..."Simpan masa kelammu tanpa dendam. Kelak akan ada seseorang yang menjaga harga dirimu, walaupun dia sepenuhnya tahu dulu kau pernah mencintai orang tanpa mementingkan harga diri."...
..._Putu Bagus Ade...
...Happy Reading Semua...
.......
.......
8. PERTEMUAN TIDAK TERDUGA
Tak lama setelah keluar dari toko, ponsel Helena berbunyi petanda sebuah notif pesan masuk. Terpaksa Helena menghentikan langkahnya dan mulai memerika terlebih dahulu ponselnya.
Terdapat sebuah notif pesan dari salah satu sahabatnya dan entah mengapa perasaan Helena menjadi tidak enak, sepertinya akan ada sesuatu yang merepotkan dirinya.
...LUCAS...
...Online...
El, kamu udah mau nyampe kafe belum?
^^^Belum. Emang kenapa?^^^
Titip beli permen kopi dong, nanti disini diganti.
^^^Permen kopi kaya biasa?^^^
Iya, kayak biasa.
^^^Oke, tapi pake ongkir ya😁^^^
Yehhh, duit aja yang kamu pikirin😑
^^^Yaudah, kalo gak mau😏^^^
Iya...iya..pokoknya beliin ya.
^^^Oke.^^^
Anda meninggalkan room chat.
Nahkan, pasti kalo anak ini ngechat ada maunya. Untung Helena anak baik dan tidak sombong.
Setelah bertukar pesan dengan Lucas, Helena pun segera bergegas mencari minimarket terdekat. Sebelum dia sampai ke Kafe tempatnya manggung dengan para sabahatnya.
Setelah menemukan minimarket tersebut, Helena lekas menuju nakas dimana terdapat jenis dan macam permen. Tak sengaja dia melewati nakas dimana terdapat berbagai macam rokok dengan merk yang berbeda, yang membuatnya tanpa sadar malah berdiam diri ditempat itu.
Helena dengan tingkat keingintahuan yang sangat tinggi, ingin tahu apa saja nama dari berbagai macan rokok yang berjajar rapi tersebut.
Nambah wawasan kata nya, Helena ingin tahu saja apasih manfaatnya dari merokok?
Sehat kagak, sakit iya. Cuman datengin penyakit tau gak, itu yang Helena pikirkan tentang benda nikotin tersebut.
Hanya tidak habis pikir saja, kenapa benda kecil ini sangat digemari oleh para kaun Adam, bahkan kaun Hawa pun ada yang mengosumsinya. Meskipun tau akan efek samping nya, tapi tetap saja mereka kosumsi.
Helena mulai melihat-lihat satu persatu bungkus rokok tersebut, putar depan belakang sampai seterusnya dia lakukan pada bungkus rokok yang lainnya.
Hingga tanpa disadari, dari awal Helena berdiri di depan jajaran rokok dengan nama yang bagus juga mahal tersebut, terdapat seorang pria yang terus memperhatikan gerak-geriknya.
Karena khawatir dengan apa yang akan dilakukan oleh Helena, pria tersebut berjalan mendekat kearahnya.
"Apa yang kamu lakukan?" Terdengar suara khas seorang pria yang cukup dewasa masuk kedalam indra pendengaran Helena, tentu saja Helena sedikit terlonjak kaget dengan hal itu.
"Hah?" Dengan muka bingung Helena mulai menoleh dan mengalihkan perhatiannya dari bungkusan rokok tersebut untuk menatap pria itu.
"Cantik," batin pria tersebut tanpa sadar.
"Apa yang kamu lakukan gadis kecil? Apalagi ini di tempat rokok seperti ini? Apa kamu akan membeli rokok? Apa kamu tahu, bahwa rokok ilegal untuk anak dibawah umur?" Rentetan pertayaan diberikan oleh pria yang berdiri menjulang tepat didepan Helena.
Sedangkan Helena sendiri menjadi bingung mendengar pertanyaan yang terlalu banyak itu, "Hah?" Lagi dan lagi hanya kata itu yang bisa di katakan oleh Helena.
"Apa kamu hanya bisa berkata hah dan hah saja?"
"Bukan begitu, saya hanya tidak tau harus menjawab pertayaan yang mana dulu." Kata Helena dan sambil menggaruk hidungnya yang tak gatal, kebiasaan dirinya ketika tidak bisa menjawab atau sedang berpikir.
"Kamu ini lemot ya?"
Perkataan dari pria didepannya membuat Helena tidak terima, enak aja dikatain seperti itu. Dirinya hanya bingung saja dengan pertanyaan yang banyak itu.
"Eh, jangan seenaknya kalau ngomong ya Om!"
Seketika terlihat pria yang berada didepannya itu membulatkan kedua matanya, "Apa? Kamu panggil saya Om-om? Gak sopan banget kamu, emang kamu gak liat saya masih muda gini. Udah ganteng, tinggi, mapan lagi. Udah pas lah idaman para ibu-ibu buat di jadiin calon mantu yang ideal."
Dengan tingkat kepedean yang sangat tinggi, yang sama dengan tingkat kepedean seorang Chanyeol EXO, pria itu berucap.
Perkataan dari pria didepanya ini tanpa sadar membuat Helena mual, bagaimana bisa ada orang sepercaya diri ini?
"Narsis banget nih orang," batin Helena bergejolak melihat sikap dari pria didepannya ini.
Memang benar sih, semua yang pria ini katakan. Tapi kan, gak usah di omongin juga bikin iri aja.
Jangan iri dengki wahai manusia beriman!
Helena yang pada dasarnya tidak memiliki waktu banyak, lebih memilih untuk segera meninggalkan pria tersebut tanpa mau repot-repot menjawab pertanyaan yang dimaksud terlebih dahulu.
Baru saja hendak pergi dan melangkah, namun salah satu tangan Helena sudah terlebih dahulu dicekal oleh pria tersebut. "Mau kemana? Jawab dulu pertanyaan saya?"
"Saya buru-buru Om, nanti saja jawab pertanyaannya." Dengan segera Helena berucap, sambil menaruh bungkus rokok yang masih sempat dirinya pegang tadi ketempat semula.
"Tidak, jawab dulu pertanyaan saya!" Terdengar nada tegas dan juga tatapan datar dari pria tersebut, namun hal itu tidak membuat Helena takut sedikitpun.
"Pertanyaan yang mana Om?" Tanya Helena yang benar-benar tidak ingat dengan baik atas pertanyaan yang pria tersebut berikan, mungkin karena terlaku banyak pertanyaan yang diajukan.
"Jangan panggil saya Om! Saya bukan Om kamu dan gak mau jadi om kamu juga!" Kata pria itu dengan nada kesal dan juga raut wajah yang ikut kesal.
Menghela napas pelan, lalu tersenyum setipis tisu."Iya, iya gak lagi deh. Jadi yang mana pertanyaan nya?" Tanya Helena yang mencoba sabar menghadapi pria aneh didepannya ini.
"Kamu ngapain di tempat rokok?"
"Cuman liat-liat aja."
"Bohong!" Sentak pria tersebut begitu mendengar jawaban dari Helena, pria itu tidak yakin jika Helena hanya melihat-lihat saja rokok-rokok tersebut.
Sedangkan Helena hanya mengangkat bahunya acuh, "Yasudah kalo gak percaya."
"Kamu pasti mau beli kan? Kalo saya gak kesini," tuduh tanpa bukti dari Pria tersebut.
"Kata siapa mau beli? Lagian beneran kok, cuman liat aja gak lebih." Ucap Helena disertai dengan gelengan pelan.
"Bener ya, gak bohong? Bohong dosa loh," kata pria tersebut dengan memicingkan matanya seolah masih belum merasa yakin dengan apa yang dikatakan oleh Helena.
"Iya, beneran."
"Bener ya?" Tanya pria itu kembali, yang tentunya malah membuat Helena kembali kesal.
"Iya, udah ya. By Om-om narsis," teriak Helena yang langsung pergi meninggalkan pria tersebut, yang terus menatap kepergian Helena dengan tatapan rumit.
"Lucu sekali-eh," seketika pria tersebut merutuki dirinya yang sempat bergumam seperti itu.
Pria tersebut hanya menggeleng-geleng kan kepalanya pelan, setelah melihat tingkah dari gadis yang baru di temuinya.
Setelah meninggalkan pria tersebut, Helena pun bergegas menuju kasir untuk membayar titipan dari sahabatnya itu.
"Dengan rokok ini sekalian!"
To Be Continue
Haiiii👋👋👋
Author yang baik ini kembali menyapa.
Makasih buat yang udah baca, kalau ada typo tolong tandai ya. Jangan lupa rutinitas like, vote dan komen. Gratis kok dan gak ribet, jadi yuk langsung like, vote dan komen!
Semoga suka dengan cerita ini, bay bay see you next part.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Jjae23
jadi, ini siapa yang beli rokok?
2024-02-14
1