Goblin Raider berseru dan monster yang ditungganginya maju ke arahku. Badannya yang besar menghancurkan pintu dan dinding rumah. Langkah kakinya yang berat menimbulkan getaran kecil di sekitar. Aku menghembuskan napas, berusaha tetap tenang.
Grasscutter kuangkat sejajar pada arah kepala Goblin Raider. Dalam sekali entak, aku maju dan melakukan tolakan pada dinding. Itu membuat tombak yang dihunuskan oleh Goblin Raider gagal mengenaiku, sebaliknya, aku jadi punya kesempatan untuk melakukan satu serangan padanya.
Ujung sabit Grasscutter menusuk leher Goblin Raider, aku mengerahkan kekuatanku dan menarik senjataku sampai kepala Goblin Raider terlepas dari tubuhnya.
Monster berkaki empat yang ditungganginya maju lurus ke depan, menghancurkan dinding rumah dan pagar, lalu menabrak tiang listrik. Kalau dibiarkan, monster itu nanti malah akan mengamuk dan membahayakan orang lain. Aku harus membunuhnya juga.
Aku berhenti melangkah. Mataku menangkap untaian benang halus yang muncul tiba-tiba. Benang-benang itu melengkung dan berputar, melilit tubuh monster itu dengan erat. Terdengar suara seorang gadis menyerukan tekniknya, seketika aliran listrik menyambar tubuh monster itu sampai hangus.
Dari atap rumah, Chika melompat turun dan mendarat di depanku. Benang-benang yang tadi melilit tubuh monster ditarik oleh alat seperti pintal benang di kedua lengan Chika. Gadis itu berbalik ke arahku.
“Arka, kamu sudah bertemu mama?” tanyanya, dengan raut wajah khawatir.
Aku terdiam, lalu menggeleng pelan. Chika langsung berlari masuk ke dalam rumah dan memanggil Tante Tara berkali-kali. Ia naik ke lantai dua, lalu kembali ke lantai satu dengan wajah pucat pasi. Matanya berkaca-kaca memandangku.
“Dia mungkin dibawa oleh para goblin itu,” kataku.
Chika seketika membekap mulutnya. “Bagaimana ini? Tidak, mama!”
“Aku tidak akan membiarkannya!” sambungku, tegas. “Aku akan mendatangi markas para goblin itu.”
“Apa maksudmu?” Chika terbelalak. “Kamu Hunter Tanpa Peringkat, jangan bicara sembarangan seperti itu!”
Aku tidak menjawab dan langsung melompat ke atap rumah. Chika menatap kepergianku dengan ekspresi melongo. Ia pasti tidak menyangka aku mampu lompat setinggi itu. Gadis itu menyusulku tidak lama kemudian.
Aku sedang mengedarkan pandangan ke sekeliling perumahan sambil memindai lokasi kemunculan portal. Melihat perumahan ini menerima dampak cukup besar, ada kemungkinan portal itu muncul di sekitar perumahan ini.
“Kau sedang apa?” tanya Chika.
“Mencari portal.”
“Mana kelihatan dari sini, portal itu ada di Taman Puspa,” jawab Chika.
Taman Puspa adalah taman terbesar di perumahan ini. Memang letaknya agak jauh dari rumah Tante Tara, tapi bagaimana Chika bisa tahu kalau di sana lokasi kemunculan portal.
“Kamu tahu darimana portal itu muncul di Taman Puspa?”
“Asosiasi Hunter tadi membagi informasinya kepada Akademi Hunter.”
“Akademi Hunter?”
“Iya.” Chika menjelaskan. “Hunter Peringkat S semua sedang berada di dalam dungeon, sementara sebagian Hunter Peringkat A yang profesional sedang dikerahkan kemari, mereka minta pelajar Akademi Hunter untuk membantu mengamankan situasi dulu.”
“Jadi itu sebabnya kamu bisa sampai kemari dengan cepat.”
“Aku minta ditugaskan di area ini, syukurlah mereka mau memberikannya padaku” jawab Chika. “Tapi aku heran, begitu sampai sudah banyak goblin yang mati.”
Aku menelan ludah, lebih baik tidak memberitahunya kalau itu perbuatanku.
“Kalau begitu, aku akan pergi ke tempat portal,” ujarku sembari melompat ke atap rumah sebelah.
Berlari melewati atap-atap rumah jauh lebih cepat ketimbang melalui jalan biasa.
“Aku ikut!” seru Chika sambil mengejarku di samping.
“Bukankah kamu harusnya menjaga area ini?” tanyaku sambil tetap berlari.
“Aku mau menyelamatkan mama! Lagipula, kamu Hunter Tanpa Peringkat, bisa berbahaya kalau bertemu goblin! Aku bisa melindungimu juga!”
Aku berterima kasih atas perhatian Chika, tapi sungguh, aku tidak perlu perlindungan saat ini. Namun, sorot matanya dipenuhi keyakinan dan tekad yang kuat, kurasa melarangnya pun akan percuma.
“Baiklah, mohon kerjasamanya kalau begitu,” ujarku, mengalah.
Chika mengangguk. Ia mempercepat larinya dan memimpin di depan. Sambil mengikuti gadis itu, aku coba memindai status profilnya.
[Name: Chika Elvana
Race: Human | Rank: B
Job: Assassin | Element: Thunder
Path: Chaos
Alliance: Hunter Academy]
Ternyata Chika Hunter Peringkat B. Mengesankan. Chika selalu berhasil membuatku iri padanya. Ia gadis yang cerdas sejak di SMA dan sangat ingin menjadi Hunter. Setelah menyelesaikan sekolahnya, Chika masuk ke dalam dungeon dan berhasil mengalami Rebirth. Ia langsung diklasifikasi sebagai Hunter Peringkat B, lalu mendaftar di Akademi Hunter.
Chika memang berubah banyak sejak mengalami Rebirth. Tubuhnya menjadi lebih tinggi dan sintal, mungkin karena pelatihan fisik yang dijalani di akademi juga. Seragamnya yang ketat itu membuatku bisa membayangkan proposional tubuhnya yang seimbang.
Kedua kakinya yang padat melangkah lincah di atas genting-genting rumah. Rambutnya yang panjang dan dikucir satu terantuk-antuk di kepala, memperlihatkan jenjang lehernya yang sedikit berkeringat karena terkena paparan sinar matahari.
“Ada goblin!” serunya, tiba-tiba.
Chika melompat dari atap rumah, bersamaan dengan benang-benang dari mesin pintal di kedua lengannya yang terurai. Setelah kuperhatikan dengan seksama, benang tipis itu ternyata kawat baja. Chika bisa mengendalikannya dengan elemen petir yang ia miliki.
Benang-benang itu bergerak mengelilingi sekumpulan Goblin Paladin yang sedang menjarah sebuah rumah. Chika mengalirkan listrik dari tubuhnya melalui benang-benang tersebut. Seketika, para goblin itu tersambar sampai hangus. Chika mendarat dengan aman, keberadaannya hampir tidak bisa dideteksi oleh musuh. Itu adalah salah satu kelebihannya sebagai Assassin.
“Hunter yang memiliki Path memang berbeda,” gumamku, takjub melihat aksi Chika barusan.
“Ayo, Arka!” panggil Chika yang sudah berlari duluan di depan. Aku melompat turun dari atap dan langsung mengikuti langkahnya.
Sesekali Chika menoleh ke belakang, tampaknya ia khawatir jika aku tertinggal. Dia tidak perlu sekhawatir itu, kalau aku mau, langkahku bisa menyusulnya dalam sekejap.
Mataku menangkap sesosok tubuh tinggi di dekat belokan jalan. Buru-buru aku memperingatkan Chika.
“Chika! Awas!”
Chika seketika menoleh ke depan, bersamaan dengan itu seekor Goblin Champion mengayunkan senjata gada besi ke arahnya. Untungnya, Chika \merespon dengan cepat, ia menghindar dengan merunduk ke bawah.
Goblin Champion itu memiliki tinggi mencapai dua meter. Ia bukan hanya berada di kasta atas yang jauh dari goblin-goblin sebelumnya, tingkat kekuatannya pun berada satu level di atas mereka, yaitu monster Kelas B.
Monster itu lebih cerdas dan kuat. Tubuhnya berotot dengan dua lengan yang panjang dan kekar. Goblin Champion itu mengangkat tangan kirinya, siap meninju Chika yang baru saja menghindari serangan pancingannya.
Aku mengempaskan kaki kiriku dan seketika tubuhku melesat dengan cepat ke arah Chika. Kurenggut tubuh gadis itu tepat sebelum pukulan Goblin Champion mengenainya. Pukulan monster itu sangat kuat sampai menimbulkan suara bedebam keras dan membuat permukaan jalan berlubang.
Chika tampak terkejut. Dia bukan terkejut karena serangan Goblin Champion barusan, tapi karena melihat kecepatanku.
“Bagaimana mungkin kamu bisa bergerak secepat itu?” tanyanya sambil menatapku keheranan.
“Lari satu kilometer setiap hari,” jawabku, tidak sepenuhnya bohong.
Goblin Champion itu maju menyerang sambil mengangkat gadanya. Aku menurunkan Chika lalu lompat ke atas dadanya sambil menyerang monster itu dengan satu sabetan memanjang di dada, lalu menusuk pangkal lehernya sampai ia mati seketika.
Monster itu berteriak, lalu tubuhnya ambruk di depan Chika yang masih terheran-heran.
“Hunter Tanpa Peringkat bisa membunuh Goblin Champion?” gumamnya sambil mengurut kening.
Aku mengabaikan tatapan penuh tanya dari gadis itu. “Ayo, sedikit lagi kita sampai,” ajakku sambil mengalihkan topik.
Chika mengangguk, walau di wajahnya masih menyisakan banyak pertanyaan tentang diriku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments