsannya," batin Freya dengan menatap kearah sang Tuan.

"Maaf Tuan, tapi hamba tidak suka jika anda terlalu dekat dengannya!" Freya akhirnya mengungkapkan ketidak nyamanannya.

"Ya sudah, sekarang kita kembali, kau bilang kau akan mengajarkan aku beberapa hal," ucap Almero berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Entah sejak kapan juga Almero sangat menyayangkan kepatuhan Freya, ia tak mau jika sampai melihat raut kecewa gadis itu tersirat di wajah cantik yang begitu sempurna dan menggoda, melihat wajahnya saja Almero merasakan ada sesuatu yang sesak dibawah sana.

"Astaga! Jangan sekarang!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!