Bertemu

"Astaga! Jangan sekarang!" gumam Almero dengan suara lirihnya. Mendengar umpatan lirih sang Tuan, Freya memperhatikan gelagat aneh dari pemuda tampan yang kini sudah menjadi tanggung jawabnya.

"Ada apa Tuan? Apa ada yang salah?" tanya Freya dengan menghadap kearah dimana Almero berdiri, dan dengan segera, pemuda tampan itu membalikkan posisinya agar Freya tidak melihat sesuatu yang mencuat dibalik celana bagian depannya.

Benjamin Almero berbicara dengan posisi membelakangi Freya, sedang gadis itu sesekali memiringkan kepalanya, demi melihat raut wajah sang Tuan.

"Tidak ada, ayo kita ke kamar sekarang!" ajaknya tanpa menoleh, Almero terus saja berjalan didepan Freya.

"Apa hamba tidak salah dengar?" tanya Freya yang berusaha sejajar dengan langkah kaki Almero.

"Tidak! Memangnya berapa umurmu sampai kau bisa salah dengar?!" sedikit geram Almero berjalan lebih cepat, tak mau ia jika sampai Freya melihat celana bagian depannya.

"Em... tiga ratus tahun," sahut Freya dengan gampangnya, tak ada informasi yang ia tutupi jika sang Tuan menanyakan kepadanya.

"Jangan bercanda!" Almero berhenti mendadak, sedikit ia menoleh kebelakang. Dan ya... tidak ada sedikit raut wajah bercanda yang tersirat diwajah cantik gadis itu, bahkan gadis itu terus berjalan sambil menghitung usianya, sampai...

Brugh!!

Tak sengaja Freya menabrak Almero yang berhenti tanpa aba-aba, tubuh seksi gadis itu berhenti tepat di belakang Almero, dipunggung Almero, ia merasa ada sesuatu yang empuk dan mengganjal.

"Astaga! Apa ini?" Meremang Almero saat benda kenyal itu menempel pada tubuh bagian belakangnya.

Memangnya kenapa?

Bukankah setiap kali Fani menempel pada dirinya dia biasa saja, tidak ada rasa aneh seperti ini.

Lalu, dimana salahnya? Bukankah mereka sama-sama gadis, fikis mereka sama, sama-sama punya benda kenyal itu.

Tidak! mereka berbeda, gadis dihadapannya ini...

Cukup menggoda!

"Astaga! Sejak kapan otak ku begitu mesum!" batin Almero setelah otaknya berpikir menuju adegan dewasa, entah mengapa dua benda kenyal yang terus menerus menempel pada punggungnya itu mampu mengganggu otak genius calon dokter itu.

Padahal Freya hanya berdiri dan tubuhnya menempel pada punggung Almero, sedikitpun Freya tak bergerak, lalu apa yang membuat Almero berpikir ke arah yang sangat ekstrim ini?

"Tuan?" tersentak Almero setelah Freya memanggil namanya.

"Astaga!" terpejam rapat kedua mata itu kala ia tak sengaja melihat belahan indah yang berwarna putih mulus, sepertinya halus jika dibelai. Begitulah isi otak Benjamin Almero.

Segera Almero berjalan meninggalkan Freya yang ternyata terus saja mengekor dibelakangnya.

"Pergilah! Aku ingin sendiri!" cetus Almero tanpa memandang Freya, dan...

Brak!!!

Pintu kamar Almero banting kuat-kuat bahkan ia menutup sebelum gadis cantik nan seksi itu sampai di sana.

"Ada apa dengannya? Bukankah dia yang mengajak ku untuk berlatih?" bingung Freya yang tak dapat menebak perasaan Almero.

Senyum miring Freya ulas di ujung bibirnya, "Kau pikir benda ini dapat menghalangi ku?" gumamnya sebelum raga seksi itu menembus daun pintu yang tertutup rapat.

Slap!!

Bersedekap dada Freya bersandar pada dinding yang ada di samping kepala ranjang milik Almero, sedang si empunya tengah berada di dalam kamar mandi.

Dari suara gemericik air yang Freya dengar, maka gadis itu menyimpulkan keberadaan sang Tuan.

Setengah jam kemudian...

Ceklek!!

Pintu kamar mandi terbuka, muncul Almero dengan handuk putih yang melilit pinggangnya.

"Astaga!" terkejut pemuda tampan itu melihat keberadaan Freya yang berdiri di sisi kepala ranjangnya.

"Kau! Bagaimana kau bisa masuk? Kau..." bingung Almero, sejenak ia melihat pintu yang masih rapi tertutup, bahkan kunci masih sama seperti sebelum ia tinggalkan.

"Kau bukan manusia?" Freya terlihat memutar bola matanya, kenapa Tuannya yang sangat ia hormati bisa sebodoh ini?

Bahkan pertanyaan bodoh ini sudah ia cetuskan berulang kali, "Tuan, anda juga sama seperti hamba! Bukan kah sudah hamba jelaskan?" cetus Freya.

"Tapi..." terdiam sejenak Almero, ia berpikir, bisakah ia terbang seperti makhluk-makhluk yang ada di dalam film?

Seolah seperti Freya tau apa yang dipikirkan oleh sang Tuan, gadis itu melayang dan melesat mendekat kearahnya.

Sejajar keduanya dengan posisi kaki Freya yang tidak menapak pada lantai bangunan ini.

Membelalak sempurna mata Almero, "Kau bisa terbang?" cetusnya dengan rasa yang bercampur aduk, antara takut dan kagum.

"Anda pun juga bisa Tuan ku," Freya mengulurkan tangannya, sejenak Almero ragu, tapi sekali lagi Freya berhasil meyakinkan pemuda tampan itu.

Kini keduanya sudah bergandengan tangan, Almero menggenggam tangan Freya dengan erat, "Pejamkan mata anda Tuan!" titahnya.

Menurut saja Almero kali ini ia tidak membantahnya.

"Relax, tenangkan pikiran anda, coba pikirkan yang indah-indah, dan..." belum selesai Freya berucap, Almero sudah lebih dulu membuka matanya namun kali ini bukan kornea hitam yang Freya lihat, melainkan bola mata merah yang sama seperti miliknya.

"Kenapa anda bangkit?" tanya Freya, Almero menarik pinggang ramping Freya agar lebih dekat dengan dirinya.

"Aku merindukanmu! Kau tidak merindukan ku?" tany Almero dengan memangkas jarak diantara kedua wajah.

"Tunggu Tuan! Tapi anda harus bangkit seutuhnya, baru saja hamba melatih anda untuk bermeditasi, tapi kenapa anda malah bangkit?" protes Freya.

"Ada celah kosong, dan aku bisa bertemu dengan mu, kenapa tidak aku gunakan saja?" sahutnya dengan membelai wajah cantik Freya.

"Haduh! Harusnya anda tetap diam di bawah sana, dan biarkan sisi lain anda menemui anda!" cetus Freya yang mulai meninggi nada bicaranya.

"Tapi aku ingin bertemu dengan mu," enteng sekali Almero menyahuti ucapan Freya.

"Astaga! Tuan..." tak tau Freya harus bicara apa lagi kepada sang Tuan yang sangat keras kepala ini.

"Baiklah-baiklah, kita main satu kali, baru nanti aku temui dia," pinta Almero dengan membelai wajah cantik Freya.

Dengan ketampanan dan juga kharisma yang memancar, sungguh sulit bagi Freya untuk menolak, apalagi sebelah tangan Almero sudah menggerayang membelai juga merambat halus di permukaan kulit sensitif Freya, menambah rasa gelanyar yang menjalar.

Menarik sedikit sudut bibirnya, Almero terlihat puas kala belahan jiwanya mau untuk melayani dirinya sebagai sang Tuan.

"Kau sangat seksi baby," bisiknya dengan menggigit cuping telinga Freya, setelahnya, hembusan napas Almero mulai menerpa ceruk leher Freya, bahkan terasa, di sana benda tak bertulang yang terasa lembut dan basah mulai menari-nari di permukaan kulit yang sensitif itu.

"Ahh... Tuan..." tanpa keinginan gadis itu suara desah manja lolos begitu saja, bersamaan dengan kesepuluh jari lentiknya yang mencengkeram kerah baju yang Almero kenakan.

Terus menjalar, meremas, juga mengelus, kedua tangan nakal Almero, hingga membuat Freya kelojotan tak karuan.

"Aroma mu sangat menggoda sayang..." racau Almero dengan mengecupi leher Freya, taring runcingnya itu mulai memanjang, sudah siap ia menembus kehalusan kulit Freya, namun tiba-tiba...

"Kau menyuruh ku memasuki alam lian sendirian, sedangkan kau malah asik disini bersama pria lain?!" suara yang tak asing itu membuat Freya tersadar, ia menatap sosok yang sama namun raut ekspresi wajahnya berbeda.

"Tuan?...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!