..."Kalo kamu punya trauma, itu mungkin bukan salahmu. Karena beberapa hal yang memang terjadi diluar kendali. Tapi, jangan lupa bahwa perjalanan berdamai dengan trauma adalah pilihan dan tanggungjawabmu sendiri. Dan itu berada di dalam kendali."...
..._Daud Antonius...
...Happy Reading Semua...
.......
.......
13. Rencana A
Markas The Black Dream
Kini ruangan tersebut sudah banyak di isi oleh para anggota inti The Black Dream, mereka berkumpul atas perintah yang sudah diturunkan dan diberikan pada mereka.
Disetiap pertemuan atau akan membahas sesuatu, hanya akan ada para anggota inti saja. Sedangkan para angggota lain hanya akan melakukan perintah selanjutnya saja.
Terdiri 5 anggota inti The Black Dream yang sudah ada. Big Bos, Black Fire, Alterio, Miller, dan juga Keano. Sebenarnya, masih ada satu orang lagi yang seharusnya turut hadir namun untuk saat ini sangatlah tidak bisa.
Alterio, merupakan tangan kanan Big Bos yang sudah mengabdi dan bergabung cukup lama dalam Geng Mafia itu. Dia juga adalah orang yang kemarin menelpon seorang perempuan tepat pada tengah malam, lebih tepatnya orang yang dijuluki Black Fire itu.
Miller, merupakan orang yang mengatur dalam pemasaran. Karena pada dasarnya Miller merupakan pengusaha yang bergerak dalam bidang properti, sehingga tanpa orang lain ketahui jika Miller juga ikut memasarkan persenjataan dalam bisnisnya.
Keano, merupakan seorang Dokter. Tidak akan ada yang menyangka dengan hal itu, namun pada dasarnya hal itu yang terjadi. Disetiap menjalankan tugas tidak jarang banyak anggota yang terluka, dan disini tugas dan peran Keano dibutuhkan.
Tentu saja semua anggota inti maupun yang lainnya harus mempunyai minat dan bakat dalam dunia mafia. Entah itu bakat bela diri, ataupun dalam menggunakan senjata. Meskipun dengan latar belakang kehidupan yang berbeda, tidak sama dengan yang banyak orang tau.
"Apakah semuanya sudah berkumpul?" Tanya orang yang menjadi pimpinan mereka, Big Bos.
Julukan itu yang sering terdengar dikalangan para anggota mafia, namun sebenarnya memiliki nama yang cukup bagus juga. Dalbert Dominic, itu adalah nama dari seorang pria yang mulai memasuki usia kepala empat.
Dalbert merupakan anak tunggal yang mewarisi Geng Mafia yang telah ada dari zaman Kakek buyutnya terdahulu. Telah didik keras dan menjadi seorang menerus membuat Dalbert tumbuh menjadi ketua mafia sejati.
Meskipun memiliki wajah garang serta bekerjaan didalam dunia gelap, tidak ikut membuat hati Dalbert menjadi hitam juga. Nyatanya, Dalbert merupakan orang yang begitu penyayang bagi orang-orang terdekatnya.
Terkadang ada hati yang tulus dan rapuh didalam sebuah tubuh yang tegap dan kuat.
"Ya, ku rasa sudah." Jawab Alterio sambil melihat sekitar, dimana semua anggota inti sudah ada.
"Seperti yang sudah kita tahu, bahwa sekarang ada sedikit masalah di perbatasan. Kita harus segera menyelesaikannya, sebelum semakin membesar dan merembet pada hal yang lainnya. Seperti biasa, ku bebaskan kalian untuk berpendapat." Kata Dalberta sambil menatap satu persatu Anak buahnya, termasuk anggota paling muda di Geng Mafia itu yang kini malah terlihat menahan kantuk.
Tentu saja orang itu adalah Black Fire, yang kini menopang dagunya pada meja dengan mata yang sepenuhnya mulai terpejam.
Brak
Dalbert menggebrakan tangannya pada meja yang membuat kantuk seseorang itu hilang dan bergantikan dengan wajah kaget. Tidak hanya itu, bahkan yang lainnya ikut kaget dengan tindakan Dalbert.
"Astaga, ada gempa." Teriak Black Fire dengan sedikit kencang, tidak lupa kini tubuhnya telah tegap dengan sempurna dan tidak lupa kedua mata yang sudah terbuka lebar.
Sontak teriakan itu mengundang tatapan semua orang yang ada disana, kini pandangan semua orang fokus pada orang yang memiliki nama samaran Black Fire itu.
Rasanya mereka ingin tertawa, namun sebuah suara mengurungkan hal itu.
"Kau akan tidur saat rapat seperti ini?" Tanya Dalbert dengan raut wajah yang super garang dan juga datar. Membuat aura didalam ruangan itu menjadi mencengkam seketika.
"Huahhh-eh maaf, aku terlalu mengantuk Dad." Setelah menguap begitu besar, kini orang itu mulai memperbaiki duduknya dan menatap Dalbert dengan mata yang memerah menahan kantuk
"Tolong perhatikan bahasa mu!"
"Ada apa dengan bahasa ku? Aku tidak salah bicara bukan? Lagian kita hanya berlima, kurangi bicara formal."
"Tapi, bukan berarti kamu bisa tidur sekarang!"
"Aku tidak berniat tertidur, tadi hanya tidak kuat saja menahan kantuk."
"Baiklah, jadi apa rencana mu?"
"Rencana? Tidak ada, aku tidak bisa berpikir untuk itu."
"Edlyn! Seriuslah," Dalbert semakin menatap tajam orang yang dipanggilnya Edlyn.
Black Fire, atau para anggota inti sering memanggilnya Edlyn. Lebih tepatnya, dia adalah Helena Edlyn Maddison. Helena untuk nama teman dan dunia luar sana, sedangkan Edlyn untuk dunia gelapnya.
Namun, hanya para anggota inti saja yang menyebutkan dan juga tahu nama asli dari orang dengan julukan Black Fire itu.
"Lagian kenapa harus aku? Seharusnya Kak Jef-"
"Dia tidak disini sekarang, hanya ada kamu. Jadi, kamu yang harus mengurusnya sekarang!" Dalbert memotong perkataan Helena yang belum selesai, dia hampir kehilangan kesabaran untuk menghadapi tingkah Helena yang bar-bar ini.
Mendengar perkataan Dalbert, membuat Helena harus mulai berpikir keras untuk menghadapi masalah sekarang.
Kini Helena mulai menatap Dalbert dengan serius. "Baiklah, rencananya adalah-"
Dengan lancar Helena berucap, mengeluarkan semua ide yang ada didalam otaknya itu. Meskipun mendadak dan spontan, tapi karena otak pintarnya membuat dia dengan mudah menyusun rencana.
Hampir lama mereka membahas semua rencana itu, banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan agar rencana tersebut berjalan dengan lancar.
Banyak pendapat dan juga saran yang dikeluarkan dari setiap orang, hingga akhirnya mereka sudah mendapatkan sebuah rencana yang hendak mereka kerjakan.
"Jadi, kita sepakat seperti ini?" Tanya Alterio yang sudah paham dengan rencana yang hendak dilakukan.
"Ya, tentu saja. Ini sudah sangat bagus," kata Miller yang sangat menyetujui rencana kali ini.
"Ya, aku pun." Dukung Keano yang ikut menyetujui hal tersebut.
"Baiklah, kita kalikan seperti yang sudah disepakati dan rencakan. Tolong ulangi Edlyn!" Pinta Dalbert pada Hellena agar kembali mengatakan rencana mereka.
"Untuk Daddy dan Paman Keano, teruskan dan tuntaskan misi pembunuhan itu. Buat polisi kembali percaya dan terus mendukung kita." Kata Helena yang menatap Dalbert dan Keano bergantian, lalu menatap Alterio.
"Paman Alterio, urus pada pembeli yang memesan. Bilang pada mereka jika ada sedikit masalah dalam pengiriman, dan mungkin saja agak lambat dari yang dijadwalkan."
"Dan untuk Kak Miller, carilah para pembeli di daerah lainnya. Yang tidak perlu melewati perbatasan itu, kita butuh koneksi diwilayah lainnya."
"Lalu kau?" Secara serempak Dalbert, Alterio, Miller dan Keano bertanya pada Hellena setelah dia menyelesaikan perkataannya itu.
"Aku?"
Semua orang mengangguk secara bersamaan dan masih menatap Helena menunggu jawaban.
"Aku hanya akan bermain tembak-tembakan," kata Hellenapun dengan penuh seringai misterius. Tidak ada yang benar-benar tahu arti dari perkataanya itu, hanya dirinya yang tahu.
"Ayo kita bermain!"
To Be Continue
Haiiii👋👋👋
Author yang baik ini kembali menyapa.
Makasih buat yang udah baca, kalau ada typo tolong tandai ya. Jangan lupa rutinitas like, vote dan komen. Gratis kok dan gak ribet, jadi yuk langsung like, vote dan komen!
Semoga suka dengan cerita ini, bay bay see you next part.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments