Dengan posisi Feli yang menindih Almero...
"Lancang kau!" terkejut Almero dan Feli yang mendengar teriakan suara melengking yang sangat memekakan telinga, siapa lagi jika bukan Freya Victoria?
"Sial! Mengganggu saja!" umpat Feli yang segera bangun dari atas tubuh Almero.
"Tapi bukankah pintu udah gue kunci, darimana datangnya gadis ini? Juga, siapa dia? Bukankah hanya ada gue dan Rosalie?" kebingungan melanda hati Feli kala ia melihat gadis cantik dengan gaun merah berdiri di hadapannya.
"Kau bingung dengan kedatanganku?! Kau bingung dengan siapa kau berhadapan?" suara lantang itu membuat Feli tercengang, bagaimana gadis itu bisa menebak dengan benar apa yang ada di dalam otaknya?
"Tunggu!" Almero menghentikan perseteruan kedua gadis berbeda ras itu.
Semua menatap protes kearah Almero, "Lo nyimpen gadis didalam kamar, Mer?!" cetus Feli.
"Lo bisa lihat dia?" tanya Almero dengan bingung, bagaimana Feli bisa melihat sosok Freya? Bahkan Levin saja siang tadi tidak dapat melihat keberadaan gadis misterius itu.
"Bisa lah! Lo pikir gue buta!" cetusnya dengan gurat kemarahan. Mungkin ada rasa kecewa didalam hati Feli, karena adanya gadis lain didalam kamar Benjamin Almero.
"Berani sekali kau membentaknya!" kemarahan Freya membuat kilatan merah didalam mata gadis itu semakin terlihat.
Dengan kecepatannya gadis bermata merah itu kini sudah berdiri tepat didepan Feli, jemari lentik Freya sudah mencengkram leher jenjang Feli, bahkan kini gadis itu kesulitan untuk bernapas.
"Hey-hey-hey! Hentikan! Lepaskan dia! Dia teman ku!" ucap Almero dengan menggoncang lengan Freya yang masih kekeuh mencekik leher Feli.
Hampir kehabisan napas, wajah Feli sampai memerah, namun Freya masih enggan untuk melepaskannya.
"Kau! Jika kau masih berani menggoda Tuan ku, atau berbicara kasar didepannya, kau akan berurusan dengan ku!" bisik Freya tepat di samping telinga Feli.
Gadis itu merinding, sejak kapan Almero menjadi tuan dari gadis aneh didepannya ini?
"Hey! Ayolah lepaskan dia! Dia bisa mati kehabisan napas!" kembali Almero meminta kepada Freya agar ia membebaskan Feli.
"Kau membelanya? Apa dia kekasihmu?" kali ini tatapan tajam Freya terarah kepada wajah tampan yang kini berada di sampingnya.
"Tidak! Bukan!" tegas Almero, "Aku tidak ada waktu untuk bermain-main!" imbuhnya lagi dengan memegang pundak Freya.
Perlahan Freya melepaskan cengkeramannya pada leher Feli, gadis itu lemas tak berdaya, karena tercekik oleh tangan Freya yang nyatanya lebih kuat dari dirinya.
Brugh!!
Terjatuh pingsan Feli, namun Freya segera memindahkan tubuh gadis itu dengan kekuatannya.
Slap!!
Hilang sudah tubuh gadis yang tadi tergeletak dilantai kamar Almero, bersama dengan Freya yang juga menghilang. Sedikit terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpa dirinya.
Almero berdiri di dekat jendela kamar yang ia tempati, syok yang ia rasakan hari ini sungguh berdatangan silih berganti, tepatnya sedari ia menginjakkan kakinya di tempat baru yang menurutnya sangat aneh ini.
Berlanjut dengan pertemuannya bersama dengan gadis misterius yang bolak-balik menampakkan diri di depannya.
"Aku harus menanyakan identitasnya! Tidak perduli dia akan bagaimana!" gumamnya dengan berbalik dan berniat untuk melangkahkan kaki menuju ranjangnya, tapi...
Terhenti langkah kaki jenjang Almero, karena baru saja ia berbalik, gadis yang baru saja ia pikirkan sudah berdiri di sana.
"Hah! Astaga! Bikin kaget saja! Bisakah kau jangan membuatku jantungan!" cetus Almero yang entah mengapa sudah membuang jauh-jauh rasa takutnya.
Masih terdiam Freya ditempatnya, tepatnya didepan ranjang yang berukuran king size, gadis bertaring runcing, dengan mata yang memancarkan kilatan merah darah itu terus menatap lurus kearah Almero berdiri.
"Kau sudah lama di sana?" tanya Almero dengan memberanikan diri, ia berjalan mendekati Freya.
"Baiklah, banyak yang ingin ku tanyakan padamu!" lagi-lagi Freya hanya terdiam, entah mengapa gadis itu enggan untuk berucap kali ini.
"Hey! Bicaralah, mengapa kau diam saja?" bingung Almero dibuatnya, ia segera mengajak Freya untuk duduk di sofa yang tersedia di sana.
"Duduk lah! Kita duduk dulu!" Walau tak bersuara sedikitpun, Freya masih menurut dengan titah yang Almero berikan kepada dirinya.
Keduanya kini duduk di atas sofa panjang, "Sekarang..." menata kata-kata yang akan ia ucapkan kepada gadis yang entah dari jenis makhluk apa yang ada di depannya, Almero sangat berhati-hati dalam penyusunan katanya.
Memang bukan siapa-siapa, lagi pula keduanya baru kenal, juga latar belakang gadis itu pun Almero belum mengetahuinya.
Jangankan latar belakang, bahkan nama gadis yang ada di depannya ini saja dia tidak tau.
Memijit pelan keningnya yang sebagian tertutup poni, Almero memutuskan untuk berkenalan terlebih dahulu.
"Siapa nama mu?" tanya Almero dengan tatapan seriusnya, sedangkan yang di tatap balik menatapnya dengan sedikit mengerutkan keningnya.
"Freya! Freya Victoria!" sahut Freya dengan gamblang, mendengar nama gadis itu, Almero merasa tak asing dengan susunan alfabet yang baru saja ia dengar.
"Freya?" helaan napas kasar, terdengar dari gadis yang duduk di samping Almero, tatkala si tampan Benjamin Almero mengulang namanya.
"Ok begini Freya, sebenarnya kau ini siapa? Dan dari mana asalmu? Jangan lagi kau bilang ini rumah mu! Ini rumah sudah lama kosong, dan..." terhenti sejenak Almero mengingat lukisan bangsawan yang ada di ruang tengah.
"Dan bukankah pemilik rumah ini adalah seorang bangsawan, lukisannya saja masih terpampang jelas di ruang tengah, kau jangan membohongi ku Freya!" memutar bola mata malas Freya saat mendengar ocehan juga pertanyaan yang Almero lontarkan.
"Jika saja kau bukan Tuan ku! Sudah pasti akan ku hisap habis darahmu!" batin Freya dengan mengendalikan emosi.
Jujur saja gadis itu masih sangat kesal dengan Almero yang tidak tegas menghadapi gadis lain yang menggodanya.
"Tuan Benjamin Almero, asal anda tau, hamba Freya Victoria telah anda ikat sebagai belahan jiwa anda, apa anda lupa tanda yang anda lihat pagi tadi?" kali ini gadis arogan itu memelankan suaranya, hanya bersama Almero Freya menurunkan intonasi nada bicaranya.
Entah mengapa? Tapi memang benar kata banyak orang jika hati dan perasaan dapat merubah segalanya.
Sejenak terdiam Benjamin Almero, ia mengingat kejadian pagi tadi yang mana ia berhadapan di atas ranjang bersama dengan gadis yang sama yang saat ini tengah berhadapan dengan dirinya.
Entah dapat dorongan dari mana, saat ini kedua tangan Almero berani menyibak gerai rambut hitam kecoklatan yang menutupi leher Freya.
Ya di sana ia menemukan jawaban, tanda merah itu masih ada, memang seharusnya akan tetap ada, dan tidak akan pernah hilang.
"Ini? Perbuatan ku? Bagaimana aku bisa melakukannya?" gumam Almero dengan suara lirihnya.
"Tuan..."
"Cukup! Jangan panggil aku Tuan! Aku Benjamin Almero, panggil nama saja!" cetusnya menyela ucapan Freya.
Freya menggeleng pelan, "Tidak Tuan! Itu akan sangat lancang bagi hamba, memanggil nama anda secara langsung,"
"Hah... terserah saja lah, dan lagi makhluk aap kau sebenarnya?" tanya Almero yang tak mau lagi memusingkan tentang panggilan.
"Kita sama Tuan, kita satu ras! Bahkan kembalinya ingatan anda secara utuh adalag tanggung jawab hamba," jelasnya.
"Gila! Kau mulai gila! Tidak mungkin, aku manusia biasa! Bukan makhluk astral yang menyeramkan seperti dirimu," menyangkal penjelasan Freya, Almero tak dapat mempercayai ucapan gadis itu.
"Itu karena Tuan belum bangkit seutuhnya, bukan menyeramkan, terimalah kenyataan Tuan, akankah anda hidup di balik bayang-bayang kebohongan?" Freya bertanya.
"Tidak, tidak, tidak, ini tidak mungkin!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments